“Ihh dasar jongos, tahu nggak kamu, paman pangeran ini sangat hebat, ibuku yang sakti saja tak bisa mengalahkannya,” sela Putri Seruni sambil mengetuk kepala Boon Me, seolah-olah Boon Me ini adiknya saja.Boon Me hanya terdiam sambil senyum mesem di jitak Seruni, anehnya dia tak marah, padahal kalau orang lain beginikan dia, bisa ngamuk si Boon Me ini.Dan inilah yang aneh terutama bagi Aura, kini Seruni dan Boon Me sangat akrab, seolah mereka ini sudah kenal lama, padahal baru beberapa jam bertemu.Sikap angkuh, pemarah, cuek dan tinggi hati Seruni bertemu dengan Boon Me yang pendiam dan baru bicara kalau di sapa duluan.Boon Me juga tak pernah membantah apalagi menyela cerocosan Seruni, cocok sekali mereka bersahabat!“Anak aneh, nih lihat,” cetus Pendekar Gledek jengkel karena diremehkan Boon Me, dia lalu melempar isi minumannya di gelas ke atas, tiba-tiba air tadi berubah mengeras seperti salju dan hebatnya terdiam di udara.Atraksi bak sulap ini bikin Boon Me terbelalak. Inilah p
“Tuan Pakhan tolong jangan ganggu kak Seruni, kak cepat pergi,” kata Boon Me dan nekat menghadang langkah Pakhan dan Coi yang kembali akan ringkus Seruni.“He-he…bos, agaknya si bocil laknat ini naksir si bocil jelita ini,” ejek Coi, yang puas melihat Seruni terjengkang diterjang Pakhan.Wajah Boon Me langsung memerah di sebut naksir Seruni. “Cuihhh, ngomong seenak udelmu, aku belum kalah,” srattt…Seruni cabung pedang tipisnya dari pinggangnya.“Hmm…kamu anak siapa gadis kecil, nyalimu dan ilmu kanuraganmu boleh juga,” cetus Pakhan memandang kagum, walaupun tetap saja dia anggap remeh kemampuan silat Seruni.“Siapa yang berani mati mengganggu puteriku,” tiba-tiba bak setan, sudah berdiri Aura di depan Pakhan dan Coi.“Wowww….inikah ibunya, kayak bidadari turun dari laut bosqueee?” seru Coi, tapi baru saja berkata begitu, Coi langsung terjengkang hingga 5 meteran, bibirnya berdarah, kepalanya bak mau pecah, sesaat Coi antara pingsan dan tidak.Tanpa terlihat mata, tangan lentik Aura su
Seruni duduk santai bersama dayang-dayang ibunya, sambil sesekali memandang Boon Me yang duduk diam bak patung di halaman belakang penginapan ini.Semedi itu bukannya singkat, sampai tengah malam, barulah Boon Me diminta istirahat dan itu terus berlangsung sampai 4 hari berturut-turut.Tapi ketabahan Boon Me memang mengagumkan, dia tak mengeluh ataupun protes, tetap patuh pada ucapan gurunya ini.Hari ke 5, semedi dihentikan, karena tibalah saatnya pemilihan ketua golongan hitam di adakan, Boon Me ikuti Seruni saksikan pemilihan ini.Panggung yang sudah disiapkan untuk bertarung, kini dipenuhi ratusan undangan yang mengelilingi tempat ini.Ki Anom terlihat bak raja saja, dia duduk santai di sebuah kursi, berdampingan dengan Pendekar Gledek dan Nyai Aura, yang hari ini makin cantik saja, hingga banyak suitan nakal pada ibunda putri Seruni ini.Ki Anom sebagai tuan rumah lalu naik ke atas panggung, setelah berbasa-basi sebutkan nama-nama tamu VIP nya, Ki Anom lalu lanjutkan pidatonya.Pa
Aura tersenyum sinis, Ki Bana yang bertubuh tinggi besar melihat penampilan Aura yang bak putri bangsawan dengan tangan mulus dan tubuh indah, tentu saja leleran di buatnya.Sekaligus anggap remeh kehebatan wanita yang berjuluk Pendekar Rajawali Pedang Putih ini.“He-he kalau kamu ku kalahkan, kelak kamu kujadikan ‘Ratu’ dan kita bisa bercinta siang malam hasilkan anak-anak hebat kelak dan jadi pendekar nomor satu di kolong langit,” ejek Pendekar Harimau dengan mata berbinar-binar.Semua orang tertawa, tapi banyak juga yang iri, kalau benaran si badan gede ini menang, bisa ‘hancur-hancuran’ badan Aura di buatnya.“Liat serangan,” lalu sebuah serangan yang amat dingin menerjang Pendekar Harimau, akibatnya pria ini kaget bukan kepalang, andai tak cepat melompat, tentu tubuhnya akan terkena jurus hebat ini.Peluh dingin langsung keluar di dahinya, saat melihat lantai panggung di mana tadi dia berdiri berlubang sebesar kepalan tangannya.Padahal lantai panggung ini terbuat dari balok-balo
Dengan ilmu silatnya yang sudah amat tinggi, ditambah jurus-jurus yang dia latih dari kitab Ki Birawa, kehebatan Ki Anom meningkat pesat sekali. Bahkan Pendekar Gledek-pun kini sulit mengalahkannya.Ke empat orang ini terkesiap begitu Ki Anom balas menyerang, Ki Anom tiba-tiba mengeluarkan pekik aneh, suara ini mengandung tenaga mujijat yang sukar di lawan ke 4 musuhnya.Menghadapi gerakan aneh Ki Anom yang kini keluarkan kombinasi jurus kelelawar dan jurus yang selama ini dimilikinya, ke 4 orang ini benar-benar kaget sekali.Merekapun cepat mengerahkan tenaga dalamnya, mereka bahkan tak sungkan mengeluarkan senjatanya masing-masing.Kini ke 5 nya sudah sama-sama keluarkan kemampuan terbaiknya. Akan tetapi alangkah kagetnya mereka, secara tiba-tiba datang cengkeraman yang seolah sangat banyak dari lengan Ki Anom yang bergerak luar biasa cepatnya ini.Lalu dengan entengnya lengan-lengan ini mencekram ke empatnya dan melemparkannya keluar dari panggung dan jatuh jumpalitan ke tanah.Ber
“Aku Pendeta Suli, kalian tentu sudah kenal dengan mendiang Pendeta Sura, nah dia itu kakakku. Dan ini adalah muridku sekaligus Putra Mahkota Kerajaan Hilir Sungai, namanya Pangeran Harman!”Pri yang lebih tua dan berpenampilan bak pendeta ini meengenalkan diri.Semuanya kini menatap keduanya, Pendekar Gledek lalu menjura memberi hormat, termasuk Ki Anom dan Pendekar Codet.Sebagai orang berpengalaman, ketiganya paham, si pendeta dan muridnya yang juga putra mahkota ini punya ilmu kanuragan hebat.Tentu saja mereka tahu, kalau Pangeran Harman ini aslinya bukan anak angkat Ratu Reswari, tapi anak asli, ayahnya siapa…? Tidak ada yang tahu.Tapi mereka juga maklum, Putri Reswari yang merupakan mantan selir Raja Daha dulu pernah nakal!Ketiganya sama kagetnya, tak menyangka anak Ratu Reswari kini sudah menjadi remaja sangat tampan dan perlente.“Ih mentang-mentang putra mahkota, gayanya selangit,” sungut Putri Seruni mangkel.Tapi Boon Me beda lagi, saat menatap wajah Pangeran Harman, dia
Ki Anom mengeluarkan pekik aneh ketika tiba-tiba kedua lengannya kini berubah hitam kebiruan. Tanda setiap jurus yang dia keluarkan mengandung racun hebat dan mematikan.Pangeran Harman terlihat tak gentar, dia lalu bergerak sangat cepat hindari serangan ini. Tubuhnya berkelebatan lalu bergerak membentuk sebuah langkah kaki ajaib.Melihat gerakan ini, Pendekar Gledek kagum juga, langkah kaki ini mirip seperti yang dimiliki mendiang Pendeta Sura, bahkan terlihat sangat sempurna.“Jurus kaki ajaib dia kuasai, hebat juga si pangeran ini,” batin Pendekar Gledek dan kini tak lagi anggap remeh kehebatan Pangeran Harman.Diam-diam pendekar ini malah mula khawatir, kalau-kalau Ki Anom yang baru terpilih sebagai ketua dan seorang tokoh senior golongan hitam akan kalah, ini pastinya sangat memalukan.Selama hidupnya Ki Anom ini belum pernah gentar menghadapi ilmu silat dari manapun juga.Akan tetapi menghadapi gerakan aneh yang mengandung getaran mujijat kaki ajaib ini, ia benar-benar kaget sek
Blarrrr….! Untuk kesekian kalianya, terdengar suara yang luar biasa memekakan telinga. Kali ini Pendeta Suli dan Pendekar Gledek sama-sama mundur dan saling pandang.Nafas keduanya memburu, ini membuktikan tenaga dalam dan ilmu kanuragan mereka seimbang dan saat sama menatap, keduanya juga paham, kalau keduanya sama-sama memiliki ilmu sihir.“Pendekar Gledek, anda memang hebat, kurasa cukup dulu pertarungan kita ini. Sebaiknya kita bicara serius di dalam, bersama Pangeran Harman dan Ki Anom!”“Hmm…baiklah,” Pendekar Gledek pun turun dari panggung dan diikuti Pendeta Suli.Lalu Pendekar Codet mewakili Ki Anom naik ke panggung dan berkata, acara sudah selesai, Ki Anom resmi jadi Ketua Golongan Hitam dan tamu-tamu dipersilahkan pulang ke tempat masing-masing.Boon Me otomatis mengikuti Aura dan Putri Seruni, dia sudah memutuskan akan menjadi murid Pendekar Gledek dan tidak sudi lagi jadi jongos Pakhan si bajak laut.Tapi diam-diam Boon Me bangga, Pendekar Gledek memang sakti! Sepintas dia
Bafin kini menatap ratusan anak buah Ki Manyan yang tiba-tiba saja berlutut dan memberi hormat padanya, sekaligus mohon pengampunan.“Bangkitlah kalian semua, mulai hari ini kalian harus berhenti berbuat jahat, atau aku basmi kalian sama seperti Ki Manyan dan rekan-rekan kalian yang kini sudah tewas itu, kalau kelak bertemu aku lagi dan kalian masih tetap berbuat kejahatan!”Terdengar suara Bafin, kalem saja, tapi karena di sini sunyi dan tak ada yang berani bersuara, bahkan daun jatuh pun akan kedengaran saking sunyinya tempat ini.Bafin lalu perintahkan semuanya agar segera kuburkan mayat-mayat yang bergelimpangan ini.Tanpa membantah mereka semuanya bekerja cepat dan halaman ini pun kini terbebas dari mayat-mayat tersebut.Termasuk mayat Ki Manyan juga di kuburkan di bagian belakang rumah besar ini.Setelah semuanya beres, Bafin membebaskan mereka semua dan tanpa banyak cincong mereka serempak pamit dan meninggalkan rumah Ki Manyan.Aksi Pendekar Tanpa Bayangan ini sontak bikin gege
"Singgg....!" Bafin dengan kekuatan yang di milikinya langsung menangkis semua pedang lawan yang meluncur dekat sekali dengan dadanya, dia juga bergerak luar biasa cepatnya.Bafin mengelak ke kanan dan kiri, akan tetapi pedang musuh-musunya itu sudah membacok dari kiri dengan kecepatan kilat. Bafin lantas menggerakkan pedangnya menangkis.Terpaksa menangkis karena sejak tadi dia lebih banyak mengelak, tidak pernah mengadu senjata secara langsung, maklum bahwa ratusan pedang yang menghantamnya sangat kuat, apalagi mereka ini rata-rata miliki ke saktian tinggi.Apalagi 3 orang yang jadi orang kepercayaan Ki Manyan. Kini, karena tidak mungkin mengelak lagi, terpaksa dia menangkis. "Cringgg....!" Pedang di tangan Bafin mampu patahkan puluhan pedang lawannya.Lalu Bafin mengerahkan tenaga dalamnya dan berteriak ke arah lawan-lawannya yang terus menyerangnya dengan ganas.Pedangnya menyambar dengan cepatnya, menusuk ke arah lambung semua pengeroyoknya dengan kecepatan luar biasa.Terdengarl
“Hei kalian berlima, jangan ke asyikan, cepat bawa tubuh Pendekar Tanpa Bayangan, keluar!” bentak Ki Manyan tiba-tiba.Saat bersamaan…tiba-tiba kepala Bafin pusing dan…dia pun tergeletak lemas saat baru saja mencium perabotan Nyai Laras…!Nyai Laras tersenyum kecil, dia pun lalu bangkit dan segera berpakaian, juga ke 4 istri Ki Manyan lainnya turut berpakaian lagi, padahal rata-rata masih nanggung dan masi terus kepingin dipuaskan pejantan tangguh ini.Tapi teriakan mengguntur Ki Manyan dan malah Pendekar Tanpa Bayangan kini pingsan di antara paha Nyai Laras, membuat mereka bergegas berpakaian lagi. Bafin terlambat menyadari, kalau minuman yang di sodorkan Nyai Laras bercampur obat bius, yang biasa di gunakan untuk jinakan harimau ataupun gajah, efeknya bikin pingsan...!Namun karena Bafin memiliki tenaga dalam hebat, reaksi obat bius itu lama baru membuat pendekar sakti ini pingsan.Bafin yang telanjang bulat lalu di ikat dan hanya pasangi kolor. Lalu beramai-ramai mereka berlima
Bafin lalu di ajak Nyai Laras dan satu orang istri Ki Manyan untuk beristrahat di sebuah kamar yang cukup mewah dan harum.Keduanya sama cantiknya, kalau Nyai Laras tadi istri ke 3, si Nyai satu ini adalah istri ke 5 dan dikenalkan Nyai Laras dengan nama Nyai Meni dan usianya masih 17 tahunan. “Tuan pendekar kalau butuh apa saja, jangan sungkan ngomong dengan kami berdua,” kembali Nyai Laras yang supel ini dengan gaya memikat menatap pendekar mata biawak yang tak bisa melihat wanita cantik ini.Bafin senyum di kulum, seakan mengerti, agaknya keduanya saat ini mulai memancingnya ke arah yang lebih intim.Bafin bukanlah pemuda hijau, dia seorang pria berpengalaman dan kini dengan santai dia duduk di sisi ranjang empuk ini, sambil tetap lempar senyum memikatnya.“Kalian berdua, duduk dong ke sini…!” ajaknya santai.Tanpa ragu Bafin tepuk-tepuk tangannya ke kasur di kiri kanannya, seolah meminta keduanya duduk di sisinya.Nyai Laras dan Nyai Meni dengan malu-malu meong mengangguk dan kini
Tak lama kemudian, Bafin melihat salah satu penjaga ini masuk ke dalam dan saat keluar diiringi 5 wanita muda dan cantik-cantik, terperangah juga si mata biawak ini.“Tuan Pendekar Tanpa Bayangan, inilah istri-istri Ki Manyan, silahkan tuan kalau ingin bertanya soal kematian Ki Manyan tersebut.”Si penjaga tadi lalu kembali beri hormat dan permisi, untuk kembali bertugas di pagar depan rumah besar ini. Sebagai orang yang tahu adat, Bafin langsung memberikan penghormatan kepada ke 5 istri-istri Ki Manyan ini, apalagi ke limanya terlihat berpakaian serba putih, khas orang yang lagi berduka.Walaupun dalam hati sempat mikir juga, tumben Ki Manyan punya istri-istri yang denok-denok begini, mana muda-muda lagi, yang Bafin taksir paling usianya antara 18 sampai 22 tahunan.Padahal Bafin tak sadar, ke 5 juga kaget menatap pendekar yang sangat tampan dan masih muda yang tiba-tiba nongol ‘bertamu’ ke rumah mereka.Sebagai seorang flamboyan berpengalaman, sepintas melihat Bafin sudah bisa men
Langeni malu-malu meong saat kembali untuk kesekian kalinya di ciumi Bafin dan ini adalah hari ke 5 mereka bersama di pesanggrahan ini.Langeni seolah memasuki demensi baru saat bercinta dengan pendekar biawak ini. Belum pernah suaminya mau mencium perabotannya, apalagi melahap apem montoknya yang lumayan lebat rerumputannya.Tapi Bafin berbeda, pendekar playboy ini tak sungkan melakukan itu semua, sehingga Langeni mabuk darat di buatnya.“Udah ahh Bang, kagak sanggup lagi aku di pompa siang malam,” bisik Langeni manjaaahhh…sambil menjentik gemas pelatuk Bafin yang kembali nakal menerobos masuk ke perabotannya dan ranjang di pesanggrahan ini lagi-lagi bergoyang hebat, akibat kelakuan keduanya.Setelah Bafin kembali tumpahkan laharnya, Langeni pun bilang hari ini ingin pulang kembali ke rumah suaminya.“Iya dehh, hari ini kamu ku antar pulang, bawa sebanyak yang kamu bisa koin-koin itu yaah,” kata Bafin senyum-senyum tengil.Tak tanggung-tanggung, dua kantong lumayan besar di pegang Lan
Sebuah pukulan keras yang mengandung tenaga dalam hebat Bafin arahkan ke musuh besarnya ini.Ki Samosi terjengkang dan langsung muntah darah, Bafin agaknya tak tanggung-tanggung hajar musuhnya ini dengan jurus mega halilintarnya yang sudah sangat sempurna ia kuasai di bawah bimbingan ayahnya.Namun hebatnya, jurusnya ini tidak langsung bikin Ki Samosi koit, tapi hanya menderita luka dalam yang hebat, sehingga tak bisa lagi melarikan diri.Makin ketakutanlah Ki Samosi, kini tak ada jalan untuk kabur, dadanya hampir pecah saking sesaknya, kakinya pun terasa lumpuh buat berdiri.Bafin kini sengaja permainkan seluruh anak buah Ki Samosi, sesekali dia menempeleng wajah-wajah mereka. Tidak keras, tapi akibatnya ribuan bintang bertebaran di mata mereka.Di saat lain, Bafin juga sengaja putuskan tali kolor mereka.Kemudian terlihat pemandangan menggelikan, semuanya kelabakan saat pelatuk mereka ‘unjai-unjai’ terlihat termasuk lato-lato-nya, yang bikin si wanita denok tadi sakit perut tertawa
Tanpa sadar Ki Samosi langsung layangkan pukulan mautnya ke arah anak buahnya, akibatnya si gigi tongos tewas seketika dengan tubuh membiru dan mulut keluarkan busa.Dalam kemarahannya, Ki Samosi langsung kerahkan tenaga dalamnya yang hebat dan mengandung racun mematikan.Bafin, tetap tersenyum-senyum kecil, sama sekali tidak aneh ataupun takut dengan kelakuan Ki Samosi ini.Saat berpaling ke arah Bafin, biji matanya bak mau keluar saking marahnya menatap pemuda sakti yang sangat lihai ilmu sihir.Ki Samosi yang sejatinya juga lihai ilmu sihir ini, hari ini bak bertemuu suhunya, dia tak bisa keluarkan kemampuannya karena sudah keok duluan.“Tunggu dulu, sebelum kita bertarung, alangkah baiknya tu pentungan hitam di simpan dulu, atau aku potong saja, biar tak untai-untai kayak biji buah nangka?” Kembali Bafin ledek Ki Samosi dan si wanita yang tadi pucat melihat si tongos tewas, kini tak sadar kembali terkekeh. Ledekan ini benar-benar makin bikin wajah Ki Samosi sudah tak berbentuk lag
“Persembahkan dua orang gadis cantik, entah di manakan anak buah Ki Samosi dapat calon persembahan itu,” kata salah satu warga itu.Mendengar nama Ki Samosi di bawa-bawa, Bafin pun menajamkan telinganya mendengarkan pembicaran duawarga tadi, dan kini dia tahu tempat persembunyian musuh besarnya.Bafin akhirnya mencari penginapan sederhana dan kembali ia tidak mau menonjolkan diri, dirinya bahkan malas jalan-jalan siang hari, kecuali malam hari, untuk lihat-lihat situasi saja.Dan ini di malam kedua, kembali Bafin jalan-jalan sambil sesekali berhenti melihat situasi, yang bikin Bafin merasa aneh adalah, kalau malam hari kampung ini sangat sepi, seolah tak ada penghuninya. Agaknya warga di sini seperti di cekam ketakutan, tapi apa sebabnya, ini yang bikin Bafin penasaran dan ingin menyelidikinya, apalagi ini belum terlalu malam. Saat itulah dia melihat ada pemandangan ganjil, yakni ada dua orang yang tingkahnya mencurigakan, terlihat mengindap-indap dan sepertinya mengintai sebuah rum