BERSAMBUNG
Boon Me terdiam sesaat, lalu dia tak ragu buka pakaiannya dan perlihatkan tanda hitam itu dan melongolah si nenek ini, tiba-tiba si nenek ini menangis mengerung-ngerung, hingga Boon Me melongo keheranan.Saking heran dan bingungnya, Boon Me membiarkan si nenek ini terus menangis terisak-isak dan akhirnya berhenti sendiri, karena kecapekan.“Boon Me, ikuti aku masuk ke rumah ini,” lalu si nenek yang sudah tenang ini berjalan di depan Boon Me.Anehnya gerakannya sangat gesit dan cepat, padahal tubuhnya kurus dan bongkok. Tapi Boon Me tak berani bertanya, ia diam saja dan terus mengikuti akan di bawa kemana.Begitu pintu di buka, terdengarlah bunyi seperi besi berkarat, tanda pintu rumah ini lama tak di buka."Ikuti aku," kembali terdengar suara si nenek aneh ini.Si nenek aneh ini terus berjalan menuju ke bagian belakang bangunan kuno ini, Boon Me pun tetap sungkan bertanya, dia terus ikuti kemana akan di bawa.“Ada rahasia apalagi ini, tadi pagi kematian Bibi Anong yang aneh, kini di ke
“Pendekar Pulau Borneo…belum pernah aku dengar ada pendekar dengan julukan begitu. Tapi Perwira Asra yang berkhianat…ini menarik juga untuk di selidiki,” pikir Boon Me makin penasaran dengan cerita nenek ini.Si nenek yang minta di panggil Nek Irao, lalu persilahkan Boon Me tinggal di sini, karena rumah kuno ini otomatis kini milik Boon Me, yang merupakan anak tunggal Guru Dao, yang sengaja di jaga nenek Irao.“Asal kamu tahu Boon Me, ibu kamu Guru Dao dan Panglima Sorachai yang membasmi pemberontakan itu bersaudara tapi beda ibu. Kalau kamu ada waktu, kunjungilah paman kamu itu, yang juga jadi Panglima Tertinggi Kerajaan Rama ini, ku dengar si panglima tua itu bersahabatl baik dengan ayah kandungmu tersebut!” kata Nek Irao.Nenek Irao ternyata seakan punya indera ke enam, tanpa Boon Me cerita, dia seolah tahu, tujuan Boon Me muncul saat ini, pasti ingin tahu siapa jati diri ayah kandungnya tersebut.Nenek Irao juga sudah ceritakan, kalau dirinya semasa guru Dao masih hidup, jadi pemba
Hari ke 5, kembali nenek Irao terkaget-kaget, saat Boon Me sedang memainkan jurus-jurus rajawali mencaplok mangsa.Angin bersiuran deras dan tempat ini mendadak dingin, seolah sedang berada di puncak gunung.Gerakan Boon Me juga sangat gesit dan tubuhnya seolah berubah jadi bayangan saja saking cepatnya.Baju nenek Irao pun berkibar, tebakan Boon Me tepat, si nenek bongkok ini sama sekali tak begitu terpengaruh dengan angin dingin ini, dia biasa-biasa saja. Tanda kesaktian si nenek ini lumayan tinggi.Kalau orang biasa, apalagi tak punya ilmu kanuragan, sudah pasti terjungkal kena pengaruh jurus hebat ini.Ibarat pelajaran sekolah, Boon Me hanya memperlancar jurus-jurusnya saja lagi, sebab dasar ini sama dengan miliknya, yakni Jurus Rajawali yang dia pelajari di gua pertapaan Pangeran Wasi dan Ki Durga selama 4 tahunan.Tanpa Boon Me sadari, jurus yang sedang dia latih ini sama persis dengan jurus milik Prabu Japra, bedanya jurus di tangan pendekar sakti sudah sangat matang.Bahkan den
“Demi cinta, dia rela hamil dan harus kehilangan nyawa, setelah melahirkan kamu ini Boon Me,” kata Nenek Irao lagi.Inilah yang membuat Boon Me kadang meneteskan airmata, setiap kali menatap lukisan ibunya tersebut.Ingat betapa besarnya pengorbanan ibunya, hingga rela kehilangan nyawa demi melahirkannya. Pengorbanan yang tentunya tak main-main dan rela kehilangan nyawa.Anehnya, selama berlatih di sini, apabila Boon Me ketiduran ata bersemedi di dekat lukisan ibunya, dia sering bermimpi, ibunya memberi dia petunjuk cara berlatih Jurus Rajawali.Keanehan ini di ceritakan nya ke Nenek Irao dan si nenek ini bilang, itulah kesaktian Guru Dao."Kamu sangat beruntung Boon Me roh ibumu selalu mendampingi dan membimbingmu di sini," cetus nenek Irao.Tapi bila Boon Me tidur di kamar yang disediakan Nenek Irao, Boon Me tidak bermimpi apa-apa, dia pun bisa tidur nyenyak hingga pagi.Hari ini Boon Me memantapkan hati untuk menemui pamannya, Panglima Sorachai, tentu saja beda rumah sang panglima d
Bagaimana tak malu, sebab kedua gadis jelita ini otomatis sepupu-sepupunya. Masa iya Boon Me berani main gila, sebab mereka adik-adik misannya sendiri, anak dari Panglima Sorachai ini?Untungnya panglima seakan paham apa yang ada di benak Boon Me, pria tua ini sudah kenyang asam garam kehidupan.“Kalau kamu ada waktu, bantulah kedua adikmu itu berlatih Boon Me, kulihat kamu memiliki ilmu kanuragan tinggi,” cetus Panglima Sorachai, hingga Boon Me kaget juga, sekaligus kagum, mata tajam sang panglima seakan tahu isi dirinya.“B-baik paman panglima, nanti adik Putri Chai dan Putri Amona, aku ajarin berlatih ilmu pedang,” sahut Boon Me gugup, karena malu.Setelah berbasa-basi singkat, dengan hati-hati Boon Me pun bertanya siapa ayah nama kandungnya dan di mana kini tinggal…?“Ayahmu bernama Japra, julukannya di sini dulu adalah Pendekar Pulau Borneo, karena dia memang orang sana. Dia seorang pendekar sakti sekaligus pemuda perantauan!” kata Panglima Sorachai, yang tidak tahu kalau Japra su
“Lihat serangan!” bentak Putri Chai yang jengah dengan ucapan Boon Me, termasuk Putri Amona yang kini ikutan menyerang pemuda sakti ini.Boon Me tentu saja tertawa kecil, serangan demi serangan yang dilancarkan dua dara jelita ini baginya bak mainan anak kecil saja.Tanpa berpindah dari posisinya semula, enteng saja Boon Me menghindar, andai tidak ingat kedua orang ini adik-adik sepupunya, sejak tadi tangan Boon Me gatal ingin tepuk pantat keduanya.Apalagi melihat pantat Putri Chai yang lentik di balut pakaiannya yang ringkas hingga menampilkan lekuk tubuhnya yang indah.Bukan main kesalnya kedua putri ini, semua serangan mereka luput, hebatnya lagi tak sekalipun Boon Me menjauh dari tempatnya semula.Terlebih wajah Boon Me terus senyum-senyum saja, yang bagi keduanya senyuman ini seakan ejekan.“Adik Amona kamu serang kakinya, aku serang lehernya,” terdengar bentakan kesal Putri Chai.Pelatih jurus ilmu pedang mereka sampai melongo mendengar bentakan Putri Chai yang terlihat marah i
Mulai lah Boon Me pasang telinga dan mata dan tujuan pertamanya adalah memata-matai rumah Perwira Asra, suami mendiang Bibi Anong.Hari jelang tengah malam, Boon Me kini sudah berada di atas atap rumah Perwira Asra. Dia mulai intip di mana si perwira ini berada.Hasilnya…belum terlalu lama dia melihat ada bayangan cepat yang sangat mengejutkan.Boon Me tak jadi mengintip, saat dia melihat ada bayangan hitam melompat lewat jendela dan tak lama kemudian sudah lenyap ke dalam rumah ini.“Hebat sekali bayangan itu, siapa dia?” batin Boon Me memuji sekaligus penasaran dengan bayangan tadi.Boon Me bergerak sangat halus, hingga kakinya yang menginjak genteng tak terdengar sama sekali.Pelan-pelan dia mencongkel sebuah genteng untuk melihat aktivitas di bawah di ruangan rumah ini.Matanya terkaget-kaget, saat bayanan hitam tadi melepas jubahnya dan ternyata seorang wanita sangat cantik dengan wajah dingin.Pakaianya juga serba hitam dan mencetak body yang sangat mengagumkan.Di depannya adala
“Hmm…calon mayat ini banyak bacot, baiklah agar kamu tidak jadi mayat penasaran. Aku adalah Putri Kalia, aku putri Pangeran Langkor, aku sengaja menuntut balas atas kematian ayahku di tangan kalian,” dengus wanita ini sambil copot cadar tipis di balik wajahnya.Terlihat lah wajah cantik jelita seorang wanita yang terlihat dingin dan tidak menampilkan wajah ramah sama sekali.Kecantikan yang bikin Boon Me terkagum-kagum sendiri. Pemuda tampan ini memang sudah berbakat penilai wanita, inilah modal seorang flamboyan sejati.Boon Me pun harus akui, Putri Chai dan Putri Amona cantik, tapi wanita ini sedikit lebih cantik dan agak dewasa. Karena sepertinya ada riasan sedikit wajahnya, hingga kecantikan bak bidadari turun ke empang!“Ahh tuan putri ternyata...!” Pembesar Bhumin tiba-tiba berlutut dan beri penghormatan pada Putri Kalia, layaknya seseorang yang beri penghormatan pada keluarga kerajaan.“Huh hentikan basa-basimu Pembesar Bhumin, bersiaplah kamu mati!” sratt Putri Kalia cabut pe
Hebohlah warung lumayan besar ini, gaya Bafin yang seperti bangsawan kaya raya dan traktir semua orang, dalam sekejab membuat semuanya luar biasa hormat padanya.Gara-gara ini pula, sikap Bafin makin…angkuh dan tinggi hati, tak ubahnya seperti Pangeran Wasi!“Hei para para sinden dan pemain musik, kalian nyanyi terus yaa, ambil ini.”Bafin kembali letakan 20 koin perak, sambil menatap dua sinden cantik yang malu-malu meong saat melihat tatapan tajam si Bafin ini.Koin ini diterima salah satu pemain musik ini dengan wajah ceria.Inilah ‘tips’ paling besar yang mereka terima, biasanya hanya koin perunggu, itu pun tak seberapa.Bafin di datangi semua pengunjung warung dan memuji-mujinya sebagai ‘pangeran’, sekaligus ucapkan terima kasih, karena sudah di traktir makan sepuasnya.“Siapakah nama tuan muda yang mulia ini,” salah satu pengunjung warung memberanikan diri bertanya. Sambil perhatikan gaya makan Bafin yang kayak pemuda aristokrat.Lagi-lagi gaya ini mencontek perilaku Pangeran Wa
Tapi setelah di jewer ibunya, baru si putri manja ini diam dan tak berani lagi mendesak ikut ayahnya."Kamu itu bukan anak-anak lagi Alona, kamu sudah remaja, lagian 2 tahun lagi kamu akan menikah dengan Pangeran Wasi," sungut Putr Arumi.Pendekar Putul dan Putri Arumi memang sangat memanjakan putri jelita ini.Pendekar Putul beda jurusan dengan Durga, pendekar sakti berkaki satu ini langsung pergi ke Kampung Ilung, yang berjarak 1,5 bulan naik kuda dari Lembah Neraka.“Aku akan selidiki dulu dari sana,” batinnya.Pendekar Putul tentu saja terkejut dengan tragedi yang menimpa Renggo dan istrinya, rumah mantan kekasihnya itu kini bahkan terbengkalai dan penuh semak belukar.Karena Renggo dikabarkan tetangganya menghilang, setelah membunuh istrinya yang tukang selingkuh tersebut.Namun dia mendengar Bafin memang pernah ke sini beberapa tahun lalu.**Di saat keluarganya kini sudah tahu siapa dirinya, bahkan ayah kandungnya Pangeran Arya alias Pendekar Putul serta Pangeran Durga kini sed
Setelah diam sejenak seakan kumpulkan kekuatan, akhirnya Pendekar Putul akui masalalunya ini. “Memang ku akui…sebelum dengan Putri Arumi, aku lama berhubungan dengan wanita bernama Nyai Sawitri dari Kampung Ilung, di Pegunungan Meratus bagian Tengah, mantan selir dari Pangeran Busu, bekas Temanggung Tapanas, kenapa paman bertanya soal itu?Plakkk…Pangeran Boon Me menepuk pahanya, hingga bikin kaget Pendekar Putul.“Tak salah lagi, si Bafin itu anak kandungmu Arya, dengan Nyai Sawitri pastinya!” ceplos Pangeran Boon Me.“Bafin…siapa si Bafin itu?” tanya Pendekar Putul yang kini kebingungan sendiri.“Siapa kalau bukan orang yang kamu tanyakan tadi, remaja berbaju abu-abu yang sangat cepat berlari turun dari lembah ini, itulah si Bafin anakmu Arya!”“Hahhh…kok bisa?”“Iya bisalah, karena si Bafin sudah cerita soal ibu kandungnya,” sahut Pangeran Boon Me yang malah senyum di kulum. Ingat julukan kemenakannya ini adalah…Pendekar Cabul!“Tolong paman ceritakan dengan jelas siapa Bafin it
Kali ini Bafin nekat saja, dia masih yakin Putri Aura juga mencintainya. Apalagi selama ini perhatian sang putri padanya sangat jelas dari sikap si jelita ini di matanya. Putri Aura terdiam sejenak, dia lalu menarik nafas panjang seakan kumpulkan kekuatan hatinya, sikap Bafin ini memang lancang.Tapi inilah gaya asli Bafin, yang tak suka berpura-pura dan selalu bicara apa adanya.“Bafin…sejujurnya..aku memang sangat menyukaimu…ta..?”“Putri kalau begitu, kita harus menghadap ayah dan ibu angkat, kita akan bicara soal ini…!” potong Bafin spontan.Wajahnya berbinar-binar, Putri Aura pun sampai kagum menatap betapa tampannya wajah Bafin kalau sudah begini, ketampanan Bafin ini sudah jadi buah bibir seluruh gadis-gadis di Lembah Rajawali.“Tunggu dulu Bafin, selesaikan aku bicara,” sela Putri Aura sambil menepis tangan Bafin yang ingin memegang tangannya, Bafin-pun kontan terdiam.“Bafin…memang, aku memang menyukaimu..tapi tidak….mencintaimu, aku sebenarnya mencintai Abang Durga!”Deg…j
Pangeran Boon Me mendengarkan kisah dari Putri Aura dan Pangeran Wasi, sementara Bafin di minta istirahat di kamarnya.Padahal diam-diam, pendekar sakti ingi tahu, di antara kedua 'anaknya' ini, bagaimana sepak terjangnya.Pangeran Boon Me geleng-geleng kepala mendengar Bafin sangat ganas dan 9 orang kelompok Bajing Hitam itu tewas di tangannya semua.Setelah itu keduanya di minta ke kamar masing-masing.Pangeran Boon Me pun kini bicara dengan Putri Kalia, di temani 3 Pendekar Golok Bayangan, si Juling alias Ki Fanoi, si Muka Pucat Ki Jolo dan si Codet Ki Ankar.“Hmmm Bajing Hitam, aku baru dengar ada kelompok penjahat itu,” kata Pangeran Boon Me sambil menatap istri dan 3 pembantu setianya ini.“Aku pernah dengar mahaguru, kelompok ini sangat terkenal di Kerajaan Kubu Raya berada di ujung barat pegunungan meratus. Nah, ini sangat aneh, kenapa mereka sampai nyasar ke daerah Selatan ini, apa tujuan mereka, ini tak bisa kita diamkan, perlu di seldiki,” sela Ki Fanoi mulai khawatir.“Oh
Kali ini di pimpin Pangeran Durga, ke empatnya berkeliling desa ini dan Bafin sampai menggelutukan giginya menahan amarah.Tanpa di ketahui Durga dan Pangeran Wasi serta Putri Aura, diam-diam Bafin dekati orang yang pingsan tadi.Lalu dia bertanya di mana sarang mereka, setelah tahu, lalu tanpa ampun Bafin bunuh orang tersebut dengan jurus usap gledeknya.Sehingga kini 9 orang menggeletak tanpa nyawa...!Puluhan wanita muda baik yang masih gadis ataupun sudah bersuami jadi korban pemerkosaan kelompok jahat itu, tangis pilu para korban membuat kemarahan Bafin tak bisa di tahan.Andai tak memandang wajah Abang angkatnya, sudah sejak tadi Bafin akan kejar dan habisi kelompok jahat tersebut.Apalagi banyak para laki laki d ikampung kecil ini jadi korban pembunuhan kelompok itu, yang sempat kuasai desa ini hingga 5 hari.“Kita lempar ke jurang saja mayat ke 9 orang itu, tak usah di kubur, biar mereka di makan serigala liar di dasar jurang!” dengus Bafin, sambil melirik ke Pangeran Wasi yan
Namun lagi-lagi menatap wajah kakaknya, Pangeran Durga, Bafin tunduk dan tidak mau gegabah.Diam-diam kelakuannya ini dilihat oleh Putri Aura dan si cantik jelita ini sudah paham, siapa kelak pria yang paling pas sebagai…calon suaminya.“Awass…!”Putri Aura berteriak kaget, ketika tiba-tiba ada serangan yang menghantam Pangeran Wasi yang masih berada di atas kuda.Pangeran Durga dan Bafin sama-sama bergerak luar biasa cepatnya memapaki serangan gelap ini.Akibatnya orang yang bicara tadi terjungkal ke tanah dan tubuhnya pingsan seketika, tubuhnya kejang-kejang dan tak lama kemudian diam tak bergerak.Si Putra Mahkota ini terhindar dari serangan fatal tersebut. Pangeran Wasi kini turun dari kudanya, dia terlihat amat marah dengan kecurangan ini.Srattt..!Dia cabut pedang nya dan kini malah maju duluan, tanpa sadar serangan tadi bisa saja membahayakan jiwanya.Inilah rupanya yang dikatakan Putri Aura, kalau Pangeran Wasi pada dasarnya baik dan selalu terdepan dalam membela siapa saja,
“Tenang adik Aura, aku siap menjaga mu,” ceplos Bafin spontan, Pangeran Boon Me kaget lagi, termasuk Pangeran Wasi, lancang betul ni orang, pikir Pangeran Wasi tak senang.“Ayo kita berangkat sekarang, keburu kabur kawanan perampok itu,” potong Pangeran Durga, karena tak enak hati melihat pandangan ayahnya, terutama Pangeran Wasi terhadap kelancangan Bafin ini.Ke 4 orang ini naik kuda dan langsung menuju ke desa yang di satroni para perampok dan kabarnya sampai kini masih kuasai kawanan jahat itu.Walaupun secara usia Pangeran Durga tertua, tapi si Pangeran Wasi seolah ingin tunjukan dominasinya.Dia bilang pada Pangeran Durga, Bafin dan Putri Aura, untuk menahan diri kelak.“Biar aku yang akan bicara dulu dengan para perampok itu, sebelum kita bertindak keras!” kata Pangeran Wasi.“Siapppp baginda pangeran,” sahut Bafin agak sinis sambil rangkapkan kedua tangannya, hingga Durga dan Putri Aura menahan tawa melihat sikap Bafin begitu.Setelah berkuda hampir 3 jam, akhirnya mereka samp
Semenjak kehadiran Putri Aura, Bafin makin semangat latihan, dia bahkan selalu datang lebih dulu dari murid-murid yang lain.Putri Aura sebenarnya mirip kelakuan dengan Bafin, ceria, suka bercanda dan selalu ramah pada siapa saja.Kebalikannya dengan Pangeran Durga yang tenang dan kalem, serta tak banyak gaya.Putri Aura juga cepat akrab dengan dua saudara angkat ini. Dia kagum melihat kehebatan Bafin dan Pangeran Durga saat latihan berdua.Kalau sudah keluarkan jurus kaki ajaibnya, sampai silau mata Putri Aura melihat gerakan Bafin yang mirip kilat, saking cepatnya.“Hebat sekali kamu Bafin,” puji Putri Aura spontan, hingga si Bafin makin ‘sengaja’ bergaya, keluarkan kemampuan terhebatnya.Durga…hanya senyum kecil melihat ulah adik angkatnya ini.Tapi diam-diam Puti Aura juga semakin kagum saat melihat gaya bersilat Pangeran Durga, biarkan tak segesit dan secepat Bafi gerakannya.Tapi dengan jurus kapas rajawalinya yang makin matang, semua serangan Bafin tak bisa menembus kokohnya per