Kini tanpa di minta Ki Ulai pun mulai bercerita, kadang diselingi Ki Usu…!
Ki Palung yang terkenal sebagai perampok ganas di lereng bukit meratus, entah tahu dari mana. Suatu hari nekat menghadang rombongan Maharaja Kanji yang saat itu masih berstatus Pangeran dan hanya di kawal 5 orang.
“Ki Palung menyerbu bersama 50 orang anak buahnya, dan dia berhasil merampas peta itu, sekaligus membunuh istri Pangeran Kanji, yang kala itu sedang hamil tua. Sayangnya kami saat itu terlambat datang membantu.”
Ki Ulai lanjutkan kisahnya, berminggu-minggu 3 Pendekar Golok Putih ini mencari pentolan perampok itu dan akhirnya bertemu juga.
Terjadilah pertarungan seru, 50 anak buah Ki Palung berhasil ditewaskan, termasuk Ki Palung yang kabur dengan luka-luka parah di tubuhnya.
Japra termenung mendengarnya, kini makin terbuka matanya, betapa jahatnya Ki Palung, istri pangeran Kanji yang hamil saja di bunuh.
Kini dia tak lagi salahkan 3 Pendek
Japra menatap Lusia dan Wulani yang ngotot ingin membantunya. “Jangan Lusia, Wulani, di sana sangat berbahaya, kalian di sini saja dulu,” tolak Japra halus.Kedua gadis cantik itu ingin menemani Japra masuk ke markas kaum pemberontak!“Betul Lusia, Wulani, kamu berdua di sini saja, tenaga kalian lebih dibutuhkan di sini. Kita harus waspada, pasukan pemberontak tiba-tiba datang menyerbu!”Ki Usu ikut mencegah kedua murid ‘ponakannya’ ini ikut Japra. Lusia dan Wulani ternyata bagian dari pasukan pelopor yang sangat di andalkan Panglima Uray.Sebagai orang yang sudah pengalaman, Ki Usu apalagi Ki Ulai paham, Lusia dan Wulani sebenarnya diam-diam menyukai Japra.Walaupun Japra tak tunjukan gaya pecicilannya. Walaupun kedua gadis cantik ini sebenarnya sudah buka ‘pintu’.Itu karena Japra menghormati kedua gadis remaja yang sangat bersahaja ini…dan dia mendengar keduanya sudah punya tunangan!
Padahal itu semua ulah Japra, yang secara lihai gunakan totokannya yang dahsyat melalui jentikan, sehingga membuat si prajurit pongah ini tak bisa bergerak lagi.Japra meneruskan makan buahnya sampai selesai, dia senyum-senyum tengil saja melihat ulah prajurit ini.Japra lalu berdiri dan setelah membayar dan minta kembaliannya buat si pelayan, dengan santuynya ia berlenggang kangkung keluar dari rumah makan ini.Terjadilah kehebohan, si prajurit ini terjengkang ke lantai, kursi tadi bahkan nemplok ke wajahnya, hingga hidungnya patah dan berdarah-darah.Kawan-kawannya pun ribut dan mulai mencari-cari Japra, tapi pemuda ini ngilang dan kini sudah enak-enakan beristirahat di sebuah penginapan.Namun, Japra terpaksa mangkel sendiri, saat mendengar ada keributan di luar, rupanya para rekan prajurit tadi mengetahui dia nginap di sini. Gara-gara kuda hitamnya ‘parkir’ di depan.Semenjak kuda hitamnya menghilang setelah dia di tawan Ki B
“Kamu…a-apakah Japra…!” Aura malah tak menggubris ucapan Sawon, dia kini sama kagetnya saat menatap Japra.“Apa kamu bilang Aura, dia ini si jongos Japra…!” kini Sawon menatap tajam wajah pemuda perlente ini.Tentu saja Sawon pangling, tak menyangka pemuda tampan ini adalah Japra. Seingatnya Japra dulu anak kecil yang kurus dan berpakaian seadanya dan selalu di ejeknya sebaga jongos di padepokan mereka.“Apa kabar Aura…Sawon, lama tak berjumpa, kalian ternyata makin cantik dan gagah saja!” tegur Japra duluan, memuji sekedar basa-basi, terutama ke Sawon.“Ihh benaran…kamu Japra, kok kamu berubah mirip…bangsawan!” ceplos Aura dan buru-buru turun dari kudanya lalu menghampiri Japra.Japra tentu saja terpesona, begitu dekat begini, Aura kini sudah menjelma menjadi gadis cantik jelita, lesung pipitnya pun makin menambah manisnya si cantik ini.Padahal Aura p
Japra telah mempergunakan Elang Mematuk Mangsa yang makin sempurna, setelah dia latih lagi, berkat petunjuk Ki Durga, yang langsung berikan latihan hebat untuk makin sempurnakan jurus pusaka bukit meratus milik Japra. Serangan didahului angin keras hingga terasa hawa amat dinginnya. Sawon yang tak mengira ini menjadi terkejut dan cepat-cepat dia pun mengelak sambil melompat ke kanan.Tapi terlambat, serangan Japra sangat cepat. Plakkk…kembali wajah Sawon kena tabok, saking kerasnya wajah Sawon langsung membiru.Tubuhnya bak berada di kolam es yang luar biasa dinginnya. Padahal jurus itu hanya seperempat saja Japra keluarkan, andai 100 persen, pasti Sawon mati membeku.Kali ini tubuh Sawon tak bergerak lagi, tubuhnya menggigil, giginya sampai mengemelutuk menahan hawa dingin tersebut.Sawon yang terkenal sombong dan sangat angkuh, karena menjadi anak kepala padepokan Ula Hitam dan kini jadi murid Ki Birawa hari ini kena batunya.
“Wajar saja Ki Samonang keok, yang mengeroyok sakti semua,” batin Japra, sekaligus gemas sekali dengan sifat pengecut Ki Birawa Cs.“Oh ya Japra, aku mau balik ke markas dulu yaah, kapan-kapan jalan donk ke sana, biar kita kaya dulu lagi, bisa berlatih bersama!” bujuk Aura, lagi-lagi lemparkan senyum manisnta buat pendekar sakti ini.“Hmm….iya, tentu teman-teman seperguruan kita dulu itu sudah kayak kita saat ini ya…! Eeh bentar, kalau aku ke sana, aku nggak tahu bagaimana situasi markas itu?” akal cerdik Japra pun jalan.Lagi-lagi tanpa curiga Aura pun jelaskan situasi markas tersebut, bahkan tanpa ragu dia sebutkan di mana letaknya Ki Samonang di tahan.Kini Aura pun pamit dan kembali menaiki kudanya. Makin naik berlipat-lipatlah kecantikan Aura di mata Japra.“Kamu…cantik sekali naik kuda putih itu Aura,” puji Japra, hingga wajah Aura bersemu merah.“Ihh ganjen kam
Serangan gelap berhenti, Japra hanya bisa terpaku di tempatnya, karena Ki Birawa, Ki Boka, Ki Anom, Pendekar Codet, termasuk Temanggung Odol dan Jendera Bugi, tak ketinggalan Dua Kembar Setan, sudah berdiri tak jauh dari tempatnya saat ini.Mereka bergerak tanpa keluarkan suara, ini membuktikan musuh-musuh besar Japra juga alami kemajuan hebat ilmu kanuragannya.Japra kini sadar, aksinya sudah ketahuan musuh-musuh besarnya, tapi dia tak gentar. Dia sudah terlanjur masuk ke sarang macan!“Ki Samonang, duluanlah pergi, biar aku yang menahan ke 8 orang ini. Cepatlah sebelum ribuan pasukan pemberontak berdatangan,” bisik Japra.“Kamu…hati-hatilah, aku percaya kamu mampu tahan Ki Birawa cs, aku pergi dulu!”Setelah berkata begitu, Ki Samonang yang sudah agak baikan, melompat cepat dan menghilang di kegelapan malam.Japra pun lega. Kini dia pun bisa tenang menghadapi musuh-musuh besarnya.Melihat Ki Samo
Semua musuh Japra menyadari, lawan mereka kali ini bukan pendekar sembarangan, kalau maju satu persatu, mereka sadar pasti keok.Tanpa malu mereka pun maju serentak. Tak tanggung-tanggung semuanya gunakan senjata. Tujuan mereka hanya satu, bunuh Japra!Ki Anom menggunakan senjatanya berupa golok besar yang ampuh dan sudah ratusan orang tewas terkena sabetan goloknya ini.Pendekar Codet keluarkan sebatang pecut besi yang biasanya ia libatkan di pinggang sebagai sabuk. Kini dia gunakan sebagai senjata.Ki Birawa juga langsung keluarkan jurusnya yang paing ampuh, yakni jurus halilintar, dia tak perlu senjata, karena sangat percaya diri dengan kelihainnya.Saat keluarkan jurus ini, terdengar suara meledak-ledak seperti halilintar yang menyambar-nyambar ke arah Japra.Jenderal Bugi tak mau kalah, dia menggunakan senjatanya yang kelihatan sederhana namun sesungguhnya tidak kalah ampuhnya.Dia gunakan golok tipis, tak bisa dipandang ri
Tiba-tiba, seorang panglima pemberontak memerintahkan ribuan pasukan mundur di halaman itu dan majulah 100 orang pemanah."Bersiap...seranggg!" komando sang panglima ini.Tasss….ratusan anak panah meluncur bak kilat ke arah Japra, pemanah-pemanah berpengalaman ini sudah memperhitungkan, agar tak kena Ki Birawa Cs.“Bangsaattt, benar-benar licik,” batin Japra yang sangat murka bukan main, di saat dia sibuk menghindari dan membalas serangan Ki Birawa Cs yang benar-benar berbahaya.Ratusan anak panah yang ternyata beracun, tercium dari bau amis saat panah-panah meluncur deras ke arahnya. Japra-pun harus berjibaku menghindari serangan maut ini.Keadaan Japra terpojok di sana-sini, sulit baginya lolos. Akibatnya Japra lupakan pesan Ki Durga, agar jangan melawan para prajurit, karena bukan lawan sebanding.Tapi dalam kondisi begini apa boleh buat, pikir JapraKelompok pemanah ini juga bukan sekali melakukan itu, tap
Mata Ki Rawa melotot, kemarahan membuatnya murka bukan kepalang, tanpa ragu dia langsung lancarkan serangan balasan yang sangat dahsyat ke arah Putri Arumi.Namun, Pendekar Putul yang sudah sejak tadi waspada, tentu saja tak membiarkan kekasihnya itu jadi korban serangan jurus iblis pencabut nyawa milik Ki Rawa ini yang dahsyat ini.Pendekar Putul langsung kerahkan jurus Rajawali Mencaplok Mangsa miliknya yang kin sudah sangat sempurna ia kuasai.Sengaja dia kerahkan sepenuhnya, karena tahu kesaktian pendekar tua ini, juga dendamnya atas kematian ibundanya. Blarrrr…!Jurus panas dan dingin bertemu, akibatnya Ki Rawa sampai harus bersalto agar tidak jatuh berdebuk ke tanah.Ki Rawa menahan sesak di dadanya, jurus si Putul benar-benar sangat hebat dan makin meningkat tajam. Sedangkan jurus miliknya malah stagnan, tak bertambah kesaktiannya.Di sisi lain, Putri Arumi sudah bertarung sengit dengan 3 Pendekar Tikus dan Pendekar Serigala.Sepintas Pendekar Putul tetap waspada, walaupun sud
Keduanya ternyata tidak melupakan musuh-musuh besarnya, sebelum sampai ke Kerajaan Hilir Sungai, mereka sengaja satroni persembunyian Ki Rawa Cs di Lembah Neraka."Kita harus bikin perhitungan dengan Ki Rawa Cs, aku akan balas kematian ibundaku, juga sudah sebabkan kita terjungkal ke jurang," kata Pendekar Putul.Ia lalu ajak Putri Arumi ke Lembah Neraka.Putri Arumi yang kini berbeda dengan 7-8 bulanan lalu tentu saja sangat antusias, sekaligus dia ingin ‘tes’ ilmu kanuragannya yang hebat.Jurus Dewi Lintah dan Jurus Sepasang Pedang Pencabut Nyawa yang sudah dia kuasai dengan baik, sekaligus ingin buktikan kehebatan kedua jurus dahsyat ini .“Hati-hati sayang, mereka bukan hanya sakti, tapi juga licik,” kata Pendekar Putul peringatkan kekasihnya ini.Putri Arumi tersenyum manis dan mengangguk. Kini mereka sudah sampai di depan hutan di lembah ini, setelah menempuh perjalanan hampir 1,5 bulanan.Putri Arumi masih ingat di mana dulu dia di sekap.Sehingga tanpa ragu, dia ajak Pendekar
Tak terasa sudah 5 bulan mereka bak ‘suami istri’ di pantai berpasir putih ini. Kini jurus terakhir dari kitab milik Dewi Lintah adalah, jurus pedang.Berdasarkan petunjuk di kitab tersebut, jurus pedang ini akan sangat hebat kalau di latih berpasangan.Dan…si Putul tanpa ragu cabut pedang pemberian nenek Putri Reswari.Saat pedang ini di sandingkan, kedua pedang ini seolah berpasangan saja, punya lebih lebih panjang hanya beberapa centi dari pedang milik Dewi Lintah yang kini di warisi Putri Arumi tersebut.“Waahh kayaknya jodoh ya sayang, liat,” kata Putri Arumi, yang tak ragu panggil si Putul dengan mesra, sambil sandingkan kedua pedang pusaka ini.Si Putul dengan wajah berseri-seri mengangguk, kini tanpa ragu keduanya mulai berlatih, gerakan si Putul dengan kaki ajaibnya sempat bikin pusing Putri Arumi.Tapi setelah dia pejamkan mata dan mulai salurkan tenaga saktinya, sesuai dengan jurus pembuka dari kitab Dewi Lintah, bayangan itu nampak jelas dan mulailah dia menyerang si Putul
Sebagai pemuda yang kenyang pengalaman menggauli wanita, tak perlu lagi banyak cakap, si Putul tahu di mana titik lemahnya seorang wanita.Dia membuat Putri Arumi sudah merasakan nikmatnya bercinta, padahal belum penetrasi.Apalagi saat si Putul mulai keluarkan jurus bercintanya, sampai kaget dan terpejam-pejam si putri jelita ini, saat perabotannya yang mulus tanpa rumput di lumat 'Pendekar Cabul' ini untuk yang pertama kalinya.Si Putul tak peduli lagi kalau Putri Arumi ini adalah tunangan Pangeran Daha, pengaruh buah ajaib membuat keduanya gelap mata dan terang nafsu, serta harus di tuntaskan saat ini juga.“Pelan-pelan…!” bisik Putri Arumi, saat sesuatu yang keras dan tegang mulai merasuki perabotannya yang tentu saja masih perawan.Si Putul pun kini lakukan secara perlahan dan dengan pengalamannya yang mumpuni di bidang puaskan hasrat ini.Alih-alin merasakan sakit, Putri Arumi malah melayang ke angkasa, saat si Putul mulai bergerak perlahaan memompa badannya di atas tubuhnya.Bua
“Hm…berarti kamu sendiri secara langsung keturunan dari Pangeran Wasi dan Dewi Lintah yaa?” kata Putri Arumi sambil memandang gundukan pasir di bawah tulisan itu.“Boleh dibilang begitu…tapi aku tak mau eufhoria,” sahut si Putul yang turut memandang gundukan tersebut dan dia tak mencegah, saat Putri Arumi secara tiba-tiba mendekati gundukan itu dan…menggalinya.Si Putul hanya memperhatikan, tapi dia tetap waspada, namun kini malah berbalik penasaran.“Apa yang kamu lakukan Putri?” tanya si Putul keheranan, karena Putri Arumi tanpa ragu menggali pasir putih itu dengan tangannya lentiknya.“Lihat ada peti hitam,” tunjuk Putri Arumi dan si Putul buru-buru mendekat. “Jangan buru-buru di buka putri, takutnya ada jebakan!” kata si Putul cepat, dirinya berpengalaman menemukan benda-benda rahasia yang tak sengaja di temukan dan biasanya ada jebakan berbahaya.Si Putul lalu pelan-pelan angkat peti ini dan baru saja dia meletakan di atas pasir.Putri Arumi kembali berseru, karena dia menemukan
"Buat…buat apaan sihh?” sungut Putri Arumi, yang justru belum melihat buah ajaib yang di tunjuk Pendekar Putul.Pendekar Putul tak menyahuti ucapa Putri Arumi, dengan terpincang-pincang dia menuju ke pohon yang dia sebut buah ajaib tadi.Tentu saja Putri Arumi tak melihat jelas, karena letaknya agak tersembunyi.Letaknya agak menjorok ke dalam gua atau terowongan, inilah sebabnya Putri Arumi tak melihatnya, apalagi kesaktiannya tak sehebat pendekar kaki buntung ini, yang bisa melihat dari jarak yang sangat jauh sekalipun.Setelah berjalan lumayan jauh, akhirnya mereka sampai juga di depan sebuah pohon yang tumbuhnya aneh tersebut.Yakni seperti menempel di dinding gua dan mampu menembus dinding cadas ini hingga keluarTapi daunnya kecil-kecil mirip daun pohon beringin, buahnya kecil-kecil seperti buah ceri dan berwarna merah tua.“Ini pohon dan buahnya itu ya Putul?” tanya Putri Arumi, yang kini lebih senang panggil begitu, karena pendekar ini minta panggil nama ‘poyokannya’ saja.“Ben
Tanpa setahu Putri Arumi yang masih nyenyak tidur, dengan jurus kaki ajaibnya, Pendekar Putul genjot tubuhnya sangat cepat, dia ingin tahu di mana ujung terowongan panjang berkelok-kelok ini.Kalau saja Putri Arumi terbangun tentu dia akan terheran-heran, karena tubuhnya bak di bawa terbang saja oleh Pendekar Putul.Hampir 3,5 jam kemudian, si Putul lega sekaligus plong, saat melihat di kejauhan ada sinar rembulan yang masuk.Ini menandakan dia sudah berada di ujung terowongan. Makin cepatlah dia genjot tubuhnya, akibatnya Putri Arumi terbangun dan memeluk erat punggung si Putul.Kaget dia tubuh mereka yang mepet kini berjalan luar biasa cepatnya, mengalahkan laju seekor kuda jantan.Akhirnya Putri Arumi turun dari punggung si Putul dan takjub melihat di depan mereka adalah hamparan pasir putih yang berada di bawahnya.Mereka sampai di tebing terowongan dan dibawahnya sekitar 20 meteran adalah sebuah pantai. Bulan bersinar amat terang dan menerangi laut lepas yang terlihat sangat tenan
Pendekar Putul cepat-cepat turunkan tubuh Putri Arumi ke tebing datar ini dan memeriksa nadi dan lehernya. Khawatir sekali dia, kalau terjadi apa-apa dengan si putri pujaan hatinya ini.Si Putul lega, Putri Arumi hanya pingsan saja, dan tangannya membiru, akibat terbentur dinding jurang tadi, karena saat itu lengan lentik ini memeluk perutnya dan otomatis terbentur dinding cadas ini.Si Putul lalu mengurut-urut perlahan dan tangan si putri yang tadi membiru dan bengkak kini berkurang bengkaknya. Bahkan tulang yang tergeser urat berhasil Putul kembalikan lagi.Untungnya Putri Arumi masih pingsan, andai sadar, pasti dia akan melolong sakit, saat di Putul benarin lagi lengannya.Dia lalu urut tengkuk putih mulus si putri jelita ini dan dia pun lega, Putri Arumi kini mulai tersadar dari pingsannya.“Kita d mana ini..?” mata Putri Arumi menatap si Putul, saat melirik ke samping, hampir saja dia menjerit lagi, melihat jurang hitam yang menganga.Tanpa sadar dia memeluk Pendekar Putul lagi,
Suara jeritan Putri Arumi memantul di dinding jurang dan seolah bersahut-sahutan, lalu suara ini lenyap.Ke 6 orang ini konta terdiam dan tak menyangka si Putul dan Putri Arumi akan terjungkal ke jurang.Ki Rawa, Pendekar Gledek, 3 Pendekar Tikus dan Pendekar Serigala sampai melongok ke dalam jurang, ingin lihat tubuh si Putul dan Putri Arumi yang melayang ke bawah.Namun mereka hanya melihat jurang hitam yang sangat dalam dan tidak kelihatan dasarnya.Tubuh keduanya sangat deras masuk ke jurang dalam hitungan kuran dari sedetik sudah lenyap di dalam jurang hitam dan diselimuti halimun ini.Ki Rawa dan 3 Pendekar Tikus bahkan nekat mencoba merayap ke dinding jurang, bermaksud mencari buah ajaib itu, mereka tak peduli dengan nasib si Putul dan juga Putri Arumi.Tapi mereka menyerah dan tak berhasil menemukan pohon buah ajaib tersebut, padahal mereka sudah sangat dalam dan jauh sekali turun ke bawah.Biarpun ke 4 nya sangat sakti, tapi beberapa kali mereka hampir tergelincir dan akhirnya