BERSAMBUNG
Pangeran Langkor aslinya adik kandung Maharaja Chula, tapi dari selir, usianya lebih tua dari sang putra mahkkota, kata Pembesar Bhumin.“Sebelum Maharaja Chula lahir dari permaisuri, Pangeran Langkor sudah lahir 5 tahun lebih dulu dari putri selir. Itulah yang membuat Pangeran Langkor sakit hati, jabatan putra mahkota di copot dan diberikan pada adiknya,” cerita Pembesar Bhumin.Pembesar Bhumin juga sebut, kakek Boon Me dari ibu dan pamannya adalah adik dari maharaja terdahulu, urutan ke 7.“Walaupun sudah jauh, tapi kamu tetap punya trah kerajaan, di mana setahun sekali, saat ulang tahun maharaja, semua keluarga kerajaan akan di kumpulkan. Tahun ini akan dilangsungkan 4 bulanan lagi, tepat saat Maharaja Chula berusia 55 tahun, kuharap kamu bisa datang!”Mendengar ini, tentu saja Boon Me antusias, selain ingin melihat sang Maharaja yang dikatakan seorang dewa yang menitis ke tubuh sang Maharaja. Boon Me juga ingin berkenalanan dengan keluarga ibu dan pamannya.Setelah bercerita panjan
“Hmm…!”Mendengar dehem itu, Boon Me kaget dan langsung membuka matanya. Dia pun langsung terpana, karena di sisi kanannya yang hanya berjarak 15 meteran, sudah berdiri Putri Kalia, sambil menggenggam pakaiannya.Prasss….pakaian yang sempat di ambilnya tadi langsung dilemparkan ke arah Boon Me, yang sudah berdiri alam keadaan…telanjang bulat.Pakaian tadi langsung di ambil dan Boon Me dengan santainya kenakan kembali pakaiannya.Putri Kalia langsung melengus, melihat gaya Boon Me yang sama sekali tidak ‘tahu malu’ dengan sengaja berpakaian agak lambat.“Pendekar setan, tak punya malu dan tata krama,” dengus Putri Kalia.Tapi ekor matanya melirik ke arah pemuda ini yang tetap senyam-senyam sambil berpakaian hingga rapi kembali, termasuk sepatunya.Bahkan Boon Me sempat-sempatnya mengeringan rambut panjangnya, lalu mengikatnya dengan pita. Gayanya seperti ‘anak gadis’ kepergok bujang, tapi yang ini kebalikannya.“Siapa juga suruh kamu ke sini dan ambil pakaiannku…!” sahut Boon Me cuek, s
"Ibu Suri….kenapa bisa begitu Bibi, apakah ibu suri benci sekali dengan Maharaja Chula?” tanya Boon Me ingin tahu dan bertanya antusias.Walaupun tidak tinggal di kota dan selalu berpetualang, namun Boon Me juga paham soal intrik politik di kerajaan.Apalagi dia suka baca kitab-kitab sejarah dan pastinya suka curi dengar pembicaraan politik kalau mampir di sebuah warung atau restoran, di manapun dia singgah.Tentu saja Boon Me tak menyadari, darah bangsawan di dalam dirinya, mulai dari ibu kandungnya hingga ayahnya itulah yang membuatnya melek politik kerajaan.“Iya Boon Me, semenjak naik tahta Maharaja Chula di recoki terus oleh seorang pembesar yang selalu meracuni maharaja dengan kalimat provikatif. Asal kamu tahu Boon Me, ayahku dulu sudah diampuni Maharaja sebelumnya, yang juga kakekku, serta paman kakek buyutmu. Tapi gara-gara di recoki pembesar ini, semuanya jadi berantakan, ayahku dan ribuan pengikutnya habis di bantai…!”Tanpa ragu, Putri Kalia sebut ada sebuah kelompok yang m
“Aku sebenarnya mencurigai adik Maharaja Chula…dia adalah Pangeran Koh, dia juga lahir dari selir lain, sama seperti ayahandaku, jabatannya saat ini di kerajaan adalah Menteri Urusan Rakyat!” Tanpa ragu Putri Kalia sebut, kakeknya yang juga paman kakek buyutnya Boon Me ini memiliki banyak selir, jumlahnya 35 orang selir, dan pastinya banyak meninggalan keturunan, salah satunya, ya Boon Me dan Putri Kalia ini.Putri Kalia lalu bercerita, Bendera Hitam ini sebenarnya di dirikan ayahnya, sebagai sebuah partai politik, sebab undang-undang kerajaan sudah berubah.“Yang atur kerajaan itu adalah perdana menteri, tapi semua kebijakan strategis ada di tangan raja. Namun semenjak di anggap pemberontak, Partai Bendera Hitam lalu di cap sebagai partai terlarang, inilah sebabnya aku berjuang untuk pulihkan nama baik ini selama bertahun-tahun,” curhat Putri Kalia, sekaligus seolah buka mata hati Boon Me soal kerajaan.Putri Kalia juga kisahkan, diam-diam Pangeran Koh ini berambisi jadi Maharaja. A
Boon Me pun akhirnya tertidur nyenyak, selama ini hanya tidur di gua atau di atas pohon, tapi saat ini dia bisa menikmati kasur yang empuk.Saking nyenyak, Boon Me bermimpi sedang bercinta dengan Putri Kalia, yang dalam mimpinya menemuinya ke kamar ini dan tanpa di duga mengajaknya bercinta.Tapi saat asyk bergelut di kasur ini, tiba-tiba Guru Dao ibunya datang.“Boon Me, kamu mulai sekarang harus bertanggung jawab pada Putri Kalia, kamu akan jadi suami bibi misanmu ini!”Lalu bayangan ibunya hilang dan lenyap, Boon Me pun terbangun. Sesaat dia termenung. Mimpi ini bikin dia senyum sendiri, masa iya Putri Kalia harus jadi istrinya, sepupunya ibunya lagi...?Boon Me melihat jendela yang tertutup, cuaca diluar masih gelap, tanda masih belum pagi. Boon Me yang masih terkaget-kaget dengan mimpinya, tak bisa tidur lagi.Diapun lalu bersemedi saja untuk mengumpulkan hawa sakti.Malam ini para penjaga perkampungan Kelompok Bendera Hitam menjaga dengan penuh kewaspadaan, akan tetapi mereka tet
Tapi setelahnya Putri Kalia tak sempat lagi berpikir panjang, genjotan tubuh Boon Me yang bak kilat membuatnya harus sekuatnya mengimbangi kehebatan lari cepat pendekar tampan ini.Ratusan anak buahnya saja sampai melongo melihat kesaktian Boon Me yang seolah menghilang saja, saat menarik tangan Putri Kalia dan menghilang dari hadapan mereka.Melihat Putri Kalia kesulitan mengimbangi lari cepatnya ini, Boon Me lalu berbisik dan ajari bagaimana keluarkan kemampuan tenaga dalamnya, agar mampu seperti dirinya.Putri Kalia bukan orang biasa, dia sudah sangat tinggi ilmu kanuragannya, sehingga dalam waktu singkat, bisikan Boon Me langsung dia laksanakan.Hasilnya…wajah Putri Kalia berbinar, dia kini mampu imbangi langkah kaki Boon Me. Walaupun andai Boon Me lepas tangannya, pasti Putri Kalia bakalan jauh tertinggal.Tanpa sadar genggaman ini makin erat saja, kalau tadi Boon Me yang menggenggam erat, kini gantian Putri Kalia yang tak mau melepaskan genggaman ini.Boon Me sudah lulus lakukan
“Boon Me, katanya mau ajarin aku jurus berlari cepat, mumpung kita di sini, ayoo ajarin aku sekarang!” kata Putri Kalia tiba-tiba.“A-apa Bi, berlari sekarang…?” sahut Boon Me bengong.“Hahhh…aku ngomong kapan kamu ajarin jurus berlari cepat, bukan ajak kamu berlari, aiiihh kok pikiran kamu ke mana sih?” tegur Putri Kalia dengan bibir cemberut, sambil senyum manis.“Alamaaaakk…senyumnya..!” batin Boon Me sambil menatap wajah Putri Kalia, lagi-lagi bengong sendiri.Tettt….aduhh, ceplos Boon Me, tiba-tiba saja jari lentik Putri Kalia mencubit lengannya, saat bengong begini, tubuh Boon Me sedang kosong, sehingga cubitan ini terasa sakit…amboiii!“Eh iya..iya, jadi begini caranya bi!”Akhirnya dengan komplet Boon Me jelaskan bagaimana caranya melatih jurus mengejar angin yang hebat ini.Bukan masalah semedi 10 hari 10 malam itu yang membuat Putri Kalia keberatan, tapi harus telanjang bulat di bawah air terjun itu, yang bikin wajahnya kembali bersemu merah.Dadanya kembali berdebar-debar,
Boon Me pun duduk-duduk saja tak jauh dari air terjun ini, dia benar-benar menjaga agar tak gangguan terhadap Putri Kalia.Tak pernah sekalipun Boon Me pergi. Kalau malam tiba, dia sengaja bikin api unggun dan tetap di sana. Kecuali hari ke 5, Boon Me mencari tempat berteduh, karena hari itu hujan turun lumayan deras, sejak pagi hingga sorenya.Tapi setelah reda malamnya, kembali Boon Me ke tempat tadi…dan hari-hari krusial pun makin membuat Boon Me berdebar-debar.“Ini sudah hari ke 8, tinggal dua hari lagi, semoga bibi kuat bertahan,” batinnya.Waktu jadi terasa sangat lambat bagi Boon Me…hari ke 8 lewat, kini masuki hari ke 9.“Hmm satu hari lagi…bertahanlah bi, aku yakin kamu bisa,” batin Boon Me sambil terus menatap air terjun ini, sekaligus selalu waspada terhadap apapun.Hari ke 10 dan tinggal beberapa saat lagi semedi Putri Kalia akan berakhir, hati Boon Me makin tegang.Tiba-tiba dia kaget, saat melihat dua ekor ular merah merayap mendekati tempat semedi Putri Kalia.Ular sebe