BERSAMBUNG
“Kalian santai saja, mereka cari penyakit menghadang kita,’ kata Boon Me lagi, untuk tenangkan ketiganya yang mulai pucat pasi wajahnya. Lalu dengan nakalnya dia mencium pipi Khao, hingga wanita manis ini tersipu-sipu.Dia lalu berbisik-bisik, sehingga ke 3 nya langsung paham, tapi sekaligus tegang..!Kereta ini pun berhenti dari jarak 10 meteran, ke 15 orang ini tersenyum senang menatap 3 wanita cantik berada di sais kereta.Tak mereka sangka di siang hari, di tengah hutan yang lebat dan jadi wilayah kekuasaan kelompok ini, akan menemukan sebuah kereta bagus dan bonusnya 3 wanita cantik. “Amboiii…untung kita besar hari ini, ada 3 bidadari nyasar dengan kereta indahnya,” seru seorang penghadang ini sambil elus-elus gagang goloknya.Rekan-rekannya yang lain kompak tertawa, mereka pun sama kagetnya, sais keretanya adalah 3 wanita jelita.“Hei 3 bidadari kalian mau kemana, kenapa tidak mampir dulu ke tempat kami. Kami akan jamu kalian dengan pesta besar, kita bakar kambing guling, setela
Kereta kuda ini seolah sedang gempa bumi saja, saat Boon Me dengan gayanya yang flamboyan bikin ke 3 wanita cantik ini bergantian terbang ke awan dibuatnya.Bosan di kereta, Boon Me tak segan ajak mereka berenang di danau yang tak begitu luas dan setelahnya di akhiri dengan bercinta lagi di sisi danau tersebut.Selama 3 harian di sini, mereka seolah sedang kemping sekaligus bulan madu saja.Soal makanan, bejibun di tempat ini. Binatang sepert rusa dan ikan melimpah, bahkan ada ular merah, yang saat di panggang malah bikin hangat tubuh mereka.Tapi Boon Me malah kaget, setelah menyantap ular merah itu, mereka seolah makan obat kuat. Khao, Limi dan Pao jadi liar dan inginnya dipuaskan terus oleh pendekar mata biawak ini.“Sialan ni ular, malah bikin libido naik, bahaya kalau makan ular aneh itu lagi,” pikir Boon Me tertawa sendiri, ia sendiri tak begitu terpengaruh, karena punya batin dan tenaga dalam yang sangat hebat.Boon Me yang sudah ‘lulus’ selama 4 tahunan lebih berada di pertapaa
Namun Boon Me tak ingin terlena dengan suasana kota, dia putuskan segera berkunjung ke rumah Bibi Anong, bekas murid ibu kandungnya.Di hari ketiga, setelah puas jalan-jalan melihat kota yang sangat ramai dan indah ini, Boon Me pun menuju ke rumah Bibi Anong.Rumah Bibi Anong cukup mewah, ini menandakan Bibi Anong dan suaminya bukan orang sembarangan dan pastinya memiliki jabatan metereng. Rumah mereka pun juga di jaga 2 prajurit di depan rumahnya ini.“Stop, kamu mau cari siapa..?” seorang penjaga langsung menahan langkah Boon Me yang ingin masuk ke teras.“Namaku Boon Me, aku mau ketemu Bibi Anong, aku ini keponakan jauhnya, apakah beliau ada?”Anehnya, kedua penjaga ini saling pandang, lalu mereka malah membawa Boon Me ke sebuah pos sekuriti. Sepertinya mau intoregasi, Boon Me mengikuti saja dengan hati bertanya-tanya.“Anak muda…kamu terlambat, Bibi Anong yang kamu cari sudah tiada, beliau tewas 1 bulan yang lalu,” kata penjaga tadi, hingga Boon Me terkejut sekali.“Tewas…apa sebab
Boon Me terdiam sesaat, lalu dia tak ragu buka pakaiannya dan perlihatkan tanda hitam itu dan melongolah si nenek ini, tiba-tiba si nenek ini menangis mengerung-ngerung, hingga Boon Me melongo keheranan.Saking heran dan bingungnya, Boon Me membiarkan si nenek ini terus menangis terisak-isak dan akhirnya berhenti sendiri, karena kecapekan.“Boon Me, ikuti aku masuk ke rumah ini,” lalu si nenek yang sudah tenang ini berjalan di depan Boon Me.Anehnya gerakannya sangat gesit dan cepat, padahal tubuhnya kurus dan bongkok. Tapi Boon Me tak berani bertanya, ia diam saja dan terus mengikuti akan di bawa kemana.Begitu pintu di buka, terdengarlah bunyi seperi besi berkarat, tanda pintu rumah ini lama tak di buka."Ikuti aku," kembali terdengar suara si nenek aneh ini.Si nenek aneh ini terus berjalan menuju ke bagian belakang bangunan kuno ini, Boon Me pun tetap sungkan bertanya, dia terus ikuti kemana akan di bawa.“Ada rahasia apalagi ini, tadi pagi kematian Bibi Anong yang aneh, kini di ke
“Pendekar Pulau Borneo…belum pernah aku dengar ada pendekar dengan julukan begitu. Tapi Perwira Asra yang berkhianat…ini menarik juga untuk di selidiki,” pikir Boon Me makin penasaran dengan cerita nenek ini.Si nenek yang minta di panggil Nek Irao, lalu persilahkan Boon Me tinggal di sini, karena rumah kuno ini otomatis kini milik Boon Me, yang merupakan anak tunggal Guru Dao, yang sengaja di jaga nenek Irao.“Asal kamu tahu Boon Me, ibu kamu Guru Dao dan Panglima Sorachai yang membasmi pemberontakan itu bersaudara tapi beda ibu. Kalau kamu ada waktu, kunjungilah paman kamu itu, yang juga jadi Panglima Tertinggi Kerajaan Rama ini, ku dengar si panglima tua itu bersahabatl baik dengan ayah kandungmu tersebut!” kata Nek Irao.Nenek Irao ternyata seakan punya indera ke enam, tanpa Boon Me cerita, dia seolah tahu, tujuan Boon Me muncul saat ini, pasti ingin tahu siapa jati diri ayah kandungnya tersebut.Nenek Irao juga sudah ceritakan, kalau dirinya semasa guru Dao masih hidup, jadi pemba
Hari ke 5, kembali nenek Irao terkaget-kaget, saat Boon Me sedang memainkan jurus-jurus rajawali mencaplok mangsa.Angin bersiuran deras dan tempat ini mendadak dingin, seolah sedang berada di puncak gunung.Gerakan Boon Me juga sangat gesit dan tubuhnya seolah berubah jadi bayangan saja saking cepatnya.Baju nenek Irao pun berkibar, tebakan Boon Me tepat, si nenek bongkok ini sama sekali tak begitu terpengaruh dengan angin dingin ini, dia biasa-biasa saja. Tanda kesaktian si nenek ini lumayan tinggi.Kalau orang biasa, apalagi tak punya ilmu kanuragan, sudah pasti terjungkal kena pengaruh jurus hebat ini.Ibarat pelajaran sekolah, Boon Me hanya memperlancar jurus-jurusnya saja lagi, sebab dasar ini sama dengan miliknya, yakni Jurus Rajawali yang dia pelajari di gua pertapaan Pangeran Wasi dan Ki Durga selama 4 tahunan.Tanpa Boon Me sadari, jurus yang sedang dia latih ini sama persis dengan jurus milik Prabu Japra, bedanya jurus di tangan pendekar sakti sudah sangat matang.Bahkan den
“Demi cinta, dia rela hamil dan harus kehilangan nyawa, setelah melahirkan kamu ini Boon Me,” kata Nenek Irao lagi.Inilah yang membuat Boon Me kadang meneteskan airmata, setiap kali menatap lukisan ibunya tersebut.Ingat betapa besarnya pengorbanan ibunya, hingga rela kehilangan nyawa demi melahirkannya. Pengorbanan yang tentunya tak main-main dan rela kehilangan nyawa.Anehnya, selama berlatih di sini, apabila Boon Me ketiduran ata bersemedi di dekat lukisan ibunya, dia sering bermimpi, ibunya memberi dia petunjuk cara berlatih Jurus Rajawali.Keanehan ini di ceritakan nya ke Nenek Irao dan si nenek ini bilang, itulah kesaktian Guru Dao."Kamu sangat beruntung Boon Me roh ibumu selalu mendampingi dan membimbingmu di sini," cetus nenek Irao.Tapi bila Boon Me tidur di kamar yang disediakan Nenek Irao, Boon Me tidak bermimpi apa-apa, dia pun bisa tidur nyenyak hingga pagi.Hari ini Boon Me memantapkan hati untuk menemui pamannya, Panglima Sorachai, tentu saja beda rumah sang panglima d
Bagaimana tak malu, sebab kedua gadis jelita ini otomatis sepupu-sepupunya. Masa iya Boon Me berani main gila, sebab mereka adik-adik misannya sendiri, anak dari Panglima Sorachai ini?Untungnya panglima seakan paham apa yang ada di benak Boon Me, pria tua ini sudah kenyang asam garam kehidupan.“Kalau kamu ada waktu, bantulah kedua adikmu itu berlatih Boon Me, kulihat kamu memiliki ilmu kanuragan tinggi,” cetus Panglima Sorachai, hingga Boon Me kaget juga, sekaligus kagum, mata tajam sang panglima seakan tahu isi dirinya.“B-baik paman panglima, nanti adik Putri Chai dan Putri Amona, aku ajarin berlatih ilmu pedang,” sahut Boon Me gugup, karena malu.Setelah berbasa-basi singkat, dengan hati-hati Boon Me pun bertanya siapa ayah nama kandungnya dan di mana kini tinggal…?“Ayahmu bernama Japra, julukannya di sini dulu adalah Pendekar Pulau Borneo, karena dia memang orang sana. Dia seorang pendekar sakti sekaligus pemuda perantauan!” kata Panglima Sorachai, yang tidak tahu kalau Japra su