Setelah mengamati kota sampai 5 harian...malamnya…!Japra pun mulai mengamati beberapa bangunan besar, akhirnya dia melihat sebuah bangunan paling mewah dan di jaga sangat ketat.“Inikah istana Putri Reswari, atau kini Ratu Reswari,” pikir Japra kagum. Karena istana besar ini terlihat memang sangat mewah dan berada persis di tengah kotaraja.Sesaat Japra ingat masa-masa indahnya bersama Ratu Reswari, saat dia jadi pengawal sang putri jelita ini.Tanpa sadar, Japra justru ‘kangen’ dan nekat ingin masuk ke dalam istana ini. Dia cukup percaya diri dengan kemampuannya saat ini.Setelah merasa aman, tanpa ragu Japra melompat ke atap sebuah bangunan itu dan dia kini bergerak cepat bak hantu di atas bangunan istana tersebut.Penjagaan ketat tak menghalangi Japra, pendekar ini mulai melihat-lihat situasi. Namun Japra lupa, semenjak kekalahan yang di derita pasukan pemberontak, Ratu Reswari sudah minta bantuan pasukan b
“Woww…tak ku sangka, kamu ternyata memiliki sebuah jurus langka, yang ku dengar dari sebuah legenda, jurus ini sangat jahat dan sudah musnah…kini tahu-tahu kamu memilikinya hebat-hebat. Tapi aku belum kalah Japra, terima ini!”Tiba-tiba Pendeta Sura lepas tasbeh besarnya dan memutar dengan cepat, putaran ini menderu-deru dan menimbulkan angin kencang, seperti datangnya angin tornado saja.Berkibar jubah Japra, andai Japra tidak memiliki ilmu kanuragan hebat, sejak tadi dia sudah menggelinding ke bawah, saking derasnya angin dari tasbeh besar ini.Japra yang awalnya tak niat bertarung, mulai jengkel juga dan dia lalu salurkan tenaga inti Elang Mematuk Mangsa-nya di kedua lengannya.Tak tanggung-tanggung, kini Japra ingin beri pelajaran keras pada pendeta ini.Serangkum serangan dahsyat menerjang Japra, tapi kali ini Japra tak mau mengalah, dia pun melompat sambi kerahkan jurus hebatnya ini.Keduanya langsung bertemu
“Maaf tuan putri, kalau hamba malam-malam berani masuk ke kamar tuan putri ini…!” Japra pun bersikap hormat sewajarnya, tapi tidak berlebihan, layaknya rakyat jelata bertemu seorang Ratu.“Mau apa kamu ke sini,” bentak Putri Reswari yang kini bisa kuasai dirinya lagi. Sambil menatap Japra yang kini telah berubah jadi pemuda sangat tampan, dengan tubuh tinggi besar dan kokoh.Anehnya bibirnya kini tersenyum menatap pendekar dengan tubuh makin kekar dan tinggi tegap ini.“Hamba hanya bersembunyi sementara dari kejaran anak buah tuan Putri, juga dari kejaran pendeta hebat itu. Hamba tak bermaksud jahat, hamba juga tak ikut-ikutan soal politik…!” sahut Japra kalem.Japra diam-diam sama, terkagum-kagum melihat kecantikan si ratu jelita ini, kenangan manis bersama sang putri ini tak pernah terhapus dari otaknya.Melihat pandangan Japra begitu, pelan-pelan urat syaraf yang tadi tegang di tubuh Ratu Reswari
Japra kembali ke penginapannya, penjagaan super ketat di istana itu tak kesulitan dia tembus. Dia berkali-kali menghela nafas panjang, sekaligus bergidik.Rayuan maut Ratu Reswari hampir saja goyahkan imannya. Dia tak memungkiri, rasa sayang dan nafsunya terbangkit melihat kemolekan sang ratu ini.“Gila…lama-lama bersama wanita itu, aku makin tergoda…!” gumam Japra, lalu tiba-tiba seraut wajah berlesung pipit lewat di hatinya.“Aura…dimanakah kini kamu berada?” batinnya, sambil merebahkan diri di penginapannya kembali dan tidur nyenyak sekali.Tak peduli di luar ratusan bahkan ribuan aparat sibuk mencari-cari dirinya. Termasuk pendekar-pendekar hebat yang jadi pengawal sang Ratu Reswari.Menyadari dirinya kini jadi orang paling di buru di seantero Kotaraja Hilir Sungai, Japra pun terpaksa tak lagi berkeliaran di siang hari.Dia sengaja hindari konfrontasi yang tak perlu!Kalau pun ter
“Niken…kamu tahu di kamar mana orang yang bernama Jenderal Bugi tadi bersama teman wanitanya?” Japra mulai bertanya, dia tak ingin bergerak tanpa tahu di mana salah satu musuh besarnya ini berada.Tiba-tiba wajah Niken berubah agak pucat, ini membuat Japra keheranan.“S-saya tak tahu tuan muda!” sahut Niken gagap.Japra tersenyum dan dia pun mengeluarkan lagi uangnya, kali ini dua keping emas, wajah Niken langsung berbinar melihat dua koin emas ini.Orang akan lebih takut kalau tak punya uang dan Japra paham itu, uang bisa rubah pendirian seseorang, dari takut jadi berani, ini terbukti pada Niken.“Jangan takut, kamu tak akan apa-apa, aku jamin,” bisik Japra sambil menowel dua bukit kembar Niken yang mau melompat dari kembennya, hingga wanita cantik ini menggelinjang kegelian.“Ahh tuan muda bisa ajahhh!” sahut Niken dengan suara mendesah, lalu dengan nakalnya meraba paha Japra.J
Japra kini kembali ke penginapannya, dia tak berminat menggeluti tubuh indah Niken si penjaja cinta. Japra sudah memperhitungkan, paling lama 30 menitan Niken akan terbebas dari totokannya.“Ibu Suri…berarti beliau istri mendiang Raja Daha, bukan istri Maharaja Kanji saat ini, sebab istri beliau yang pertama tewas oleh Ki Palung..!” batin Japra kebingungan sendiri.“Apakah aku harus ke Kotaraja Daha..?” kembali Japra bergumam sendiri, sambil menatap langit-langit kamarnya.Saat itulah Japra mendengar ada langkah-langkah halus di atap penginapannya. ”Hmm…agaknya musuh-musuhku tahu aku di sini,” batin Japra senyum sendiri.Pendekar ini sama sekali tak takut, dia lalu bangkit dan meniup lampu kamarnya, hingga kamarnya kini gelap.Tass…tass…beberapa senjata gelap tertuju ke arah kasurnya. Japra yang kini sudah bangkit, dengan kecepatan luar biasa kii berada di luar kamarnya.D
Japra terdiam, kaget juga walaupun pertanyaannya belum terjawab. “Bang Japra, kita pergi dari sini yuks, ngeri di sini, kan masih ada kuburan si Buhi, temanku itu,” ajak Dehea.Mau tak mau Japra ikuti kemana Dehea pergi, terlihat perlahan saja, tapi Japra kagum juga, cari berlari Dehea sangat cepat, tubuhnya melayang seolah tak menjejak bumi.Andai Japra tak memiliki kesaktian, pasti dia akan jauh tertinggal. Sepanjang jalan mereka hanya diam-diaman saja.Setelah berjalan sangat jauh, bahkan matahari sudah hampir setinggi kepala, mereka akhirnya sampai di sebuah lembah yang lumayan tinggi, hingga hawanya sangat seju mendekati dingin.Japra mengikuti saja saat Dehea mengajaknya masuk di sebuah pondok, yang agaknya jadi tempat tinggal Dehea.“Minum Bang,” Dehea menyodorkan air putih dari kendi.“Dehea, pertanyaanku tadi belum kamu jawab, kenapa kamu dan rekanmu tadi malam berniat membunuhku?” kembali Japra bertanya usai minum air putih menyegarkan ini.“Karena…Abang dikatakan sebagai pe
Japra tak bisa buru-buru pergi, Nyai Rombeng masih butuh hawa saktinya, luka-luka wanita ini sangat parah, apalagi kejadiannya sudah 4 bulanan yang lalu.Tiga hari kemudian, kesehatan Nyai Rombeng pun makin membaik, hubungan mereka juga makin dekat.Akhirnya, iseng-iseng Japra lalu bertanya tentang ilmu berlari cepat Dehea pada keduanya, yang dipujinya begitu hebat dan membuat Japra tak mampu kejar Dehea.Nyai Rombeng akhirnya terbuka, kalau itu adalah ilmu warisan dari mendiang suaminya, yang diajari ke semua murid-muridnya, tapi dari semua muridnya Dehea-lah yang paling berbakat.Itulah juga salah satu yang membuat padepokan Nyai Rombeng dan gurunya Nenek Sia begitu dihormati dan disegani.“Bolehkah…aku pelajari Nyai?” kata Japra hati-hati, takut Nyai Rombeng tersinggung.Nyai Rombeng justru tertawa kecil.“Jurus-jurus yang kamu miliki saat ini sudah sangat hebat Japra. Tapi kalau kamu memang ingin pelajari itu, tak apa. Tuh aku juga hutang nyawa denganmu, nanti Dehea akan bantu kam