Beranda / Pendekar / Pendekar Bukit Meratus / Bab 142: Jenderal Amani Panglima Pasukan Musuh

Share

Bab 142: Jenderal Amani Panglima Pasukan Musuh

Penulis: mrd_bb
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-28 06:50:52

Japra balik kaget, artinya Panglima Ulay juga sudah tahu kisah sesungguhnya. “Panglima…jujur aku sudah bertemu Ibu Suri dan beliaulah yang minta agar aku menemui Panglima di sini!”

Tiba-tiba Panglima Ulay turun dari kursinya lalu bersujud di depan Japra.

“Pangeran Japranata, mulai detik ini, aku akan bantu pangeran untuk rebut kembali tahta Kerajaan Daha, orang yang paling berhak dibandingkan Prabu Kanji!”

Dan tiga komandan Panglima Ulay juga bersikap sama, serempak mereka ikut bersujud di depan Japra.

Entah kenapa, kali ini Japra sama sekali tak menegur ulah ke 4 nya dan dia membiarkan saja.

“Pangeran…dari laporan yang kami dapat, Mahapatih Jugi sengaja tak mau kirim pasukan tambahan, malah minta agar kami semua balik saja ke kotaraja. Ini kan aneh, kenapa wilayah kita di ambil orang, malah pasukan diminta balik, ini sangat mencurigakan dan bikin kami bertanya-tanya!”

Salah satu komandan bernama Acon bongkar sebuah kejanggalan, hingga Japra ikut terdiam dan mikir.

Komandan Ila dan Ko
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 143: Bertemu Mantan Istri

    Di halaman bangunan itu Japra kaget bukan main, lagi-lagi musuh besarnya ada di sini, siapa kalau bukan Ki Birawa.“Orang ini harus di lenyapkan, di mana-mana hanya bikin masalah!” geram Japra, sambil gemelukan giginya.Ingin rasanya Japra langsung muncul saja, tapi akal sehatnya jalan. Apalagi saat melihat bukan hanya pengawal Jenderal Amani yang ada di sana, juga banyak orang-orang yang tak Japra kenal, dan sepintas bukan orang yang rendah ilmu kanuragannya. Namun ada satu orang yang bikin dahi Japra bergerinyit…tapi bikin jantungnya berdebar. Saat melihat kemunculan seorang wanita cantik dengan pakaian panglima.Wanita cantik tersebut terlihat menyambut Jenderal Amani, bahkan bergandeng tangan ‘mesra’ saat masuk ke dalam rumah besar ini“Aura…ternyata dia kini jadi salah satu komandan pasukan Loksana, tapi kenapa ikut Kerajaan ini? Apa yang membuatnya malah kesasar ke sini dan bantu kerajaan musuh..?” batin Japra sambil menatap tajam wajah mantan istrinya ini dari kejauhan.Wala

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 144: Dikeroyok Di Sarang Musuh

    Diam-diam Ki Birawa melirik 5 orang yang sejak tadi terlihat sangat marah dan menatap penuh permusuhan pada Japra.Namun kali ini Japra benar-benar siap tempur, dia tak bakal mundur secuil pun. Hatinya teramat marah, Kerajaan Daha makin menyusut wilayahnya, akibat ketidak becusan Prabu Kanji.Walaupun dia mendengar ada derap kaki ratusan bahkan lebih di luar bangunan ini, tanda pasukan Kerajaan Loksana sudah mulai berkumpul mengurung tempat tersebut.Tapi lagi-lagi Japra tidak menunjukan rasa gentar.Saat ituah Japra menatap ke langit yang berawan, ada dua titik kecil seorang burung dan senyum mengembang di bibirnya.Makin kuatlah mentalnya saat ini, dua sahabatnya yang tak biasa sedang 'memantaunya' dari atas.Kini Japra kembali menatap musuh-musuhnya, Japra sudah di kurung sangat ketat, pengeroyokan hanya tinggal menunggu perintah Jenderal Amani, yang jadi pimpinan di sini.“Japra, musuh-musuhmu boleh takut denganmu, tapi aku sebagai panglima, tak pernah takut!” kali ini kembali ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 145: Rajawali Datang Membantu

    Ki Birawa gelagapan, apalagi tangan Japra yang kuat sebuah paruh burung rajawali seakan kejar ubun-ubunnya dengan kecepatan tinggi.“Gila, ilmu apalagi ini,” batin Ki Birawa kaget tak kepalang.Namun itulah ucapan terakhir Ki Birawa, gerakan Japra yang saat ini gunakan ilmu mengejar anginnya luar biasa cepatnya.Cappp…jari Japra yang berubah mirip paruh burung rajawali secara lihai telah membikin bolong ubun-ubun Ki Birawa.Walaupun pendekar tua yang hebat dan licik ini terlindungi tenaga dalam yang sudah sempurna dia kuasai.Tapi jari-jari tangan Japra lebih kuat lagi, akibatnya ubun-ubun itupun tembus, berlubang hingga 2 buah, saat tercabut, keluarlah darah merah campur putih.Pekikan dahsyat keluar dari mulut Ki Birawa, serangkum serangan terakhir dia lepaskan pada Japra.Tangannya yang berisi tenaga jurus halilintar menampar ke arah depan, tapi Japra secepat kilat mencelat ke atas sehingga sambaran jurus ini luput.Tubuh Ki Birawa pun terjatuh ke tanah dengan mata mendelik, mati p

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 146: Diajak Memberontak!

    Japra terpaksa bersuara keras dan keluarkan tenaga dalamnya, saking derasnya angin. Panglima Amani yang sempat melirik ke bawah nyalinya langsung ciut seketika. Karena manusia-manusia di bawah, yang merupakan pasukannya hanya sekecil semut terlihat kini.”B-baik, turunkan aku, aku akan segera perintahkan mereka pergi saat ini,” cetus Panglima Amani, suaranya hampir tenggelam oleh deru angin yang sangat kencang.Japra pun menepuk kepala burung rajawali untuk menuju ke atap wuwungan tinggi di bangunan bekas tempat tinggal kepala kadipaten kota Muara.“Gunakan kesaktianmu untuk minta pasukan kalian pergi sekarang juga,” Japra pun lepaskan totokan di tubuh Panglima Amani, yang kini benar-benar tak berkutik, apalagi mereka mendarat di atap bangunan yang tingginya hampir 15 meteran dari tanah.Nyali Panglima Amani makin ciut, saat melihat satu lagi burung raksasa ini hinggap tak jauh dari dia dan Japra saat ini. Setelah tarik nafas panjang, terdengarlah suara Panglima Amani yang meminta

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 147: 3 Pendekar Pedang Putih Muncul

    Ki Sumu kepala kadipaten sekaligus orang yang paling di tuakan di pertemuan penting ini minta izin ke Japra untuk bicara.“Izin baginda pangeran…!” katanya, Japra pun mengangguk, sikapnya yang banyak mendengar terlihat berubah makin dewasa dan pastinya sangat berwibawa.“Apa yang dikatakan baginda pangeran benar sekali, kalau kita lakukan pemberontakan saat ini, sama saja dengan mati konyol. Sedangkan kalau menunggu Prabu Kanji menyerahkan secara suka rela tahta-nya juga tak mungkin. Sebab besok dari ucapan Panglima Amani saat aku di tahan dulu, Prabu Kanji akan umumkan Putra Mahkotanya, yakni…Pangeran Somali!”Terdengar gumaman kaget, Japra pun ikutan kaget dalam hati, Prabu Kanji agaknya sudah bisa di bujuk Permaisuri Ela, untuk menunjuk Pangeran Somali sebagai putra mahkota, atau penerusnya kelak.Padahal dia berharap agar ‘sepupunya’ Pangeran Daha yang dijadikan putra mahkota. Sehingga dia ada alasan untuk menolak pemberontakan dan Japra berniat akan bantu sepupunya jadi Maharaja,

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 148: 3 Pendekar Golok Emas Tantang Japra

    “Maaf kalau hamba lancang, sebaiknya kita bicara di dalam, biar semuanya menjadi jelas,” Ki Sumu yang lebih tua dari Ki Samonang buru-buru menengahi.Ki Sumu sudah melihat, kalau dibiarkan, tak mustahil 3 Pendekar Pedang Putih dan Japra akan bentrok hebat.Ki Samonang tahu, Ki Sumu bukan hanya kepala kadipaten, tapi juga seorang bangsawan, karena kakek moyangnya salah satu keturunan maharaja terdahulu. Ia pun segan dan mengangguk, bersama Ki Ulai dan Ki Usu mereka mengalah.“Hmmm…baiklah, itu lebih baik, baru setelah ini kita akan ambil keputusan,” sahut Ki Samonang sambil anggukan kepala, dan akhirnya mereka semua kembali ke ruangan tadi.Ki Samonang lalu minta Japra ceritakan semuanya, agar mereka tak salah ambil tindakan.Sikap ini tentu saja makin membuat Japra kagum, Ki Samonang ternyata seorang pendekar yang bijaksana dan tak asal main tangkap, sebelum dengar semuanya.Sedangkan Ki Ulai terlihat lebih pendiam, beda dengan Ki Usu yang lebih cepat ‘naik darah’. Karena dia termud

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-31
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 149: Kekuatan Bertambah

    Ki Samonang tidak tersinggung dengan jawaban Japra, dia sudah tahu bagaimana hebatnya pengeran ini.Dia masih menduga, pasti kelak Japra akan keluarkan senjata istimewanya, berupa pedang golok emas. Padahal pedang itu sudah Japra berikan pada kekasihnya, Putri Li Me, yang kini pulang kekerajaannya.Dan saat ini Japra hanya menyimpan sebuah pisau kecil, itupun bukan senjata, tapi hanya keperluannya selama berpetualang, seperti bersihkan binatang buruan.“Baiklah pangeran, lihat serangan!” seru Ki Samonang bergerak sangat cepat, langsung tebaskan pedang putih miliknya.Bunyi berdesing terdengar, segulung sinar putih menyambar ke depan ke arah tubuh Japra. Sinar itu mengelilingi tubuh Japra.Semua orang memandang dan menahan nafas, pembukaan serangan Ki Samonang luar biasa hebatnya. Saking cepatnya, pedang di tangan Ki Samonang berubah seolah jadi sangat banyak,Cuaca mendadak berubah dingin, sebab sangat jarang Ki Samonang keluarkan pedang putihnya yang luar biasa ini.Yang selama ini m

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-31
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 150: Pergerakan Rahasia

    Ki Samonang yang lebih tua setuju membantu Japra, tapi dia beri peringatan, jangan sampai terjadi perang saudara besar-besaran, yang justru merugikan kerajaaan ini.“Langkah kita adalah, lakukan pendekatan perlahan-lahan. Terutama pada orang-orang tertentu yang punya pengaruh. Kita bujuk mereka untuk mendukung langkah pangeran. Ini satu-satunya jalan untuk hindari perang besar, yang justru merugikan kerajaan ini. Apalagi yang kita perangi saudara-saudara kita sendiri,” alasan Ki Samonang dan semuanya setuju dengan pendapat pendekar sakti ini. Pendekar 3 golok putih ini seolah nostalgia kembali, dulu kenapa mereka membantu Pangeran Kanji agar ambil alih tahta dari Pangeran Warman?Itu semua atas saran Ki Durga, yang minta ketiganya ikut selamatkan kerajaan dari kehancuran di tangan raja yang salah.Setelah dianggap tamat belajar dari Ki Durga, ketiganya lalu menemui Pangeran Kanji dan membujuk si pangeran tersebut.Awalnya mereka sempat geleng-geleng kepala, si pangeran ini seorang fl

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-01

Bab terbaru

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 495: Kedatangan Tamu Mengejutkan

    Sejak itu, makin di takutilah Lembah Neraka ini, nama Pendekar Putul pun makin di takuti hingga jauh keluar dari lembah ini.Tak pernah ada lagi yang nekat datang ke tempat ini. Takut bernasib sama dengan ke 10 perampok apes tersebut.Dulu tempat ini di takuti karena majikannya Ki Rawa, tapi setelah Pendekar Putul berhasil tewaskan musuh bebuyutannya itu, namanya malah makin di takuti daripada nama Ki Rawa sendiri.Si Putul yang sangat sayang dengan istrinya tak pernah membantah apapun keinginan Putri Arumi, dia selalu manjakan istri tercintanya ini.Apalagi semakin besar perutnya, istrinya makin manja saja, bahkan Pendekar Putul sampai geleng-geleng kepala, saat Putri Arumi minta dibangukan Istana di Lembah Neraka ini.“Aku kadang kangen dengan Istanaku sayang, juga ibundaku dan ayahanda maharaja, serta Abang Pangeran Akmal…!” kata Putri Arumi manja.Yang memang paling dekat dengan saudara se ayahnya itu, di bandingkan saudara-saudaranya yang lain, jumlahnya 10 orang, yang lahir dari

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 494: Jadi Penghuni Lembah Neraka

    Ki Rawa menatap perutnya dan dia tertawa, ususnya terburai, matanya mendelik, serangan kilat yang Pendekar Putul layangkan tak bisa lagi dia hindari. Trassss….!Sebuah tebasan kilat yang di layangkan Putri Arumi membuat lehernya putus dan kepalanya menggelinding ke tanah dengan mata mendelik!Tubuh tanpa kepala ini lalu ambruk ke tanah dan tewas seketika.Berbarengan dengan putusnya leher dua sisa 3 Pendekar Tikus yang di hajar Pendekar Putul. Maka habislah kini 5 orang musuh bebuyutan Pendekar Putul.Si Putul menarik nafas lega, kini musuh besarnya tamat riwayatnya, tinggal satu orang yang sebenarnya tak tega dia bunuh…Pendekar Gledek.Si Putul masih ingat jasa mantan gurunya, yang pernah memeliharanya sejak bayi dan di beri ilmu kanuragan, juga pernah menolong Putri Arumi dari perbuata jahat Pendekar Serigala dan 3 Pendekar Tikus.“Kita cek ke dalam, agaknya ada gerakan?” kata Putri Arumi duluan masuk.Begitu mereka sampai di ruangan tengah, terdapat 2 orang wanita setengah tua yang

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 493: Sepasang Pedang Pencabut Nyawa

    Mata Ki Rawa melotot, kemarahan membuatnya murka bukan kepalang, tanpa ragu dia langsung lancarkan serangan balasan yang sangat dahsyat ke arah Putri Arumi.Namun, Pendekar Putul yang sudah sejak tadi waspada, tentu saja tak membiarkan kekasihnya itu jadi korban serangan jurus iblis pencabut nyawa milik Ki Rawa ini yang dahsyat ini.Pendekar Putul langsung kerahkan jurus Rajawali Mencaplok Mangsa miliknya yang kin sudah sangat sempurna ia kuasai.Sengaja dia kerahkan sepenuhnya, karena tahu kesaktian pendekar tua ini, juga dendamnya atas kematian ibundanya. Blarrrr…!Jurus panas dan dingin bertemu, akibatnya Ki Rawa sampai harus bersalto agar tidak jatuh berdebuk ke tanah.Ki Rawa menahan sesak di dadanya, jurus si Putul benar-benar sangat hebat dan makin meningkat tajam. Sedangkan jurus miliknya malah stagnan, tak bertambah kesaktiannya.Di sisi lain, Putri Arumi sudah bertarung sengit dengan 3 Pendekar Tikus dan Pendekar Serigala.Sepintas Pendekar Putul tetap waspada, walaupun suda

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 492: Datangi Markas Musuh Besar

    Keduanya ternyata tidak melupakan musuh-musuh besarnya, sebelum sampai ke Kerajaan Hilir Sungai, mereka sengaja satroni persembunyian Ki Rawa Cs di Lembah Neraka."Kita harus bikin perhitungan dengan Ki Rawa Cs, aku akan balas kematian ibundaku, juga sudah sebabkan kita terjungkal ke jurang," kata Pendekar Putul.Ia lalu ajak Putri Arumi ke Lembah Neraka.Putri Arumi yang kini berbeda dengan 7-8 bulanan lalu tentu saja sangat antusias, sekaligus dia ingin ‘tes’ ilmu kanuragannya yang hebat.Jurus Dewi Lintah dan Jurus Sepasang Pedang Pencabut Nyawa yang sudah dia kuasai dengan baik, sekaligus ingin buktikan kehebatan kedua jurus dahsyat ini .“Hati-hati sayang, mereka bukan hanya sakti, tapi juga licik,” kata Pendekar Putul peringatkan kekasihnya ini.Putri Arumi tersenyum manis dan mengangguk. Kini mereka sudah sampai di depan hutan di lembah ini, setelah menempuh perjalanan hampir 1,5 bulanan.Putri Arumi masih ingat di mana dulu dia di sekap.Sehingga tanpa ragu, dia ajak Pendekar

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 491: Jurus Sepasang Pedang Pencabut Nyawa

    Tak terasa sudah 5 bulan mereka bak ‘suami istri’ di pantai berpasir putih ini. Kini jurus terakhir dari kitab milik Dewi Lintah adalah, jurus pedang.Berdasarkan petunjuk di kitab tersebut, jurus pedang ini akan sangat hebat kalau di latih berpasangan.Dan…si Putul tanpa ragu cabut pedang pemberian nenek Putri Reswari.Saat pedang ini di sandingkan, kedua pedang ini seolah berpasangan saja, punya lebih lebih panjang hanya beberapa centi dari pedang milik Dewi Lintah yang kini di warisi Putri Arumi tersebut.“Waahh kayaknya jodoh ya sayang, liat,” kata Putri Arumi, yang tak ragu panggil si Putul dengan mesra, sambil sandingkan kedua pedang pusaka ini.Si Putul dengan wajah berseri-seri mengangguk, kini tanpa ragu keduanya mulai berlatih, gerakan si Putul dengan kaki ajaibnya sempat bikin pusing Putri Arumi.Tapi setelah dia pejamkan mata dan mulai salurkan tenaga saktinya, sesuai dengan jurus pembuka dari kitab Dewi Lintah, bayangan itu nampak jelas dan mulailah dia menyerang si Putul

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 490: Bercinta dan Berlatih Silat

    Sebagai pemuda yang kenyang pengalaman menggauli wanita, tak perlu lagi banyak cakap, si Putul tahu di mana titik lemahnya seorang wanita.Dia membuat Putri Arumi sudah merasakan nikmatnya bercinta, padahal belum penetrasi.Apalagi saat si Putul mulai keluarkan jurus bercintanya, sampai kaget dan terpejam-pejam si putri jelita ini, saat perabotannya yang mulus tanpa rumput di lumat 'Pendekar Cabul' ini untuk yang pertama kalinya.Si Putul tak peduli lagi kalau Putri Arumi ini adalah tunangan Pangeran Daha, pengaruh buah ajaib membuat keduanya gelap mata dan terang nafsu, serta harus di tuntaskan saat ini juga.“Pelan-pelan…!” bisik Putri Arumi, saat sesuatu yang keras dan tegang mulai merasuki perabotannya yang tentu saja masih perawan.Si Putul pun kini lakukan secara perlahan dan dengan pengalamannya yang mumpuni di bidang puaskan hasrat ini.Alih-alin merasakan sakit, Putri Arumi malah melayang ke angkasa, saat si Putul mulai bergerak perlahaan memompa badannya di atas tubuhnya.Bua

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 489: Godaan Dahsyat!

    “Hm…berarti kamu sendiri secara langsung keturunan dari Pangeran Wasi dan Dewi Lintah yaa?” kata Putri Arumi sambil memandang gundukan pasir di bawah tulisan itu.“Boleh dibilang begitu…tapi aku tak mau eufhoria,” sahut si Putul yang turut memandang gundukan tersebut dan dia tak mencegah, saat Putri Arumi secara tiba-tiba mendekati gundukan itu dan…menggalinya.Si Putul hanya memperhatikan, tapi dia tetap waspada, namun kini malah berbalik penasaran.“Apa yang kamu lakukan Putri?” tanya si Putul keheranan, karena Putri Arumi tanpa ragu menggali pasir putih itu dengan tangannya lentiknya.“Lihat ada peti hitam,” tunjuk Putri Arumi dan si Putul buru-buru mendekat. “Jangan buru-buru di buka putri, takutnya ada jebakan!” kata si Putul cepat, dirinya berpengalaman menemukan benda-benda rahasia yang tak sengaja di temukan dan biasanya ada jebakan berbahaya.Si Putul lalu pelan-pelan angkat peti ini dan baru saja dia meletakan di atas pasir.Putri Arumi kembali berseru, karena dia menemukan

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 488: Temukan Tulisan Pangeran Wasi

    "Buat…buat apaan sihh?” sungut Putri Arumi, yang justru belum melihat buah ajaib yang di tunjuk Pendekar Putul.Pendekar Putul tak menyahuti ucapa Putri Arumi, dengan terpincang-pincang dia menuju ke pohon yang dia sebut buah ajaib tadi.Tentu saja Putri Arumi tak melihat jelas, karena letaknya agak tersembunyi.Letaknya agak menjorok ke dalam gua atau terowongan, inilah sebabnya Putri Arumi tak melihatnya, apalagi kesaktiannya tak sehebat pendekar kaki buntung ini, yang bisa melihat dari jarak yang sangat jauh sekalipun.Setelah berjalan lumayan jauh, akhirnya mereka sampai juga di depan sebuah pohon yang tumbuhnya aneh tersebut.Yakni seperti menempel di dinding gua dan mampu menembus dinding cadas ini hingga keluarTapi daunnya kecil-kecil mirip daun pohon beringin, buahnya kecil-kecil seperti buah ceri dan berwarna merah tua.“Ini pohon dan buahnya itu ya Putul?” tanya Putri Arumi, yang kini lebih senang panggil begitu, karena pendekar ini minta panggil nama ‘poyokannya’ saja.“Ben

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 487: Rasa yang Makin Kuat

    Tanpa setahu Putri Arumi yang masih nyenyak tidur, dengan jurus kaki ajaibnya, Pendekar Putul genjot tubuhnya sangat cepat, dia ingin tahu di mana ujung terowongan panjang berkelok-kelok ini.Kalau saja Putri Arumi terbangun tentu dia akan terheran-heran, karena tubuhnya bak di bawa terbang saja oleh Pendekar Putul.Hampir 3,5 jam kemudian, si Putul lega sekaligus plong, saat melihat di kejauhan ada sinar rembulan yang masuk.Ini menandakan dia sudah berada di ujung terowongan. Makin cepatlah dia genjot tubuhnya, akibatnya Putri Arumi terbangun dan memeluk erat punggung si Putul.Kaget dia tubuh mereka yang mepet kini berjalan luar biasa cepatnya, mengalahkan laju seekor kuda jantan.Akhirnya Putri Arumi turun dari punggung si Putul dan takjub melihat di depan mereka adalah hamparan pasir putih yang berada di bawahnya.Mereka sampai di tebing terowongan dan dibawahnya sekitar 20 meteran adalah sebuah pantai. Bulan bersinar amat terang dan menerangi laut lepas yang terlihat sangat tenan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status