Di saat Ki Gutui ngamuk-ngamuk pada seluruh centengnya, karena tak tahu ada ‘musuh’ masuk ke rumahnya, yang berada di desa sebelah.
Japra kini sudah di rumah orang tua angkatnya dan malam ini juga dia akan pamit.
“Jangan khawatir bapak dan ibu tak akan di ganggu Ki Gutui, atau si Kumis dan kaki tangannya. Japra pamit dulu, untuk cari dua orang yang di sebut Ki Gutui tersebut.”
Pitono dan Rinca melepas dengan berat hati anak angkat mereka, yang sudah menjadi pemuda tampan dan pendekar yang sangat sakti ini.
Apa yang dikatakan Japra benar adanya, Ki Gutui kapok dan ngeri dengan kesaktian Japra, dia justru bersyukur tak di ganggu pemuda ini.
Hanya kesal bini ke 7 nya jadi dingin melayaninya, di tambah burungnya tak seperkasa saat muda. Istri ke 7 nya ini diam-diam hanya mengkhayalkan si pemuda tampan, yang nekat mencipoknya.
Inilah sebabnya Pitono yang sudah tobat mabuk dan main judi serta istrinya Rinca aman-aman saja s
Dengan indahnya wanita ini bergerak cepat dan serangan itu luput. Japra yang tak keburu mencegah pun sampai heran dan kagum, kedua wanita ini bukan pendekar sembarangan.“Heeh...kamu punya kepandaian juga, rasakan ini!” Ki Birawa yang marah bersiap kembali menyerang dengan jurus yang lebih mengerikan.Tangannya sampai berbunyi kerototan, tanda sangat marah dengan kelancangan gadis cantik itu, yang mampu hindari serangannya tadi.Japra langsug berdiri dan mencegah perbuatan Ki Birawa. Dia paham, kedua wanita ini dam-diam ingin membantunya. Sehingga dia tak ingin celakakan keduanya, walaupun belum kenal siapa mereka.“Tahan guru, baiklah aku ikut guru!” Japra bersuara dan Ki Birawa lalu mengurungkan niatnya. Sambil mendelik marah pada kedua wanita ini“Awas kalian,” dengus Ki Birawa.Kedua wanita ini malah senyum saja, cuek dengan ancaman Ki Birawa ini, karena mereka belum kenal siapa tokoh golongan hi
Makin panaslah kuping Ki Birawa, pertandingan ini sebenarnya seimbang, walaupun Japra kalah pengalaman, tapi dia menang tenaga dan jurusnya lebih murni.Lama-lama Ki Birawa mulai terdesak, tapi Japra tak tega mengalahkan gurunya ini. Justru inilah kelemahannya dan berakibat jelek buatnya.Ki Birawa tahu hal ini, dia benar-benar kaget bukan kepalang, seakan dianggap remah murdinya ini. Dengan siapa Japra berguru, kenapa kini makin lihai dan hebat saja, pikirnya keheranan.“Heii bangsat kalian berdua, cepat bantu aku bunuh si murid murtad ini. Tanpa buang waktu Ki Anom dan Pendekar Codet turut mengeroyok, mereka berdua sebenarnya masih dendam dengan kekalahan hampir 7 tahunan yang lalu dengan Japra.Kini terbukalah kesempatan untuk membalas kekalahan tersebut, mereka lupakan soal kesopanan, 3 pendekar tua dan sangat ditakuti di dunia persliatan, justru mengeroyok seorang pemuda yang belum banyak pengalaman.Barulah Japra merasakan kerepotan, 3
“Hiatttt….!” Serangkum serangan dahsyat menerpa punggung Japra yang telat menghindar, karena sedang tertindih serangan 4 orang lainnya, yang tak kalah dahsyatnya.Japra tak sempat lagi menghindar, bahkan dia juga tak sempat menangkis serangan mematikan ini. Posisi Japra kini terjepit dari semua jurusan.Japra terpaksa hanya kerahkan tenaga dalamnya yang hebat, agar pukulan ini tidak menghancurkan isi tubuhnya. Dia kenal betul serangan ini, tapi kaget dengan efeknya yang luar biasa.Buggh…Japra terjengkang, dia secepat kilat bangkitl alu…ketika akan membalas, tiba-tiba dia pun jatuh dan pingsan seketika, jantungnya seakan berhenti berdetak.Pukulan Ki Birawa itu adalah jurus yang disebut Jurus Halilintar Mengamuk. Pukulan yang dahsyat dan keji, berbahaya bukan main.Karena baru terkena angin pukulannya saja lawan yang kurang kuat tentu akan roboh dengan tubuh dalam keracunan!Ke 5 orang ini sampai melong
Bujukan halus Ki Anom mental, Japra hanya dia diam tak menyahuti ucapan ini. Japra kini pasrah, tubuhnya benar-benar tak berdaya, totokan lihai Ki Birawa membuatnya tak bisa bergerak, kecuali bicara.Di tambah lagi tubuhnya di ikat kuat di sebuah tiang yang ada dalam ruangan ini, tangan di atas dan kaki dirapatkan lalu di ikat sangat kuat.Benar-benar sebuah siksaan berat yang Japra alami. Japra ingat ketika berada di padepoan Ular Hitam, anak buah Ki Boka kalau menyiksa orang, persis seperti yang dia alami saat ini, tak peduli tahanan itu pria atau wanita.Kini terbuka mata Japra, betapa jahatnya kelompok golongan hitam ini.“Simpan bujukanmu itu Ki Anom, lagian buat apa juga aku balik dengan Putri Reswari yang udah tua dan nggak enak lagi. Masih banyak yang lebih muda. Bisa aku cari sendiri tanpa perlu bantuan kamu!” dengus Japra keluarkan kemangkelan hatinya.Jenderal Bugi dan Temanggung Odol sampai memerah wajahnya, marah junj
“Maafkan aku guru Pangeran Wasi, Mahaguru Ki Durga juga ayah dan bunda asliku, aku belum bisa berbhakti…mungkin besok, atau besoknya lagi nyawaku sudah selesai,” keluh Japra, dan kini hanya menghela nafas panjang, sambil menahan nyeri luar biasa di tubuhnya.Andai Japra tak punya daya tahan tubuh yang hebat, bisa jadi dia akan tewas sejak beberapa hari yang lalu.Japra lalu pejamkan mata, sekaligus redakan siksaan di tubuhnya. Namun setiap kali ingin keluarkan tenaga dalam, usahanya selalu gagal.Sehari setelah tak di siksa, tanpa Japra sadari, 10 penjaga yang ditempatkan Ki Birawa menjaganya di luar tahanan ini tergeletak tanpa nyawa.Dua sosok tubuh ramping dan gunakan cadar bergerak lincah dan gesit. Sekali sentak, kunci tahanan mereka jebol.Japra yang tenggelam dalam semedinya terbangun. Tapi karena dia tak berdaya, mata hanya menatap saja dua orang bercadar ini mulai memutuskan tali ulet yang mengikat tangan dan kakinya.
Japra pun menghela napas panjang, akhirnya Japra pun apa adanya ceritakan hubungannya dengan Ki Birawa dan kenapa dia panggil guru. Termasuk pertemuannya dengan Ki Palung, yang memberikannya sebuah peta.“Hmm…benar kata mahaguru Ki Durga, kamu sebenarnya bukan orang jahat, hanya nasib yang membawamu jadi murid Ki Boka dan Ki Birawa. Tapi kini kamu sudah paham, syukurlah kamu tak terlalu jauh masuk ke golongan mereka!”Ki Samonang mengelus jenggotnya dan kini duduk di depan Japra, diikuti Lusia dan Wulani.“Maafkan aku Ki Samonang, aku saat itu belum terlalu paham soal golongan hitam dan putih…hingga dulu bersikap kurang ajar..!” Japra bersuara lirih sambil pejamkan matanya, menahan sakit yang kembali kumat.“Tak apa Japra, aku tak pernah marah apalagi dendam, wajar juga kamu dulu yang masih kecil bersumpah, tapi tak paham artinya.""Sekarang aku justru mikir bagaimana menyelamatkan kamu dari racun berbaha
“Mahaguru…!” dengan usaha keras Japra langsung bangkit dan bersimpuh didepan pemilik suara, yang ternyata Ki Durga adanya.Nasib Japra secara tak sengaja tertolong si Dewa Persilatan, yang menemukannya pingsan di hutan dan membawanya ke dalam gua ini.Ki Durga yang berjalan ke mana kakinya melangkah awalnya tak kenal siapa Japra, tapi setelah membalik tubuh pendekar muda ini, dia pun menganggukan kepala.“Fisiknya hebat, kena racun yang bisa membunuhnya hitungan hari masih mampu berjalan sejauh ini,” gumamnya kagum.Lalu dengan tongkatnya dia congkel tubuh Japra, dan dengan entengnya tubuh kurus itu memondong tubuh tinggi besar Japra, seakan angkat sebuah benda ringan saja.Bahkan gerakan kakek Durga seolah terbang saja saking cepatnya, kakinya seolah tak menjejak tanah.Sampai di sebuah gua, dengan kesaktian yang sukar di ukur lagi saking hebatnya, Ki Durga bersihkan semua racun di tubuh Japra.Kini Jap
Kembali dia dengan semangat luar biasa menyedot batu, besarnya tak main-main, yakni sebesar kerbau.Batu besar itu bergerak sangat cepat ke arahnya, bak didorong 15 orang sekaligus.Blarrrrr….batu itu pecah jadi kerikil kecil, saat Japra menghantamnya dengan jurus Halilintar yang sangat panas.“Japra, saat kamu gunakan ilmu jurus lintah itu, kamu harus bisa memecahnya, satu buat menyedot, satu buat pertahanan!”Kembali Ki Durga beri petunjuk melalui suara jarak jauh buat murid istimewanya ini.“Baik mahaguru!” sahut Japra yang masih berkelebatan ke sana kemari.Wajahnya makin ceria, ketampananya yang selama ini banyak mendungnya berubah total. Suka senyum sendiri dan kadang tertawa.Wajah Japra tanpa dirinya sadari, makin menunjukan kegantengannya dan mirip dengan pria muda yang hadir dalam mimpinya, dan jadi rahasia besarnya.Ki Durga kembali berikan petunjuk-petunjuk dan Japra benar-benar gembir
Tak terasa sudah 5 bulan mereka bak ‘suami istri’ di pantai berpasir putih ini. Kini jurus terakhir dari kitab milik Dewi Lintah adalah, jurus pedang.Berdasarkan petunjuk di kitab tersebut, jurus pedang ini akan sangat hebat kalau di latih berpasangan.Dan…si Putul tanpa ragu cabut pedang pemberian nenek Putri Reswari.Saat pedang ini di sandingkan, kedua pedang ini seolah berpasangan saja, punya lebih lebih panjang hanya beberapa centi dari pedang milik Dewi Lintah yang kini di warisi Putri Arumi tersebut.“Waahh kayaknya jodoh ya sayang, liat,” kata Putri Arumi, yang tak ragu panggil si Putul dengan mesra, sambil sandingkan kedua pedang pusaka ini.Si Putul dengan wajah berseri-seri mengangguk, kini tanpa ragu keduanya mulai berlatih, gerakan si Putul dengan kaki ajaibnya sempat bikin pusing Putri Arumi.Tapi setelah dia pejamkan mata dan mulai salurkan tenaga saktinya, sesuai dengan jurus pembuka dari kitab Dewi Lintah, bayangan itu nampak jelas dan mulailah dia menyerang si Putul
Sebagai pemuda yang kenyang pengalaman menggauli wanita, tak perlu lagi banyak cakap, si Putul tahu di mana titik lemahnya seorang wanita.Dia membuat Putri Arumi sudah merasakan nikmatnya bercinta, padahal belum penetrasi.Apalagi saat si Putul mulai keluarkan jurus bercintanya, sampai kaget dan terpejam-pejam si putri jelita ini, saat perabotannya yang mulus tanpa rumput di lumat 'Pendekar Cabul' ini untuk yang pertama kalinya.Si Putul tak peduli lagi kalau Putri Arumi ini adalah tunangan Pangeran Daha, pengaruh buah ajaib membuat keduanya gelap mata dan terang nafsu, serta harus di tuntaskan saat ini juga.“Pelan-pelan…!” bisik Putri Arumi, saat sesuatu yang keras dan tegang mulai merasuki perabotannya yang tentu saja masih perawan.Si Putul pun kini lakukan secara perlahan dan dengan pengalamannya yang mumpuni di bidang puaskan hasrat ini.Alih-alin merasakan sakit, Putri Arumi malah melayang ke angkasa, saat si Putul mulai bergerak perlahaan memompa badannya di atas tubuhnya.Bua
“Hm…berarti kamu sendiri secara langsung keturunan dari Pangeran Wasi dan Dewi Lintah yaa?” kata Putri Arumi sambil memandang gundukan pasir di bawah tulisan itu.“Boleh dibilang begitu…tapi aku tak mau eufhoria,” sahut si Putul yang turut memandang gundukan tersebut dan dia tak mencegah, saat Putri Arumi secara tiba-tiba mendekati gundukan itu dan…menggalinya.Si Putul hanya memperhatikan, tapi dia tetap waspada, namun kini malah berbalik penasaran.“Apa yang kamu lakukan Putri?” tanya si Putul keheranan, karena Putri Arumi tanpa ragu menggali pasir putih itu dengan tangannya lentiknya.“Lihat ada peti hitam,” tunjuk Putri Arumi dan si Putul buru-buru mendekat. “Jangan buru-buru di buka putri, takutnya ada jebakan!” kata si Putul cepat, dirinya berpengalaman menemukan benda-benda rahasia yang tak sengaja di temukan dan biasanya ada jebakan berbahaya.Si Putul lalu pelan-pelan angkat peti ini dan baru saja dia meletakan di atas pasir.Putri Arumi kembali berseru, karena dia menemukan
"Buat…buat apaan sihh?” sungut Putri Arumi, yang justru belum melihat buah ajaib yang di tunjuk Pendekar Putul.Pendekar Putul tak menyahuti ucapa Putri Arumi, dengan terpincang-pincang dia menuju ke pohon yang dia sebut buah ajaib tadi.Tentu saja Putri Arumi tak melihat jelas, karena letaknya agak tersembunyi.Letaknya agak menjorok ke dalam gua atau terowongan, inilah sebabnya Putri Arumi tak melihatnya, apalagi kesaktiannya tak sehebat pendekar kaki buntung ini, yang bisa melihat dari jarak yang sangat jauh sekalipun.Setelah berjalan lumayan jauh, akhirnya mereka sampai juga di depan sebuah pohon yang tumbuhnya aneh tersebut.Yakni seperti menempel di dinding gua dan mampu menembus dinding cadas ini hingga keluarTapi daunnya kecil-kecil mirip daun pohon beringin, buahnya kecil-kecil seperti buah ceri dan berwarna merah tua.“Ini pohon dan buahnya itu ya Putul?” tanya Putri Arumi, yang kini lebih senang panggil begitu, karena pendekar ini minta panggil nama ‘poyokannya’ saja.“Ben
Tanpa setahu Putri Arumi yang masih nyenyak tidur, dengan jurus kaki ajaibnya, Pendekar Putul genjot tubuhnya sangat cepat, dia ingin tahu di mana ujung terowongan panjang berkelok-kelok ini.Kalau saja Putri Arumi terbangun tentu dia akan terheran-heran, karena tubuhnya bak di bawa terbang saja oleh Pendekar Putul.Hampir 3,5 jam kemudian, si Putul lega sekaligus plong, saat melihat di kejauhan ada sinar rembulan yang masuk.Ini menandakan dia sudah berada di ujung terowongan. Makin cepatlah dia genjot tubuhnya, akibatnya Putri Arumi terbangun dan memeluk erat punggung si Putul.Kaget dia tubuh mereka yang mepet kini berjalan luar biasa cepatnya, mengalahkan laju seekor kuda jantan.Akhirnya Putri Arumi turun dari punggung si Putul dan takjub melihat di depan mereka adalah hamparan pasir putih yang berada di bawahnya.Mereka sampai di tebing terowongan dan dibawahnya sekitar 20 meteran adalah sebuah pantai. Bulan bersinar amat terang dan menerangi laut lepas yang terlihat sangat tenan
Pendekar Putul cepat-cepat turunkan tubuh Putri Arumi ke tebing datar ini dan memeriksa nadi dan lehernya. Khawatir sekali dia, kalau terjadi apa-apa dengan si putri pujaan hatinya ini.Si Putul lega, Putri Arumi hanya pingsan saja, dan tangannya membiru, akibat terbentur dinding jurang tadi, karena saat itu lengan lentik ini memeluk perutnya dan otomatis terbentur dinding cadas ini.Si Putul lalu mengurut-urut perlahan dan tangan si putri yang tadi membiru dan bengkak kini berkurang bengkaknya. Bahkan tulang yang tergeser urat berhasil Putul kembalikan lagi.Untungnya Putri Arumi masih pingsan, andai sadar, pasti dia akan melolong sakit, saat di Putul benarin lagi lengannya.Dia lalu urut tengkuk putih mulus si putri jelita ini dan dia pun lega, Putri Arumi kini mulai tersadar dari pingsannya.“Kita d mana ini..?” mata Putri Arumi menatap si Putul, saat melirik ke samping, hampir saja dia menjerit lagi, melihat jurang hitam yang menganga.Tanpa sadar dia memeluk Pendekar Putul lagi,
Suara jeritan Putri Arumi memantul di dinding jurang dan seolah bersahut-sahutan, lalu suara ini lenyap.Ke 6 orang ini konta terdiam dan tak menyangka si Putul dan Putri Arumi akan terjungkal ke jurang.Ki Rawa, Pendekar Gledek, 3 Pendekar Tikus dan Pendekar Serigala sampai melongok ke dalam jurang, ingin lihat tubuh si Putul dan Putri Arumi yang melayang ke bawah.Namun mereka hanya melihat jurang hitam yang sangat dalam dan tidak kelihatan dasarnya.Tubuh keduanya sangat deras masuk ke jurang dalam hitungan kuran dari sedetik sudah lenyap di dalam jurang hitam dan diselimuti halimun ini.Ki Rawa dan 3 Pendekar Tikus bahkan nekat mencoba merayap ke dinding jurang, bermaksud mencari buah ajaib itu, mereka tak peduli dengan nasib si Putul dan juga Putri Arumi.Tapi mereka menyerah dan tak berhasil menemukan pohon buah ajaib tersebut, padahal mereka sudah sangat dalam dan jauh sekali turun ke bawah.Biarpun ke 4 nya sangat sakti, tapi beberapa kali mereka hampir tergelincir dan akhirnya
Dua minggu kemudian mereka sampai di tempat di mana dulu Pendekar Putul terjungkal ke jurang, setelah berduel dengit dengan Pendekar Budiman dan akhirnya di hantam Ki Samonang, yang saat itu mengira si Putul salah satu pendekar golongan hitam.Walaupun belakangan keduanya sudah minta maaf pada pendekar ini, tapi kala itu si Putul malah bergurau, kalau dia tak terjungkal ke jurang, belum tentu dia sehebat sekarang.Ketegangan mulai terasa, saat Ki Rawa minta Si Putul turun ke bawah jurang yang tak kelihatan dasarnya ini.“Kenapa bukan kalian saja, tuh aku sudah membawa kalian jauh-jauh ke sini, pohon ajaib itu ada di dinding jurang. Dengan kesaktian kalian, ku rasa sangat mudah kalian mengambilnya,” cetus Si Putul, yang sejatinya sudah menduga hal ini, tapi dia sengaja, untul ulur waktu sekaligus cari cara bebaskan diri dari orang-orang ini.“Hehh Putul, kamu jangan menipu kami, mana aku tahu seperti apa pohonnya. Cepat kamu turun dan kami tunggu di sini. Pendekar Serigala, ambil lagi P
“Hayaaaa…sialan betul kita kali ini, apa yang dikatakan si kaki buntung benar juga,” sahut Ki Rawa serba pusing.“Hey tunggu dulu murid sialan, jangan buru-buru pergi. Kamu beri aku buah ajaib itu, agar luka dalam di tubuhku ini sembuh, atau setidaknya kamu sebutkan di mana mendapatkannya. Tapi kalau kamu tak mau, terpaksa Putri Arumi benaran kami sembelih, tuh aku tetap akan mati juga, gara-gara jurus rajawali mencaplok mangsa sialan milikmu tu!”Tiba-tiba Pendekar Gledek ajukan usul yang cerdik dan licik, sehingga Pendekar Putul tak jadi hela kudanya dan kini menatap bekas gurunya ini. “Hmm…benar juga, ayo kaki buntung, berikan buah itu, aku juga minta satu!” cetus Ki Rawa, yang diam-diam sudah tahu khasiat buah ajaib tersebut.Dia rupanya ingin memakan buah yang bisa meningkatkan kesaktiannya tersebut.Kali ini si Putul yang gantian kaget.Benar-benar licik dan selalu penuh muslihat, tak heran mereka di juluki dedengkotnya golongan hitam, selalu ada saja akalnya,” batin si Putul k