Ujung pedang kini mengarah ke dada Japra, jaraknya hanya satu jengkal. “Maaf…aku hanya bercanda, benar namaku adalah Japra, aku cucu dari Pangeran Li Nata dan Putri Huang, ibuku Putri Betani, ayahku mendiang Prabu Daha dari kerajaan Daha di Pulau Borneo,” sahut Japra, sebutkan secara komplet jati dirinya.Namun, karena dirinya masih dalam pengaruh racun dari Ang Tojin, ceritanya malah agak menggantung dan si putri ini sampai gerinyitkan dahi, kurang paham apa yang dikatakan Japra. “Sialan betul kamu ini, berani kurang ajar pada bibi misanmu sendiri, buka matamu yang belu itu lebar-lebar, aku adalah Puti Li Kamari, aku putri sulung ayahanda Kaisar Li Qin,” ceplos si putri cantik ini, hingga mulut Japra langsung mangap.“Astagaaa…jadi inikah bekas kekasih paman Pangeran Li Huang,” batin Japra malu sendiri, karena bersikap kurang ajar pada bibi misannya sendiri, walaupun aslinya hanya bercanda.Kesadarannya langsung menyeruak hatinya. Karena Japra memiliki batin dan tenaga dalam yang ku
“Itu tak gampang Japra, kaki tangan Ang Tojin sangat banyak dan sakti-sakti,” cetus Putri Li Kamari meragu dengan niatan Japra.“Trus apa saran bibi?” Japra kini menatap sang putri ini, yang di tatap terlihat berpikir sejenak.“Hmm…kamu bawa aku bertemu Abang Li Huang, di sana kita rundingkan apa langkah yang terbaik. Hanya dia yang bisa kita harapkan mampu berikan jalan keluarnya..!” ceplos Putri Li Kamari tiba-tiba.Japra tersenyum senang, tentu saja dia yang paling bahagia, bisa mempertemukan paman dan bibi misannya yang pernah saling mencintai ini. Namun terputus akibat fitnah yang dilancarkan Ang Tojin dan Cs nya.Akhirnya karena ini jalan satu-satunya dan tak ada jalan lain, Japra pun setuju, keduanya lalu berunding bagaimana keluar dari tempat ini, tapi tak di curigai siapapun.Besoknya…semua penjaga heran melihat ada seorang ‘wanita’ bertubuh tinggi besar berjalan lenggang lenggok di samping Putri Li Kamari yang bertubuh ramping dan bergaya halus.Sejak keluar kamar dan kini s
Tak sampai 5 detik, muncullah 5 orang dengan tatapan tajam dan Japra langsung mendelik, saat menatap musuhnya, siapa kalau bukan Thai, teman dekatnya Perdana Menteri Ang Tojin.Japra memang sengaja bersembunyi, kini melihat yang datang salah satu musuh sengitnya, hati Japra panas juga.Namun dia ingat pesan pamannya agar jangan dulu turun tangan. Japra paham, pamannya ingin ‘unjuk gigi’ di depan mantan kekasihnya ini.“Ha-ha-ha…di cari bertahun-tahun, si tokoh pemberontak ini ternyata sembunyi nggak jauh-jauh dari kotaraja. Eh tuan putri, kenapa kamu di sini juga, lagi CLBK nih ceritanya,” ejek Thai sambil terbahak-bahak, sama sekali tak ada hormat-hormatnya, padahal Putri Li Kamari anak sulung Kaisar Li Qin, yang di puja seluruh rakyat kerajaan Qin.Pangeran Li Huang murka sekali, mantan kekasinya ini di olok-olok. Wajah Putri Li Kamari sampai memerah menahan kemarahan.“Hmm…pantat kuali Thai Khon penjilat Ang Tojin, pendatang dari Mongolia, aku tahu kamulah salah satu orang yang sel
Melihat gerakan mereka, Japra terheran. Jurus pedang Li Huang dan Putri Li Kamari mirip sekali dengan jurus pedang rajawali yang dimiliki Aura dan Anong.Tetapi jurus keduanya lebih ampuh, karena dilakukan berbarengan dan saling melengkapi. Dengan cepat dan penuh tenaga, Li Huang terlihat benar-benar sangat hebat bertahan. Lalu Putri Li Kamari dengan kelincahan tubuhnya, melakukan serangan yang di arahkan kepada 8 orang ini. Keduanya secara sempurna dan kompak memutar pedang dengan kedua tangan masing-masing. Sementara itu delapan orang yang melihat betapa pedang Li Huang dan Putri Li Kamari makin lama makin menghebat, kini mereka mulai terdesak.Saat pedang Putri Li Kamari beradu dengan senjata di antara para pengawal Ang Tojin ini, dua orang itu langsung terpental.“Bagus Bibi, langsung tusuk bagian lambung, serang bagian kepala. Paman Li Huang jangan hanya bertahan, serang bagian kaki,” tanpa sadar Japra malah beri petunjuk.Mendengar ucapan Japra, keduanya langsung ikuti instru
Istana megah kekaisaran Qin hari ini seperti sedang terjadi masalah yang sangat serius. Ribuan prajurit dengan senjata lengkap berjaga sangat ketat, mulai dari jalan menuju ke Istana, hingga di sekitaran tempat ini.Ketegangan sangat terasa, walaupun radiusnya hingga 500 meteran dari istana yang merangkap tempat tinggal Kaisar Li Qin dan keluarganya.Saking ketatnya penjagaan, agaknya semut pun sulit lolos!Warga kotaraja sudah mendengar desas-desus menggegerkan, kalau hari ini ada pergantian kekuasaan.Alasan Kaisar Li Qin ‘sakit-sakitan’ menjadi penyebab kaisar ini akan meletakan jabatannnya.Namun karena kaisar tak memiliki putra mahkota, karena undang-undang kekaisaran mengisyaratkan seorang calon kaisar harus laki-laki.Membuat Perdana Menteri sekaligus Panglima Perang Ang Tojin akan di tunjuk sebagai kaisar baru.Rakyat Qin tentu saja merasa aneh sendiri. Mereka tahu, sang kaisar punya beberapa orang saudara laki-laki, bahkan keponakan laki-laki yang jauh lebih berhak dari seora
“Tangkap pengacau ini,” bentak Ang Tojin sambil berdiri dan turun dari kursinya, dia sama sekali tak menganggap ada Kaisar Li Qin di sini, gayanya seolah dialah yang paling berkuasa di sini.“Tahan, sebagai komandan keamanan Kotaraja, aku Perwira Coa meminta semua tetap bertahan di posisi masing-masing!” tiba Komandan Coa langsung menahan langkah ratusan pengawal yang ingin meringkus Japra.“Hehh perwira rendahan, kamu ingin memberontak, berani melawan perintahku,” bentak Ang Tojin marah tak kepalang.“A-aku…!” tiba-tiba Komandan Coa tergagap, mata Ang Tojin tajam menatapnya.Tiba-tiba bahu Komandan Coa dipegang Japra, ajaibnya setelah dipegang, Komandan Coa langsung bersikap gagah lagi, tak lagi gagap seperti tadi.“Mohon maaf yang mulia Perdana Menteri, sebagai seorang komandan dan juga orang yang taat undang-undang, apa yang dikatakan Pangeran Japranata benar adanya. Kami berpijak di sana!” tegas Komandan Coa, lalu dia mundur dan beri kode semua pasukan mundur di posisi semula.Dia
Li Huang bahkan tanpa aling-aling tunjuk 3 komandan yang tadi berdiri dan kini duduk kembali setelah di todong Komandan Coa dengan pedang sebagai, antek-antek Ang Tojin untuk sebarkan isu dirinya pemberontak, hingga Li Huang harus jadi buronan ke kaisaran selama bertahun-tahun.Ang Tojin seolah maling yang kepergok, semua kelakuan jahatnya di telanjangi Li Huang di depan semua orang yang hadir di sini.“Ketahuilah, Ang Tojin ini sebenarnya seorang borunan di negeri asalnya, dia menyusup di kerajaan ini, lalu sengaja tebar racun fitnah, untuk singkirkan ayahku, yang dulu akan dijadikan Panglima dan Perdana Menteri oleh baginda kaisar, karena dia berambisi untuk ambil jabatan itu dan misinya berhasil!”Kembali Li Huang bongkar siapa Ang Tojin ini, seorang tokoh misterius yang menjadi buronan dan tiba-tiba berhasil jadi orang kepercayaan kaisar.Saat melihat Kaisar Li Qin seperti orang linglung, marah bukan main Japra. “Pasti baginda kaisar kena sihir jahat si Ang Tojin, atau bisa jadi d
Ang Tojin bahkan kini tak kalah lincahnya, dia meraba pinggangnya dan "singgg!" terdengar suara nyaring ketika Ang Tojin sudah melolos sabuknya, yang ternyata merupakan sabuk baja yang tipis dan halus.Ternyata sabuk ini merupakan senjata istimewa milik Ang Tojin, yang dimainkan seperti orang memegang sebuah pecut yang tajam.Sabuk ini mengeluarkan suara berdesing dan tampak sinarnya berkelebatan menyilaukan mata.Sambil memutar sabuk itu diatas kepala, lengan kiri Ang Tojin yang lihai ini mengeluarkan bunyi berkerotokan, terisi tenaga dalam yang agaknya dia keluarkan semuanya, untuk hadapi Japra saat ini.Sebagai tokoh terkenal dan miliki kesaktian tinggi, Ang Tojin baru bertemu lawan tanding yang sepadan. Ang Tojin mengeluh juga, Japra yang saat ini dia hadapi tanpa bantuan Thai Khon dan 8 pengawal utamanya yang sudah tewas oleh Li Huang dan Putri Li Kamari, benar-benar sangat tangguh dan setiap jurusnya sangat berbahaya.Apalagi kadang jurus pedang Japra berubah jadi panas ataupu
"Dia belum sembuh, masa main serobot aja! Sabar dulu, sadarkan dia terlebi dahulu. Luka dalamnya sudah kita sembuhin tadi dengan tenaga halilintar, tapi masih belum sembuh benerr tauu!” tegur Jinari, melihat Jamari sudah mulai leleran melihat si tampan ini.“Aihh udah basyaahhh aku kelessss, kapan lagi dapat pangeran setampan ini, setelah Pangeran Daha di ambil hantu di hutan itu,” sungut Jamari, lalu rapikan lagi gaunnya.Mereka pun kini mulai sadarkan Pangeran Akmal, lalu akan di jejali racun bunga mawar, agar jadi mainan mereka.Saat asyik sadarkan Pangeran Akmal ini, konsentrasi hanya fokus ke tubuh gagah dan kokoh ini, tanpa sadar, si ‘kakek pincang’ tadi sudah berada dan mengintip di dinding pondok tersebut.Tiba-tiba menyambarlah angin yang sangat dingin dan seketika Jinari dan Jamari pingsan.Si kakek yang merupakan penyamaran si Putul ini terdiam sesaat, bingung kemana akan menyembunyikan Pangeran Akmal ini.Setelah menyingkirkan tubuh kedua wanita binal ini, Pendekar Putul
Pendekar Putul kini menyamar seperti kakek tua, dia sengaja ke sini dan berlakon bak tamu di padepokan pimpinan Ki Rawa ini.Santernya soal padepokan ular hitam yang makin menancapkan kukunya di dunia persilatan, membuat Pendekar Putul tergerak turun tangan, apalagi pemimpinnya Ki Rawa, yang ingin dia hadapi saat ini.Dia pun juga kenalkan diri sebagai si Kakek Pincang, saat di terima Jinari dan Jamari di gerbang padepokan ini.Pendekar Putul melihat kedua wanita binal ini yang jadi ketua penyambutan tamu sampai menatapnya lama, terutama kakinya yang hanya satu.“Kenapa…ada yang aneh? Kakiku begini karena pernah bentrok dengan musuh hebat,” sungut si Putul jengkel, karena pandang mata kedua wanita cabul ini seakan meremehkannya.“Hmm…ya sudah, silahkan masuk, karena kamu bukan tamu VIP, penginapan buat kamu adanya di bagian barat, di barak sono!” cetus Jinari cuek dan pastinya anggap Pendekar Putul ini tak seberapa kesaktiannya.Si Putul pun dengan terpincang-pincang menuju ke barak ya
Padepokan Ular Hitam berubah total semenjak di ambil alih Ki Rawa bersama Pandekar Gledek dari tangan Ki Boka.Seluruh murid-murid Ki Boka di paksa jadi anak buah mereka dan kembali menyeleweng seperti saat jaman Ki Palung dan Ki Boka sebelum tobat setelah bertemu Prabu Japra, yang melawan mereka bunuh.Sehingga banyak yang tak suka dengan Ki Rawa, diam-diam memilih kabur dan meminta pertolongan dengan kaum pendekar golongan putih.Inilah yang membuat banyak golongan putih tewas atau terluka, setelah bentrok dengan kelompok Ular Hitam tersebut, yang semakin hari semakin kuat saja, sengan banyaknya kelompok golongan hitam bergabung.Permaisuri Aura sudah tahu soal ini, makanya dia mengutus Ki Roja atau Pendekar Budiman, untuk selidiki padepokan milik pamannya ini, sekaligus basmi kelompok Ki Rawa tersebut.Putri Seruni sebenarnya juga ingin ke sana untuk bikin perhitungan dengan Ki Rawa, tapi dia saat ini tengah hamil anak pertama, setelah hampir 13 tahun menikah dan baru kali ini menga
“Maafkan aku kakek Prabu Japra, kali ini cucumu yang pernah durhaka ini akan menjadi pendekar yang baik, tidak lagi jadi pendekar jahat!” tekad si Putul.Dan kini dia sudah menemukan sebuah desa, lalu beli pakaian yang bagus dan juga kuda, untuk lanjutkan perantauannya.Koin emas yang dulu dia bawa masih banyak dan untungnya tak tercecer saat dia terjungkal ke jurang dulu.Cuman dia tak lagi antusias mencari kedua orang tuanya. Dia malu pernah menyeleweng, apalagi ayahnya Prabu Harman seorang maharaja di Kerajaan Hilir Sungai.“Kasian ayahanda Prabu Harman, pasti sangat malu tak ketulungan, punya anak seperti aku, sudah cacat, menyeleweng pula, jatuh harga diri beliau!” gumam si Putul termangu d atas kudanya yang dia biarkan jalan sendiri.Uniknya, sampai kini si Putul belum tahu, kalau Putri Alona, ibu kandungnya, justru adik ayahnya sendiri. Si Putul juga tak ada niat lagi untuk cari ibu kandungnya, dia hanya ingin membawa hatinya, kemana saja.Sejak turun gunung, si Putul buktikan t
Setelah Pangeran Akmal bercerita, giliran Pangeran Daha yang ceritakan pengalamannya yang di sempat di culik Dua Kembar Ruba Betina dan Pendekar Serigala, saat bermaksud selidiki Temanggun Dawuk, kepala kadipaten Barabong.Namun di tolong seseorang yang sangat misterius dan sampai kini Pangeran Daha tak tahu siapa penolongnya tersebut.Tentu saja Pangeran Daha tidak bercerita soal penyekapan 3 hari 3 malam, yang membuat dia jadi permainan kedua betina genit itu.Yang anehnya semenjak sembuh dari pengaruh racun mawar merah, kekuatannya diam-diam naik berlipat?“Aku tak melihat jelas wajahnya, hanya aku tahu penolongku itu berjubah hitam, dalamnya putih, wajahnya tak begitu jelas…oh yaa…sebentar, orang itu pakai tongkat!” kata Pangeran Daha, sambil ingat-ingat tubuh si penolongnya.Pangeran Daha juga bilang, tak tahu apakah pendekar usianya itu sudah tua ataukah seumuran dirinya. Tapi yang dia tahu, penolongnya bukan wanita, tapi sosok pria.Kakek Slenge’an, Putri Dao dan Pangeran Akmal
Dan sekali ini, si pemuda ini harus mengaku dalam hatinya bahwa lawannya sungguh sama sekali tidak boleh disamakan dengan lawan-lawannya yang pernah dia kalahkan.Ternyata si kakek ini memiliki ilmu pedang yang hebat, di samping tenaga dalamnya yang kuat, ditambah lagi sebatang pedang pusaka pendeknya yang sangat ampuh!“Kakek mundurlah, biar aku yang gantian hadapi dia!” tiba-tiba Putri Dao maju ke gelanggang pertarungan dan si kakek ini mundur, lalu berdiri di samping Pangeran Daha.Melihat gaya anggun dan kini saling berhadapan dari jarak 5 meteran, makin tak karuan rasa si pemuda ini.Mulailah Si Pemuda merasa ketar-ketir, melawan si kakek tadi saja dia sudah kelabakan, entah bagaimana pula dengan si gadis cantik yang agaknya galak ini, tapi sudah bikin hatinya jungkir-balik.Belum lagi pria yang tak kalah tampan dengannya, yang sejak tadi terlihat tenang-tenang saja, sama tak ada wajah khawatir dari raut mukanya.Bahkan Pangeran Daha seakan ingin lihat, apakah kepandaian keponakan
“Mereka akan merekrut sebanyak-banyaknya anggota, baik warga biasa, kaum pendekar golongan hitam ataupun putih, lalu akan mendirikan sebuah kerajaan baru, Kadipaten Barabong sudah berhasil mereka kuasai!” kata Putri Dao dengan bersemangat, bahkan tangan dan matanya seakan ikutan bicara.Sangat menarik dan makin cantik saja keponakannya ini saat bercerita, andai orang lain, pasti sejak tadi Pangeran Daha sudah jungkir balik jatuh cinta.Kecantikan Putri Dao, tentu saja mengalahkan kekasihnya, si Putri Nia.Kagetlah Pangeran Daha, ini bukan gerakan main-main, apalagi setahunya Pendekar Gledek sangat berpengalaman susun kekuatan, untuk kemudian lakukan makar.Walaupun selalu gagal, karena dihancurkan Prabu Japra dan Pangeran Boon Me, yang sukses dua kali gagalkan misi besar Pendekar Gledek.Sehingga sampai kini, Pendekar Gledek dendam tak kepalang dengan orang tua dan kakak dari Pangeran Daha ini.Tapi kalau terlambat di basmi, bisa jadi gerakan kelompok ini makin besar dan makin kuat ser
Sosok hitam yang mereka --Baung, Jinari dan Jamari, pikir hantu ini lalu mengusap wajahnya.Kemudian terlihatlah wajah yang sangat tampan, tapi berwajah murung, pakaian dalamnya putih, tapi di tutup jubahnya yang berwarna gelap.Lelaki tampan ini lalu masuk ke dalam kereta ini dan dengan cepat pondong tubuh Pangeran Daha yang setengah tertidur alias setengah pingsan ini.Gerakannya sangat cepat dan tak lebih dari 2 detik, tubuhnya yang kokoh dan menggunkan tongkat sudah lenyap dalam hutan lebat yang gelap ini.Saking hebatnya ilmu meringankan tubuhnya, kereta ini sama sekali tak bergerak, ini menandakan orang ini luar biasa ilmu silatnya.Pangeran Daha yang setengah sadar terbangun, dia merasa aneh, kenapa kini berada di sebuah gua, hari pun sudah beranjak pagi, tidak lagi malam dan berada di dalam kereta yang di bawa Dua Rubah Betina serta Pendekar Serigala.Tapi Pangeran ini tak pikirkan itu, dia cepat-cepat lakukan semedi dan kerahkan seluruh kesaktian tenaga dalamnya, untuk kembali
Kedua Kembar Rubah Betina yang bernama Jinari dan Jamari ini langsung kalang kabut berpakaian.Padahal mereka tengah enak-enaknya naik ‘kuda jantan’ ini, yang sengaja mereka recoki obat kuat, agar tetap perkasa, walaupun tenaga dalamnya tak berfungsi.“Sialan si Pendekar Serigala, orang lagi nanggung, eh main panggil saja,” gerutu Jinari, sambil bantu Pangeran Daha berpakaian lagi.Saking gemasnya, dia malah sempat-sempatnya memegang tongkat Pangeran Daha yang masih kokoh bak tongkat ulin.“Ihh padahal masih ngacengg say!” kata Jamarin terkekeh dan dengan gemas sempat melumat batang ini.Tapi panggilan orang yang mereka sebut Pendekar Serigala membuat keduanya dengan terpaksa papah Pangeran Daha keluar dari kuil tua ini.“Gila sekali kalian berdua, tahu kah kalian siapa dia ini hahhh? Dia ini Pangeran Daha, putra mahkota Kerajaan Muara Sungai. Kalau sampai lepas gara-gara ulah kalian, leher kalian berdua yang mulus itu bakalan misah dari tubuh kalian yang bakalan dilakukan guru kita,”