Tiba-tiba datang seorang pria kurus, dia langsung marah-marah, karena uangnya habis. Mulutnya tercium bau arak.
“Mana sisa uang kamu hahh, aku kalah lagi main judi!” bentak si pria ini, mengagetkan wanita setengah tua itu.
“Pa uang kita sudah habis, hasil kebun dan padi semua kamu rampas buat main judi. Nih padi kita tinggal sedikit, semua kamu jual, besok-besok kita makan apa?”
“Cerewet, makan batu saja habis perkara!” bentak pria tua ini. Tiba-tiba dia masuk dan saat keluar dia menyeret sekarung padi.
“Pa, jangan di bawa, cuman itu sisa padi kita, tolong jangan di jual, kita bakal kelaparan paaaa...!” wanita ini menghiba, sambil menahan karung itu.
Si pria ini lalu menepis tangan kurus wanita ini hingga terjengkang. Dia pun terus membawa karung tadi dan berniat menjualnya pada seorang tengkulak.
Japra membiarkan orang tua ini pergi dan dia terus menatap pilu si ibu tua ini. Lalu Japra ikuti k
Dengan langkah terseok-seok, si kumis dan dua anak buahnya pergi dari hadapan Japra, semua orang yang melihat ramai bergunjing, tapi Japra tak pedulikan itu semua.Si tua Pitono dengan wajah bengkak-bengka dan badan babak bundas kini mendekati Japra, yang berdiri tenang sambil memegang kantong uang milik si Kumis tadi.“Terima kasih anak muda!” Pitono yang kagum dengan Japra ucapkan itu.“Hmm…bukannya tobat sudah tua, ternyata masih saja gila berjudi, dasar orang tua tak tahu diri. Untung saja kamu tak di bunuh sekalian atau di bikin cacat oleh si Kumis dan anak buahnya!” tegur Japra halus, lalu pergi begitu saja di hadapan Pitono.Pitono pun pulang, beberapa kali dia hampir pingsan. Namun dia tetap memaksakan diri tetap menuju rumahnya, begitu sampai di depan rumahnya, dia kaget bukan main.Pemuda tampan tadi justru sedang asyik makan bersama istrinya, lauknya pun sangat banyak dan berlebihan. Di halaman mereka ada k
Semenjak Japra kembali di rumah ini, Pitono yang kini sudah sembuh kapok tak ketulungan main judi.Itu semua gara-gara kedatangan si Kumis dan puluhan anak buahnya ke rumahnya 3 hari kemudian.Awalnya semua uang milik si Kumis yang dirampas Japra diberikan semua pada ibu angkatnya ini. Ranci tentu kaget dan senang bukan main.Kali ini Pitono tak berani macam-macam merampas uang itu. Melihat Japra pulang dan menjelma jadi pendekar hebat, membuat nyalinya ciut.Uang tadi sebagian dibangunkan untuk rehab gubuk mereka menjadi rumah lumayan bagus, itu semua atas saran Japra.“Kalau bapak kembali main judi, aku akan biarkan bapak di hajar si Kumis, ingat uang ini milik mereka, sewaktu-waktu bapak pasti mereka cari!” cetus Japra, hingga Pitono hanya diam saja, tak berani membantah.Apa yang dikatakan Japra benar-benar terjadi, si Kumis ini datang lagi dengan 10 anak buahnya 3 hari kemudian.Pitono hampir kencing di celana melihat
Pendekar Codet dan kawannya lalu permisi, Japra melihat Ki Gutui terlihat tak sabaran masuk ke kamarnya. Agaknya dia sudah lama tak keloni bini ke 7 nya ini.Dengan kelihaiannya tanpa menimbulkan suara, Japra kini berpindah dan intip lagi, di sini dia kaget saat melihat istri ke 7 Ki Gutui ternyata masih sangat muda.Bandingkan dengan Ki Gutui yang sudah berusia hampir 65 tahunan. “Maaf sayang, ada tamu tadi,” Ki Gutui dengan nafsu bak serigala mulai rayu bini ke 7 nya.Wanita muda itu agaknya itu terlihat tertekan, tanpa bersuara apapun, dia naik ke ranjang dan dengan buas Ki Gutui melepas semua pakaian istrinya.Lalu meregangkan kedua kaki istrinya yang denok dan masih belia ini. Di sinilah Japra hampir tak tahan menahan tawa, burung milik Ki Gutui yang semula tegang letoy lagi.Walaupun dia berusaha keras berkali-kali memasukannya ke dalam perabotan bini mudanya ini.Namun berkali-kali terus mencoba, tapi belalainya teta
Di saat Ki Gutui ngamuk-ngamuk pada seluruh centengnya, karena tak tahu ada ‘musuh’ masuk ke rumahnya, yang berada di desa sebelah.Japra kini sudah di rumah orang tua angkatnya dan malam ini juga dia akan pamit.“Jangan khawatir bapak dan ibu tak akan di ganggu Ki Gutui, atau si Kumis dan kaki tangannya. Japra pamit dulu, untuk cari dua orang yang di sebut Ki Gutui tersebut.”Pitono dan Rinca melepas dengan berat hati anak angkat mereka, yang sudah menjadi pemuda tampan dan pendekar yang sangat sakti ini.Apa yang dikatakan Japra benar adanya, Ki Gutui kapok dan ngeri dengan kesaktian Japra, dia justru bersyukur tak di ganggu pemuda ini.Hanya kesal bini ke 7 nya jadi dingin melayaninya, di tambah burungnya tak seperkasa saat muda. Istri ke 7 nya ini diam-diam hanya mengkhayalkan si pemuda tampan, yang nekat mencipoknya.Inilah sebabnya Pitono yang sudah tobat mabuk dan main judi serta istrinya Rinca aman-aman saja s
Dengan indahnya wanita ini bergerak cepat dan serangan itu luput. Japra yang tak keburu mencegah pun sampai heran dan kagum, kedua wanita ini bukan pendekar sembarangan.“Heeh...kamu punya kepandaian juga, rasakan ini!” Ki Birawa yang marah bersiap kembali menyerang dengan jurus yang lebih mengerikan.Tangannya sampai berbunyi kerototan, tanda sangat marah dengan kelancangan gadis cantik itu, yang mampu hindari serangannya tadi.Japra langsug berdiri dan mencegah perbuatan Ki Birawa. Dia paham, kedua wanita ini dam-diam ingin membantunya. Sehingga dia tak ingin celakakan keduanya, walaupun belum kenal siapa mereka.“Tahan guru, baiklah aku ikut guru!” Japra bersuara dan Ki Birawa lalu mengurungkan niatnya. Sambil mendelik marah pada kedua wanita ini“Awas kalian,” dengus Ki Birawa.Kedua wanita ini malah senyum saja, cuek dengan ancaman Ki Birawa ini, karena mereka belum kenal siapa tokoh golongan hi
Makin panaslah kuping Ki Birawa, pertandingan ini sebenarnya seimbang, walaupun Japra kalah pengalaman, tapi dia menang tenaga dan jurusnya lebih murni.Lama-lama Ki Birawa mulai terdesak, tapi Japra tak tega mengalahkan gurunya ini. Justru inilah kelemahannya dan berakibat jelek buatnya.Ki Birawa tahu hal ini, dia benar-benar kaget bukan kepalang, seakan dianggap remah murdinya ini. Dengan siapa Japra berguru, kenapa kini makin lihai dan hebat saja, pikirnya keheranan.“Heii bangsat kalian berdua, cepat bantu aku bunuh si murid murtad ini. Tanpa buang waktu Ki Anom dan Pendekar Codet turut mengeroyok, mereka berdua sebenarnya masih dendam dengan kekalahan hampir 7 tahunan yang lalu dengan Japra.Kini terbukalah kesempatan untuk membalas kekalahan tersebut, mereka lupakan soal kesopanan, 3 pendekar tua dan sangat ditakuti di dunia persliatan, justru mengeroyok seorang pemuda yang belum banyak pengalaman.Barulah Japra merasakan kerepotan, 3
“Hiatttt….!” Serangkum serangan dahsyat menerpa punggung Japra yang telat menghindar, karena sedang tertindih serangan 4 orang lainnya, yang tak kalah dahsyatnya.Japra tak sempat lagi menghindar, bahkan dia juga tak sempat menangkis serangan mematikan ini. Posisi Japra kini terjepit dari semua jurusan.Japra terpaksa hanya kerahkan tenaga dalamnya yang hebat, agar pukulan ini tidak menghancurkan isi tubuhnya. Dia kenal betul serangan ini, tapi kaget dengan efeknya yang luar biasa.Buggh…Japra terjengkang, dia secepat kilat bangkitl alu…ketika akan membalas, tiba-tiba dia pun jatuh dan pingsan seketika, jantungnya seakan berhenti berdetak.Pukulan Ki Birawa itu adalah jurus yang disebut Jurus Halilintar Mengamuk. Pukulan yang dahsyat dan keji, berbahaya bukan main.Karena baru terkena angin pukulannya saja lawan yang kurang kuat tentu akan roboh dengan tubuh dalam keracunan!Ke 5 orang ini sampai melong
Bujukan halus Ki Anom mental, Japra hanya dia diam tak menyahuti ucapan ini. Japra kini pasrah, tubuhnya benar-benar tak berdaya, totokan lihai Ki Birawa membuatnya tak bisa bergerak, kecuali bicara.Di tambah lagi tubuhnya di ikat kuat di sebuah tiang yang ada dalam ruangan ini, tangan di atas dan kaki dirapatkan lalu di ikat sangat kuat.Benar-benar sebuah siksaan berat yang Japra alami. Japra ingat ketika berada di padepoan Ular Hitam, anak buah Ki Boka kalau menyiksa orang, persis seperti yang dia alami saat ini, tak peduli tahanan itu pria atau wanita.Kini terbuka mata Japra, betapa jahatnya kelompok golongan hitam ini.“Simpan bujukanmu itu Ki Anom, lagian buat apa juga aku balik dengan Putri Reswari yang udah tua dan nggak enak lagi. Masih banyak yang lebih muda. Bisa aku cari sendiri tanpa perlu bantuan kamu!” dengus Japra keluarkan kemangkelan hatinya.Jenderal Bugi dan Temanggung Odol sampai memerah wajahnya, marah junj
“Maafkan aku kakek Prabu Japra, kali ini cucumu yang pernah durhaka ini akan menjadi pendekar yang baik, tidak lagi jadi pendekar jahat!” tekad si Putul.Dan kini dia sudah menemukan sebuah desa, lalu beli pakaian yang bagus dan juga kuda, untuk lanjutkan perantauannya.Koin emas yang dulu dia bawa masih banyak dan untungnya tak tercecer saat dia terjungkal ke jurang dulu.Cuman dia tak lagi antusias mencari kedua orang tuanya. Dia malu pernah menyeleweng, apalagi ayahnya Prabu Harman seorang maharaja di Kerajaan Hilir Sungai.“Kasian ayahanda Prabu Harman, pasti sangat malu tak ketulungan, punya anak seperti aku, sudah cacat, menyeleweng pula, jatuh harga diri beliau!” gumam si Putul termangu d atas kudanya yang dia biarkan jalan sendiri.Uniknya, sampai kini si Putul belum tahu, kalau Putri Alona, ibu kandungnya, justru adik ayahnya sendiri. Si Putul juga tak ada niat lagi untuk cari ibu kandungnya, dia hanya ingin membawa hatinya, kemana saja.Sejak turun gunung, si Putul buktikan
Setelah Pangeran Akmal bercerita, giliran Pangeran Daha yang ceritakan pengalamannya yang di sempat di culik Dua Kembar Ruba Betina dan Pendekar Serigala, saat bermaksud selidiki Temanggun Dawuk, kepala kadipaten Barabong.Namun di tolong seseorang yang sangat misterius dan sampai kini Pangeran Daha tak tahu siapa penolongnya tersebut.Tentu saja Pangeran Daha tidak bercerita soal penyekapan 3 hari 3 malam, yang membuat dia jadi permainan kedua betina genit itu.Yang anehnya semenjak sembuh dari pengaruh racun mawar merah, kekuatannya diam-diam naik berlipat?“Aku tak melihat jelas wajahnya, hanya aku tahu penolongku itu berjubah hitam, dalamnya putih, wajahnya tak begitu jelas…oh yaa…sebentar, orang itu pakai tongkat!” kata Pangeran Daha, sambil ingat-ingat tubuh si penolongnya.Pangeran Daha juga bilang, tak tahu apakah pendekar usianya itu sudah tua ataukah seumuran dirinya. Tapi yang dia tahu, penolongnya bukan wanita, tapi sosok pria.Kakek Slenge’an, Putri Dao dan Pangeran Akmal
Dan sekali ini, si pemuda ini harus mengaku dalam hatinya bahwa lawannya sungguh sama sekali tidak boleh disamakan dengan lawan-lawannya yang pernah dia kalahkan.Ternyata si kakek ini memiliki ilmu pedang yang hebat, di samping tenaga dalamnya yang kuat, ditambah lagi sebatang pedang pusaka pendeknya yang sangat ampuh!“Kakek mundurlah, biar aku yang gantian hadapi dia!” tiba-tiba Putri Dao maju ke gelanggang pertarungan dan si kakek ini mundur, lalu berdiri di samping Pangeran Daha.Melihat gaya anggun dan kini saling berhadapan dari jarak 5 meteran, makin tak karuan rasa si pemuda ini.Mulailah Si Pemuda merasa ketar-ketir, melawan si kakek tadi saja dia sudah kelabakan, entah bagaimana pula dengan si gadis cantik yang agaknya galak ini, tapi sudah bikin hatinya jungkir-balik.Belum lagi pria yang tak kalah tampan dengannya, yang sejak tadi terlihat tenang-tenang saja, sama tak ada wajah khawatir dari raut mukanya.Bahkan Pangeran Daha seakan ingin lihat, apakah kepandaian keponakan
“Mereka akan merekrut sebanyak-banyaknya anggota, baik warga biasa, kaum pendekar golongan hitam ataupun putih, lalu akan mendirikan sebuah kerajaan baru, Kadipaten Barabong sudah berhasil mereka kuasai!” kata Putri Dao dengan bersemangat, bahkan tangan dan matanya seakan ikutan bicara.Sangat menarik dan makin cantik saja keponakannya ini saat bercerita, andai orang lain, pasti sejak tadi Pangeran Daha sudah jungkir balik jatuh cinta.Kecantikan Putri Dao, tentu saja mengalahkan kekasihnya, si Putri Nia.Kagetlah Pangeran Daha, ini bukan gerakan main-main, apalagi setahunya Pendekar Gledek sangat berpengalaman susun kekuatan, untuk kemudian lakukan makar.Walaupun selalu gagal, karena dihancurkan Prabu Japra dan Pangeran Boon Me, yang sukses dua kali gagalkan misi besar Pendekar Gledek.Sehingga sampai kini, Pendekar Gledek dendam tak kepalang dengan orang tua dan kakak dari Pangeran Daha ini.Tapi kalau terlambat di basmi, bisa jadi gerakan kelompok ini makin besar dan makin kuat ser
Sosok hitam yang mereka --Baung, Jinari dan Jamari, pikir hantu ini lalu mengusap wajahnya.Kemudian terlihatlah wajah yang sangat tampan, tapi berwajah murung, pakaian dalamnya putih, tapi di tutup jubahnya yang berwarna gelap.Lelaki tampan ini lalu masuk ke dalam kereta ini dan dengan cepat pondong tubuh Pangeran Daha yang setengah tertidur alias setengah pingsan ini.Gerakannya sangat cepat dan tak lebih dari 2 detik, tubuhnya yang kokoh dan menggunkan tongkat sudah lenyap dalam hutan lebat yang gelap ini.Saking hebatnya ilmu meringankan tubuhnya, kereta ini sama sekali tak bergerak, ini menandakan orang ini luar biasa ilmu silatnya.Pangeran Daha yang setengah sadar terbangun, dia merasa aneh, kenapa kini berada di sebuah gua, hari pun sudah beranjak pagi, tidak lagi malam dan berada di dalam kereta yang di bawa Dua Rubah Betina serta Pendekar Serigala.Tapi Pangeran ini tak pikirkan itu, dia cepat-cepat lakukan semedi dan kerahkan seluruh kesaktian tenaga dalamnya, untuk kembali
Kedua Kembar Rubah Betina yang bernama Jinari dan Jamari ini langsung kalang kabut berpakaian.Padahal mereka tengah enak-enaknya naik ‘kuda jantan’ ini, yang sengaja mereka recoki obat kuat, agar tetap perkasa, walaupun tenaga dalamnya tak berfungsi.“Sialan si Pendekar Serigala, orang lagi nanggung, eh main panggil saja,” gerutu Jinari, sambil bantu Pangeran Daha berpakaian lagi.Saking gemasnya, dia malah sempat-sempatnya memegang tongkat Pangeran Daha yang masih kokoh bak tongkat ulin.“Ihh padahal masih ngacengg say!” kata Jamarin terkekeh dan dengan gemas sempat melumat batang ini.Tapi panggilan orang yang mereka sebut Pendekar Serigala membuat keduanya dengan terpaksa papah Pangeran Daha keluar dari kuil tua ini.“Gila sekali kalian berdua, tahu kah kalian siapa dia ini hahhh? Dia ini Pangeran Daha, putra mahkota Kerajaan Muara Sungai. Kalau sampai lepas gara-gara ulah kalian, leher kalian berdua yang mulus itu bakalan misah dari tubuh kalian yang bakalan dilakukan guru kita,”
Bukannya melaporkan ke dalam, ke 5 orang ini serempak mengurung Pangeran Daha, bahkan tak lama datang lagi 10 orang, dengan golok terhunus.Sempat pangeran ini ingin berontak, namun dia pikir, lebih baik pura-pura menyerah untuk selidki apa yang sebenarnya terjadi.Pangeran Daha pun di bawa ke dalam bangunan ini dan kagetlah dia, setelah pedangnya di ambil, Pangeran Daha di masukan ke dalam sebuah kerangkeng hewan yang sangat kuat.Kerangkeng ini biasa di gunakan untuk menangkap hewan buas, seperti biruang juga harimau, bahkan gajah liar.“Hmm…makin aneh saja,” pikir Pangeran Daha, andai dia mau, tak sulit baginya jebol kerangkeng ini.Pangeran Daha di biarkan di sana sampai malam hari, tak pernah terlihat batang hidung Temanggung Dawuk.Namun tengah malam, Pangeran Daha kaget sekali saat mencium bau seperti bunga mawar, lalu dia pun tak sadarkan diri.Tak lama, tubuhnya yang sudah tak berdaya ini dikeluarkan dari karangkeng, dan di halaman rumah Temanggung Bawuk ini sudah menunggu seb
“Begitulah baginda pangeran, dalam waktu yang amat singkat, kelompok Ular Hitam pimpinan Ki Rawa dan Pendekar Gledek sudah memiliki ribuan pengikut, ini sungguh di luar dugaan!” kata Agu si Pendekar Pemarah.Yang tak ragu ceritakan hasil penyelidikan mereka berdua dengan Palo si Pendekar Pisau Sakti selama 2 mingguan ini.“Hmm…berbahaya sekali, apalagi ini masuk wilayah kerajaan Muara Sungai, kita harus segera hentikan gerakan ini, aku yakin ini akan menjadi cikal bakal gerakan pemberontakan,” cetus Pangeran Daha tanpa tedeng aling-aling.Palo menambahkan kisah Agu, sudah banyak pendekar golongan putih yang coba hadapi kelompok Ular Hitam ini.Karena sepak terjang kelompok ini sangat meresahkan dan tak segan merampok desa-desa terdekat dari padepokan kelompok ini.“Tapi banyak rekan kita yang tewas dan luka-luka berat!” sela Agu, sambil hela nafas.Palo pun membenarkan ucapan sahabatnya ini, bahkan mereka beberapa kali bentok dengan kelompok jahat itu, yang kedapatan merampok dan mencu
Saat akan menyahut, rekannya langsung menepuk lengannya, sehingga pria setengah tua ini langsung, tidak jadi menyahut ejekan wanita berbaju hitam tersebut.Kedua orang ini terdengar bicara perlahan, tapi Pangeran Daha tahu apa yang mereka bicarakan. Dengan kesaktiannya, dia menguping apa yang diomongkan dua orang ini.“Pendekar Pemarah, kita ke sini hanya menyelidiki soal Padepokan Ular Hitam yang makin merajalela, Ki Roja alias Pendekar Budiman, bahkan Ki Samonang minta kita jangan buat ulah,” bisik rekannya.Mendengar percakapan ini, Pendekar Daha langsung paham, kedua orang ini bukan penjahat, tapi sebaliknya, kelompok golongan putih, yang sedang dalam misi menyelidiki Padepokan Ular Hitam yang makin lama makin meresahkan ini.Tentu saja dia kenal baik siapa itu Pendekar Budiman, yang juga sahabat baik ayahandanya.Apalagi Ki Samonang, tokoh pendekar tua yang sangat sakti dan salah satu anggota 3 Pendekar Golok Putih yang sangat kesohor tersebut.Kini Pangeran Daha malah akan bersia