Ki Samonang yang lebih tua setuju membantu Japra, tapi dia beri peringatan, jangan sampai terjadi perang saudara besar-besaran, yang justru merugikan kerajaaan ini.“Langkah kita adalah, lakukan pendekatan perlahan-lahan. Terutama pada orang-orang tertentu yang punya pengaruh. Kita bujuk mereka untuk mendukung langkah pangeran. Ini satu-satunya jalan untuk hindari perang besar, yang justru merugikan kerajaan ini. Apalagi yang kita perangi saudara-saudara kita sendiri,” alasan Ki Samonang dan semuanya setuju dengan pendapat pendekar sakti ini. Pendekar 3 golok putih ini seolah nostalgia kembali, dulu kenapa mereka membantu Pangeran Kanji agar ambil alih tahta dari Pangeran Warman?Itu semua atas saran Ki Durga, yang minta ketiganya ikut selamatkan kerajaan dari kehancuran di tangan raja yang salah.Setelah dianggap tamat belajar dari Ki Durga, ketiganya lalu menemui Pangeran Kanji dan membujuk si pangeran tersebut.Awalnya mereka sempat geleng-geleng kepala, si pangeran ini seorang fl
Dengan naik burung rajawali raksasa, maka perjalanan panjang Japra terpangkas jauh lebih pendek.Sesuai petunjuk pembantu-pembantu utamanya ini, Japra arahkan burung rajawali terbang ke arah Timur atau matahari terbit, karena di sanalah Kerajaan Qin berada.Namun bukan perkara mudah sampai ke kerajaan ini, Japra dan si burung rajawali harus menempuh perjalanan sangat panjang, dan mereka berkali-kali harus singgah.Untuk beri kesempatan si burung istirahat dan makan ikan yang banyak, hasil tangkapan Japra.Tanpa di sadari setelah hampir 3 minggu perjalanan, Japra justru agak kesasar setelah tertimpa badai hebat. Mereka mendarat di sebuah pulau yang masuk wilayah Kerajaan Rama (Thailand).“Kerajaan apa ini, wajah dan pakaiannya mirip-mirip warga Kerajaan Daha,” batin Japra.Sambil meminta burung rajawalinya mencari tempat tinggi untuk istirahat, agar tak menimbulkan kehebohan.Japra pun memutuskan untuk singgah di sebuah desa yang lumayan ramai, setelah terbang selama 2 mingguan.Japra
“Pendeta Sura dan kau penyihir dari himalaya, di mana-mana selalu bikin masalah. Dibuang Ratu Reswari, lalu berkomplot dengan Ki Birawa, kini kalian bikin ulah lagi di negeri orang!”Dengus Japra sambil menatap tajam Pendeta Sura, yang pernah bikin dia lumpuh dan hampir saja cacat selamanya.Japra tahu kalau Pendeta Sura ini di buang Ratu Reswari dari cerita Ki Samonang, termasuk Ki Birawa cs yang di usir dari kerajaan tersebut.“Ratu Reswari memimpin Kerajaan Hilir Sungai sangat tegas dan tak kenal ampun, terutama yang merongrong kerajannya. Itulah kenapa Pendeta Sura, Ki Birawa dan komplotannya terbuang dari kerajaan itu,” cerita Ki Samonang.“Bangsat, kamu selalu ganggu kesenanganku, kok bisa-bisanya sampai di sini,” sungut Pendeta Sura menahan kekagetan sekaligus kemarahannya.Saat Japra menatap pendeta itu, tiba-tiba Japra merasa aneh, kenapa tubuh musuh besarnya ini mendadak berubah makin besar seperti raksasa.Tubuh itu terus membesar, bahkan di mata Japra, kepala Pendeta Sura
Japra tahu itu suara 20 an orang yang sebelumnya menghadangnya. Karena mereka mengira dia antek para penculik wanita-wanita cantik dan masih muda-muda ini.Japra lalu keluar dari kuil dan menemui orang-orang itu.“Semua wanita yang di culik ada di tempat ini, bebaskan mereka dan pria yang tertotok itu penculiknya, aku akan kejar si bos penculiknya itu.”“Tunggu tuan, sebaiknya tuan mampir dulu ke tempat kami, ada yang ingin aku sampaikan!” kata pemimpin warga ini, yang kini terlihat memberi perintah agar segera menyelamatkan para wanita yang di sekap di kuil ini.Mau tak mau Japra pun menahan langkahnya, dia baru sadar, ini bukan Pulau Borneo, dia belum hapal situasi di sini.Beda dengan Pendeta Sura dan si dukun himalaya, yang agaknya hapal wilayah ini, entah sudah berapa lama mereka tinggal di sini.Sekaligus Japra penasaran, kok bisa-bisanya musuh besarnya ini ‘nyasar’ ke pulau ini. Padahal jaraknya sangat jauh dari Pulau Borneo, kalau naik kapal layar butuh waktu hingga 1 bulanan
Japra tak bisa menolak, saat Pakhai langsung setuju dan bilang Anong nama wanita ini tahu di mana letak hutan Langtara berada.Besoknya tanpa buang waktu, dengan berjalan kaki mereka berangkat, Anong lalu tunjukan di mana jalan memotong yang cepat, keduanya berangkat setelah pamit dengan Pakhai.Japra tersenyum kecil, saat Anong melangkah lumayan cepat, agaknya wanita ini punya ilmu kanuragan lumayan, pikir Japra.Sepanjang jalan mereka hanya diam-diaman, Japra sadar Anong baru saja kehilangan suami yang dibunuh penculiknya, sehingga dia tak enak mengajaknya ngobrol. Apalagi bercanda ria.Setelah seharian berjalan, sampailah mereka di sebuah bibir jurang, yang hanya ada tali tambang buat menyeberang, Japra geryitkan dahi. Jaraknya lumayan jauh, hampir 50 meteran.“Bagaimana ini Anong…?” Japra akhirnya buka obrolan, setelah seharian saling diam saja.“Inilah satu-satunya jalan tuan Japra, kecuali kita turun ke bawah, tapi akan makan waktu.” sahut Anong pendek.Keduanya terdiam sesaat,
Anong lalu cerita lagi, suaminya dulunya anak kepala desa sebelumnya, sebelum di ganti Pakhai.“Orang tua suamiku turut tewas, karena dianggap melawan kaum pemberontak, kepala desa Pakhai adik mertuaku, nyawanya pun kini terancam. Desa kami sebenarnya sengaja di teror, karena kami menolak ikut kaum pemberontak, kami masih setia dengan raja yang sekarang termasuk putra mahkota!” cerita Anong lagi blak-blakan.Kisah ini sudah Japra ketahui dari cerita Pakhai, ibaratnya Anong hanya menambahi sekaligus menegaskan saja. Sehingga makin besar tekad Japra akan habisi Pendeta Sura, walaupun dia tak punya kepentingan.“Salah satu andalan kaum pemberontak si pendeta palsu itu, kesaktiannya sangat tinggi, di tambah dukun dari himalaya tersebut!” kata Pakhai saat bercerita dengan Japra.“Langkah pertama kita, harus selamatkan guru kamu itu Anong, agaknya berat kita melawan pendeta dan si dukun itu belum lagi teman-temannya yang lain. Kecuali bisa selamatkan guru kamu yang ahli sihir dan kelak bisa
Anong terdiam sesaat, setelah Japra berikan syarat-syarat untuk belajar jurus mengejar angin tersebut. Kelakuannya persis seperti Putri Li Me, yang awalnya ragu, tapi akhirnya nge-gas.Dan…Anong tanpa ragu setuju, dia pun malah mengajak Japra menuju ke sebuah air terjun yang sangat tinggi dan dingin sekali airnya. Japra sampai kagum melihat keindahan air terjun ini.Japra lalu ajarkan ajian-ajiannya pada Anong, ternyata Anong tak kalah dari Putri Li Me, sangat cepat paham.Kini dia bersemedi sebagai persiapan pindah ke bawah air terjun yang deras dan sangat dingin tersebut.Japra sampai ragu, apakah Anong sanggup bertahan selama 10 hari di bawah air terjun tersebut..?Apalagi Anong tak memiliki ilmu kanuragannya sehebat Putri Li Me!Setelah selesai, Anong pun mulai bergeser ke dekat air terjun, Japra sengaja berpaling dan menjauh, agar Anong tak malu melepas semua pakaiannya, hingga polos.Tapi dasar Japra, dia sempat melirik sekilas dan melihat punggung putih mulus Anong, sebelum akh
“Tapi kalau Abang keberatan tak apa, sebab syaratnya memang begitu.” kembali Anong katakan hal ini sambil malu-malu meong.Lalu dengan apa adanya Anong ceritakan, dia justru belajar ilmu sihir ini dari mendiang suaminya, lalu disempurnakan gurunya.Saat bercinta mereka merapal ajian tertentu dan setelah itu, tenaga dalam akan disalurkan melalui mata.“Fokus ke mata Bang, ini mirip ilmu hipnotis, setelah itu kita bisa merasuki pikiran semua orang, sesuai dengan ke inginan kita,” Anong jelaskan panjang lebar ilmu sihir yang dia kuasai ini.Japra tersenyum, lalu menarik tangan lentik Anong, kemudian mencium perlahan, lalu keduanya saling tatap, seolah sama-sama ada besi sembrani keduanya saling melumat sampai berbunyi kericupan.“Ba-bang..tunggu dulu, jangan buru-buru, aku belum ajarkan rapalan-rapalannya,” dorong Anong perlahan, dia juga sebenarnya sudah ‘terbakar’ gara-gara gaya romantis Japra.“Maaf..!” sahut Japra tertawa kecil. Anong terpaksa berkali-kali ambil nafas, menahan debara