Beranda / Pendekar / Pendekar Bukit Meratus / Bab 64: Intai Jenderal Bugi

Share

Bab 64: Intai Jenderal Bugi

Penulis: mrd_bb
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-23 00:03:26

Japra kembali ke penginapannya, penjagaan super ketat di istana itu tak kesulitan dia tembus. Dia berkali-kali menghela nafas panjang, sekaligus bergidik.

Rayuan maut Ratu Reswari hampir saja goyahkan imannya. Dia tak memungkiri, rasa sayang dan nafsunya terbangkit melihat kemolekan sang ratu ini.

“Gila…lama-lama bersama wanita itu, aku makin tergoda…!” gumam Japra, lalu tiba-tiba seraut wajah berlesung pipit lewat di hatinya.

“Aura…dimanakah kini kamu berada?” batinnya, sambil merebahkan diri di penginapannya kembali dan tidur nyenyak sekali.

Tak peduli di luar ratusan bahkan ribuan aparat sibuk mencari-cari dirinya. Termasuk pendekar-pendekar hebat yang jadi pengawal sang Ratu Reswari.

Menyadari dirinya kini jadi orang paling di buru di seantero Kotaraja Hilir Sungai, Japra pun terpaksa tak lagi berkeliaran di siang hari.

Dia sengaja hindari konfrontasi  yang tak perlu!

Kalau pun ter

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 65: Jenderal Bugi Tak Tahu Soal Bayi!

    “Niken…kamu tahu di kamar mana orang yang bernama Jenderal Bugi tadi bersama teman wanitanya?” Japra mulai bertanya, dia tak ingin bergerak tanpa tahu di mana salah satu musuh besarnya ini berada.Tiba-tiba wajah Niken berubah agak pucat, ini membuat Japra keheranan.“S-saya tak tahu tuan muda!” sahut Niken gagap.Japra tersenyum dan dia pun mengeluarkan lagi uangnya, kali ini dua keping emas, wajah Niken langsung berbinar melihat dua koin emas ini.Orang akan lebih takut kalau tak punya uang dan Japra paham itu, uang bisa rubah pendirian seseorang, dari takut jadi berani, ini terbukti pada Niken.“Jangan takut, kamu tak akan apa-apa, aku jamin,” bisik Japra sambil menowel dua bukit kembar Niken yang mau melompat dari kembennya, hingga wanita cantik ini menggelinjang kegelian.“Ahh tuan muda bisa ajahhh!” sahut Niken dengan suara mendesah, lalu dengan nakalnya meraba paha Japra.J

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 66: Di Serang si Cantik Anak Buah Nyai Rombeng

    Japra kini kembali ke penginapannya, dia tak berminat menggeluti tubuh indah Niken si penjaja cinta. Japra sudah memperhitungkan, paling lama 30 menitan Niken akan terbebas dari totokannya.“Ibu Suri…berarti beliau istri mendiang Raja Daha, bukan istri Maharaja Kanji saat ini, sebab istri beliau yang pertama tewas oleh Ki Palung..!” batin Japra kebingungan sendiri.“Apakah aku harus ke Kotaraja Daha..?” kembali Japra bergumam sendiri, sambil menatap langit-langit kamarnya.Saat itulah Japra mendengar ada langkah-langkah halus di atap penginapannya. ”Hmm…agaknya musuh-musuhku tahu aku di sini,” batin Japra senyum sendiri.Pendekar ini sama sekali tak takut, dia lalu bangkit dan meniup lampu kamarnya, hingga kamarnya kini gelap.Tass…tass…beberapa senjata gelap tertuju ke arah kasurnya. Japra yang kini sudah bangkit, dengan kecepatan luar biasa kii berada di luar kamarnya.D

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 67: Ada yang Sengaja Fitnah Japra

    Japra terdiam, kaget juga walaupun pertanyaannya belum terjawab. “Bang Japra, kita pergi dari sini yuks, ngeri di sini, kan masih ada kuburan si Buhi, temanku itu,” ajak Dehea.Mau tak mau Japra ikuti kemana Dehea pergi, terlihat perlahan saja, tapi Japra kagum juga, cari berlari Dehea sangat cepat, tubuhnya melayang seolah tak menjejak bumi.Andai Japra tak memiliki kesaktian, pasti dia akan jauh tertinggal. Sepanjang jalan mereka hanya diam-diaman saja.Setelah berjalan sangat jauh, bahkan matahari sudah hampir setinggi kepala, mereka akhirnya sampai di sebuah lembah yang lumayan tinggi, hingga hawanya sangat seju mendekati dingin.Japra mengikuti saja saat Dehea mengajaknya masuk di sebuah pondok, yang agaknya jadi tempat tinggal Dehea.“Minum Bang,” Dehea menyodorkan air putih dari kendi.“Dehea, pertanyaanku tadi belum kamu jawab, kenapa kamu dan rekanmu tadi malam berniat membunuhku?” kembali Japra bertanya usai minum air putih menyegarkan ini.“Karena…Abang dikatakan sebagai pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 68: Belajar Ilmu Lari dari Dehea

    Japra tak bisa buru-buru pergi, Nyai Rombeng masih butuh hawa saktinya, luka-luka wanita ini sangat parah, apalagi kejadiannya sudah 4 bulanan yang lalu.Tiga hari kemudian, kesehatan Nyai Rombeng pun makin membaik, hubungan mereka juga makin dekat.Akhirnya, iseng-iseng Japra lalu bertanya tentang ilmu berlari cepat Dehea pada keduanya, yang dipujinya begitu hebat dan membuat Japra tak mampu kejar Dehea.Nyai Rombeng akhirnya terbuka, kalau itu adalah ilmu warisan dari mendiang suaminya, yang diajari ke semua murid-muridnya, tapi dari semua muridnya Dehea-lah yang paling berbakat.Itulah juga salah satu yang membuat padepokan Nyai Rombeng dan gurunya Nenek Sia begitu dihormati dan disegani.“Bolehkah…aku pelajari Nyai?” kata Japra hati-hati, takut Nyai Rombeng tersinggung.Nyai Rombeng justru tertawa kecil.“Jurus-jurus yang kamu miliki saat ini sudah sangat hebat Japra. Tapi kalau kamu memang ingin pelajari itu, tak apa. Tuh aku juga hutang nyawa denganmu, nanti Dehea akan bantu kam

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 69: Suku yang Aneh

    “Makan dulu Bang, biar tenaga kamu pulih,” Dehea sodorkan makanan yang masih hangat dan menggugah selera.Japra kini sudah berpakaian lengkap lagi. Dehea masih gugup, ingat tadi melihat tubuh Japra seutuhnya.Panas dingin tubuhnya, baru pertama kali melihat seorang lelaki telanjang, tampan pula, dan dia sudah melihat jelas seluruh badannya, termasuk sesuatu yang membuatnya tak bisa tidur!Sadar dengan kelakuan Dehea itu, Japra pun bersikap wajar dan makan dengan lahap. Nasi putih, ikan bakar dan lauknya sayuran, di tambah cabe rawet dan sebotol arak manis.Dalam waktu singkat, semua makanan itu ludes, Japra sampai sendawa saking kenyangnya.“Maaaaaf…soalnya makanannya enak banget!” puji Japra, hingga Dehea kembali tersipu dan bilang dia yang masak.Merekapun ngobrol makin akrab, Dehea mulai sebutkan latihan-latihan awal buat Japra untuk keluarkan ilmu berlari cepatnya, yang dinamakan jurus mengejar angin.“Nyai Rombeng yang namakan jurus ini.” cerita Dehea.“Pantas, saat itu kamu bisa

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 70: Tiga Pendekar Berwajah Mirip Hewan

    “Diculik…?” Japra kaget dan kini memandang kedua orang ini dengan pandangan heran.“Iya, mereka bertiga datang baik-baik dan kami terima 2 hari lalu. Tak tahunya besoknya 3 wanita kami mereka bawa dan ngilang hingga kini. Mereka sebut julukannya 3 Pendekar Muka Hewan, muka mereka memang menakutkan mirip hewan!” sahut orang tersebut dengan pandangan masih curiga pada Japra dan Dehea.“Coba sebutkan di mana mereka bersembunyi, aku akan berusaha mencarinya, tapi aku dan temanku tak sengaja loh masuk ke kampung kalian, kami minta maaf!”Japra tak mau bemusuhan dengan warga lokal, yang agaknya tak suka orang luar memasuki wilayah mereka, langsung rubah sikap lebih ramah.Lebih heran lagi, ada orang yang mengaku 3 Pendekar Muka Hewan, baru kali ini Japra mendengar julukan aneh itu.Ditambah ilmu kanuragan mereka yang serampangan, tapi anehnya serangannya sangat berbahaya. Warga ini benar-benar bikin Japra terher

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 71: Ketakutan Melihat Golok Emas

    Mereka bertiga bergerak, saling pandang penuh rasa benci dan penasaran pada Japra.Kini Japra terkurung mereka bertiga yang berada di depan, samping dan belakangnya.Perlahan-lahan tiga orang itu melangkah maju dan otomatis membentuk barisan segi tiga.Tangan mereka sampai berbunyi kerotan, tanda tenaga dalam sepenuhnya sudah tersalur di tangan masing-masing.Japra tentu saja sudah waspada. Dalam hatinya ini yang ia kehendaki, maka ia tadi sengaja menghajar satu orang memancing mereka.Sekaligus ingin tahu, sampai dimana kehebatan manusia-manusia bermuka aneh ini.Pancingannya berhasil karena secara beruntun mereka, pertama-tama Si muka babi, yang melontarkan jurus luar biasa panas yang berbau busuk, mudah di duga jurus ini beracun.Hebatnya, jurus dari arah depan ini menuju ke jalan-jalan darah utama Japra.Kemudian disusul oleh serangan si muka kuda, yang tak kalah jahatnya, menyerang dari arah kanan.Si muka monyet ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 72: Buah Aneh…!

    Begitu sadar, Japra kaget dia sudah berada di sebuah gubuk dan di depannya duduk Dehea yang memandangnya dengan wajah cemas.“Aku di mana?” keluh Japra sambil memegang dahinya, kepalanya sangat pusing sekali, pengaruh jurus beracun 3 Pendekar Hewan masih berasa.“Kamu tadi angkut dua orang warga itu dan di bawa ke sini!” sahut Dehea.“Ohh…begitu, berarti kita ada di kampung mereka?” Dehea langsung mengangguk membenarkan ucapan Japra.“Tuan Japra, baguslah kamu sudah sadar, tapi racun dari pukulan 3 Pendekar Hewan masih nge-don di tubuhmu, sebaiknya kamu makan buah ini. Kami sebut buah hijau, ini berguna usir segala racun yang ada di tubuhmu!”Pria yang tadi memimpin 9 anak buahnya lalu kenalkan diri dengan nama Pakoi dan dia adalah kepala suku di kampung sini.Japra pun tanpa ragu makan buah sebesar telor ayam ini, rasanya sepat, seperti buah sawo setengah matang, tapi juga agak manis.

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25

Bab terbaru

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 424: Ikut Selidiki Padepokan Ular Hitam

    “Maafkan aku kakek Prabu Japra, kali ini cucumu yang pernah durhaka ini akan menjadi pendekar yang baik, tidak lagi jadi pendekar jahat!” tekad si Putul.Dan kini dia sudah menemukan sebuah desa, lalu beli pakaian yang bagus dan juga kuda, untuk lanjutkan perantauannya.Koin emas yang dulu dia bawa masih banyak dan untungnya tak tercecer saat dia terjungkal ke jurang dulu.Cuman dia tak lagi antusias mencari kedua orang tuanya. Dia malu pernah menyeleweng, apalagi ayahnya Prabu Harman seorang maharaja di Kerajaan Hilir Sungai.“Kasian ayahanda Prabu Harman, pasti sangat malu tak ketulungan, punya anak seperti aku, sudah cacat, menyeleweng pula, jatuh harga diri beliau!” gumam si Putul termangu d atas kudanya yang dia biarkan jalan sendiri.Uniknya, sampai kini si Putul belum tahu, kalau Putri Alona, ibu kandungnya, justru adik ayahnya sendiri. Si Putul juga tak ada niat lagi untuk cari ibu kandungnya, dia hanya ingin membawa hatinya, kemana saja.Sejak turun gunung, si Putul buktikan

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 423: Penolong Pangeran Daha Ternyata..?

    Setelah Pangeran Akmal bercerita, giliran Pangeran Daha yang ceritakan pengalamannya yang di sempat di culik Dua Kembar Ruba Betina dan Pendekar Serigala, saat bermaksud selidiki Temanggun Dawuk, kepala kadipaten Barabong.Namun di tolong seseorang yang sangat misterius dan sampai kini Pangeran Daha tak tahu siapa penolongnya tersebut.Tentu saja Pangeran Daha tidak bercerita soal penyekapan 3 hari 3 malam, yang membuat dia jadi permainan kedua betina genit itu.Yang anehnya semenjak sembuh dari pengaruh racun mawar merah, kekuatannya diam-diam naik berlipat?“Aku tak melihat jelas wajahnya, hanya aku tahu penolongku itu berjubah hitam, dalamnya putih, wajahnya tak begitu jelas…oh yaa…sebentar, orang itu pakai tongkat!” kata Pangeran Daha, sambil ingat-ingat tubuh si penolongnya.Pangeran Daha juga bilang, tak tahu apakah pendekar usianya itu sudah tua ataukah seumuran dirinya. Tapi yang dia tahu, penolongnya bukan wanita, tapi sosok pria.Kakek Slenge’an, Putri Dao dan Pangeran Akmal

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 422: Pangeran Dari Kerajaan Loksana

    Dan sekali ini, si pemuda ini harus mengaku dalam hatinya bahwa lawannya sungguh sama sekali tidak boleh disamakan dengan lawan-lawannya yang pernah dia kalahkan.Ternyata si kakek ini memiliki ilmu pedang yang hebat, di samping tenaga dalamnya yang kuat, ditambah lagi sebatang pedang pusaka pendeknya yang sangat ampuh!“Kakek mundurlah, biar aku yang gantian hadapi dia!” tiba-tiba Putri Dao maju ke gelanggang pertarungan dan si kakek ini mundur, lalu berdiri di samping Pangeran Daha.Melihat gaya anggun dan kini saling berhadapan dari jarak 5 meteran, makin tak karuan rasa si pemuda ini.Mulailah Si Pemuda merasa ketar-ketir, melawan si kakek tadi saja dia sudah kelabakan, entah bagaimana pula dengan si gadis cantik yang agaknya galak ini, tapi sudah bikin hatinya jungkir-balik.Belum lagi pria yang tak kalah tampan dengannya, yang sejak tadi terlihat tenang-tenang saja, sama tak ada wajah khawatir dari raut mukanya.Bahkan Pangeran Daha seakan ingin lihat, apakah kepandaian keponakan

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 421: Serang Pemuda Asing

    “Mereka akan merekrut sebanyak-banyaknya anggota, baik warga biasa, kaum pendekar golongan hitam ataupun putih, lalu akan mendirikan sebuah kerajaan baru, Kadipaten Barabong sudah berhasil mereka kuasai!” kata Putri Dao dengan bersemangat, bahkan tangan dan matanya seakan ikutan bicara.Sangat menarik dan makin cantik saja keponakannya ini saat bercerita, andai orang lain, pasti sejak tadi Pangeran Daha sudah jungkir balik jatuh cinta.Kecantikan Putri Dao, tentu saja mengalahkan kekasihnya, si Putri Nia.Kagetlah Pangeran Daha, ini bukan gerakan main-main, apalagi setahunya Pendekar Gledek sangat berpengalaman susun kekuatan, untuk kemudian lakukan makar.Walaupun selalu gagal, karena dihancurkan Prabu Japra dan Pangeran Boon Me, yang sukses dua kali gagalkan misi besar Pendekar Gledek.Sehingga sampai kini, Pendekar Gledek dendam tak kepalang dengan orang tua dan kakak dari Pangeran Daha ini.Tapi kalau terlambat di basmi, bisa jadi gerakan kelompok ini makin besar dan makin kuat ser

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 420: Bertemu Putri Dao

    Sosok hitam yang mereka --Baung, Jinari dan Jamari, pikir hantu ini lalu mengusap wajahnya.Kemudian terlihatlah wajah yang sangat tampan, tapi berwajah murung, pakaian dalamnya putih, tapi di tutup jubahnya yang berwarna gelap.Lelaki tampan ini lalu masuk ke dalam kereta ini dan dengan cepat pondong tubuh Pangeran Daha yang setengah tertidur alias setengah pingsan ini.Gerakannya sangat cepat dan tak lebih dari 2 detik, tubuhnya yang kokoh dan menggunkan tongkat sudah lenyap dalam hutan lebat yang gelap ini.Saking hebatnya ilmu meringankan tubuhnya, kereta ini sama sekali tak bergerak, ini menandakan orang ini luar biasa ilmu silatnya.Pangeran Daha yang setengah sadar terbangun, dia merasa aneh, kenapa kini berada di sebuah gua, hari pun sudah beranjak pagi, tidak lagi malam dan berada di dalam kereta yang di bawa Dua Rubah Betina serta Pendekar Serigala.Tapi Pangeran ini tak pikirkan itu, dia cepat-cepat lakukan semedi dan kerahkan seluruh kesaktian tenaga dalamnya, untuk kembali

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 419: Jadi Tawanan Murid Pendekar Gledek

    Kedua Kembar Rubah Betina yang bernama Jinari dan Jamari ini langsung kalang kabut berpakaian.Padahal mereka tengah enak-enaknya naik ‘kuda jantan’ ini, yang sengaja mereka recoki obat kuat, agar tetap perkasa, walaupun tenaga dalamnya tak berfungsi.“Sialan si Pendekar Serigala, orang lagi nanggung, eh main panggil saja,” gerutu Jinari, sambil bantu Pangeran Daha berpakaian lagi.Saking gemasnya, dia malah sempat-sempatnya memegang tongkat Pangeran Daha yang masih kokoh bak tongkat ulin.“Ihh padahal masih ngacengg say!” kata Jamarin terkekeh dan dengan gemas sempat melumat batang ini.Tapi panggilan orang yang mereka sebut Pendekar Serigala membuat keduanya dengan terpaksa papah Pangeran Daha keluar dari kuil tua ini.“Gila sekali kalian berdua, tahu kah kalian siapa dia ini hahhh? Dia ini Pangeran Daha, putra mahkota Kerajaan Muara Sungai. Kalau sampai lepas gara-gara ulah kalian, leher kalian berdua yang mulus itu bakalan misah dari tubuh kalian yang bakalan dilakukan guru kita,”

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 418: Dua Kembar Rubah Binal

    Bukannya melaporkan ke dalam, ke 5 orang ini serempak mengurung Pangeran Daha, bahkan tak lama datang lagi 10 orang, dengan golok terhunus.Sempat pangeran ini ingin berontak, namun dia pikir, lebih baik pura-pura menyerah untuk selidki apa yang sebenarnya terjadi.Pangeran Daha pun di bawa ke dalam bangunan ini dan kagetlah dia, setelah pedangnya di ambil, Pangeran Daha di masukan ke dalam sebuah kerangkeng hewan yang sangat kuat.Kerangkeng ini biasa di gunakan untuk menangkap hewan buas, seperti biruang juga harimau, bahkan gajah liar.“Hmm…makin aneh saja,” pikir Pangeran Daha, andai dia mau, tak sulit baginya jebol kerangkeng ini.Pangeran Daha di biarkan di sana sampai malam hari, tak pernah terlihat batang hidung Temanggung Dawuk.Namun tengah malam, Pangeran Daha kaget sekali saat mencium bau seperti bunga mawar, lalu dia pun tak sadarkan diri.Tak lama, tubuhnya yang sudah tak berdaya ini dikeluarkan dari karangkeng, dan di halaman rumah Temanggung Bawuk ini sudah menunggu seb

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 417: Ke Anehan Sang Temanggung

    “Begitulah baginda pangeran, dalam waktu yang amat singkat, kelompok Ular Hitam pimpinan Ki Rawa dan Pendekar Gledek sudah memiliki ribuan pengikut, ini sungguh di luar dugaan!” kata Agu si Pendekar Pemarah.Yang tak ragu ceritakan hasil penyelidikan mereka berdua dengan Palo si Pendekar Pisau Sakti selama 2 mingguan ini.“Hmm…berbahaya sekali, apalagi ini masuk wilayah kerajaan Muara Sungai, kita harus segera hentikan gerakan ini, aku yakin ini akan menjadi cikal bakal gerakan pemberontakan,” cetus Pangeran Daha tanpa tedeng aling-aling.Palo menambahkan kisah Agu, sudah banyak pendekar golongan putih yang coba hadapi kelompok Ular Hitam ini.Karena sepak terjang kelompok ini sangat meresahkan dan tak segan merampok desa-desa terdekat dari padepokan kelompok ini.“Tapi banyak rekan kita yang tewas dan luka-luka berat!” sela Agu, sambil hela nafas.Palo pun membenarkan ucapan sahabatnya ini, bahkan mereka beberapa kali bentok dengan kelompok jahat itu, yang kedapatan merampok dan mencu

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 416: Serangan Gelap

    Saat akan menyahut, rekannya langsung menepuk lengannya, sehingga pria setengah tua ini langsung, tidak jadi menyahut ejekan wanita berbaju hitam tersebut.Kedua orang ini terdengar bicara perlahan, tapi Pangeran Daha tahu apa yang mereka bicarakan. Dengan kesaktiannya, dia menguping apa yang diomongkan dua orang ini.“Pendekar Pemarah, kita ke sini hanya menyelidiki soal Padepokan Ular Hitam yang makin merajalela, Ki Roja alias Pendekar Budiman, bahkan Ki Samonang minta kita jangan buat ulah,” bisik rekannya.Mendengar percakapan ini, Pendekar Daha langsung paham, kedua orang ini bukan penjahat, tapi sebaliknya, kelompok golongan putih, yang sedang dalam misi menyelidiki Padepokan Ular Hitam yang makin lama makin meresahkan ini.Tentu saja dia kenal baik siapa itu Pendekar Budiman, yang juga sahabat baik ayahandanya.Apalagi Ki Samonang, tokoh pendekar tua yang sangat sakti dan salah satu anggota 3 Pendekar Golok Putih yang sangat kesohor tersebut.Kini Pangeran Daha malah akan bersia

DMCA.com Protection Status