Japra terpaksa bersuara keras dan keluarkan tenaga dalamnya, saking derasnya angin. Panglima Amani yang sempat melirik ke bawah nyalinya langsung ciut seketika. Karena manusia-manusia di bawah, yang merupakan pasukannya hanya sekecil semut terlihat kini.”B-baik, turunkan aku, aku akan segera perintahkan mereka pergi saat ini,” cetus Panglima Amani, suaranya hampir tenggelam oleh deru angin yang sangat kencang.Japra pun menepuk kepala burung rajawali untuk menuju ke atap wuwungan tinggi di bangunan bekas tempat tinggal kepala kadipaten kota Muara.“Gunakan kesaktianmu untuk minta pasukan kalian pergi sekarang juga,” Japra pun lepaskan totokan di tubuh Panglima Amani, yang kini benar-benar tak berkutik, apalagi mereka mendarat di atap bangunan yang tingginya hampir 15 meteran dari tanah.Nyali Panglima Amani makin ciut, saat melihat satu lagi burung raksasa ini hinggap tak jauh dari dia dan Japra saat ini. Setelah tarik nafas panjang, terdengarlah suara Panglima Amani yang meminta
Ki Sumu kepala kadipaten sekaligus orang yang paling di tuakan di pertemuan penting ini minta izin ke Japra untuk bicara.“Izin baginda pangeran…!” katanya, Japra pun mengangguk, sikapnya yang banyak mendengar terlihat berubah makin dewasa dan pastinya sangat berwibawa.“Apa yang dikatakan baginda pangeran benar sekali, kalau kita lakukan pemberontakan saat ini, sama saja dengan mati konyol. Sedangkan kalau menunggu Prabu Kanji menyerahkan secara suka rela tahta-nya juga tak mungkin. Sebab besok dari ucapan Panglima Amani saat aku di tahan dulu, Prabu Kanji akan umumkan Putra Mahkotanya, yakni…Pangeran Somali!”Terdengar gumaman kaget, Japra pun ikutan kaget dalam hati, Prabu Kanji agaknya sudah bisa di bujuk Permaisuri Ela, untuk menunjuk Pangeran Somali sebagai putra mahkota, atau penerusnya kelak.Padahal dia berharap agar ‘sepupunya’ Pangeran Daha yang dijadikan putra mahkota. Sehingga dia ada alasan untuk menolak pemberontakan dan Japra berniat akan bantu sepupunya jadi Maharaja,
“Maaf kalau hamba lancang, sebaiknya kita bicara di dalam, biar semuanya menjadi jelas,” Ki Sumu yang lebih tua dari Ki Samonang buru-buru menengahi.Ki Sumu sudah melihat, kalau dibiarkan, tak mustahil 3 Pendekar Pedang Putih dan Japra akan bentrok hebat.Ki Samonang tahu, Ki Sumu bukan hanya kepala kadipaten, tapi juga seorang bangsawan, karena kakek moyangnya salah satu keturunan maharaja terdahulu. Ia pun segan dan mengangguk, bersama Ki Ulai dan Ki Usu mereka mengalah.“Hmmm…baiklah, itu lebih baik, baru setelah ini kita akan ambil keputusan,” sahut Ki Samonang sambil anggukan kepala, dan akhirnya mereka semua kembali ke ruangan tadi.Ki Samonang lalu minta Japra ceritakan semuanya, agar mereka tak salah ambil tindakan.Sikap ini tentu saja makin membuat Japra kagum, Ki Samonang ternyata seorang pendekar yang bijaksana dan tak asal main tangkap, sebelum dengar semuanya.Sedangkan Ki Ulai terlihat lebih pendiam, beda dengan Ki Usu yang lebih cepat ‘naik darah’. Karena dia termud
Ki Samonang tidak tersinggung dengan jawaban Japra, dia sudah tahu bagaimana hebatnya pengeran ini.Dia masih menduga, pasti kelak Japra akan keluarkan senjata istimewanya, berupa pedang golok emas. Padahal pedang itu sudah Japra berikan pada kekasihnya, Putri Li Me, yang kini pulang kekerajaannya.Dan saat ini Japra hanya menyimpan sebuah pisau kecil, itupun bukan senjata, tapi hanya keperluannya selama berpetualang, seperti bersihkan binatang buruan.“Baiklah pangeran, lihat serangan!” seru Ki Samonang bergerak sangat cepat, langsung tebaskan pedang putih miliknya.Bunyi berdesing terdengar, segulung sinar putih menyambar ke depan ke arah tubuh Japra. Sinar itu mengelilingi tubuh Japra.Semua orang memandang dan menahan nafas, pembukaan serangan Ki Samonang luar biasa hebatnya. Saking cepatnya, pedang di tangan Ki Samonang berubah seolah jadi sangat banyak,Cuaca mendadak berubah dingin, sebab sangat jarang Ki Samonang keluarkan pedang putihnya yang luar biasa ini.Yang selama ini m
Ki Samonang yang lebih tua setuju membantu Japra, tapi dia beri peringatan, jangan sampai terjadi perang saudara besar-besaran, yang justru merugikan kerajaaan ini.“Langkah kita adalah, lakukan pendekatan perlahan-lahan. Terutama pada orang-orang tertentu yang punya pengaruh. Kita bujuk mereka untuk mendukung langkah pangeran. Ini satu-satunya jalan untuk hindari perang besar, yang justru merugikan kerajaan ini. Apalagi yang kita perangi saudara-saudara kita sendiri,” alasan Ki Samonang dan semuanya setuju dengan pendapat pendekar sakti ini. Pendekar 3 golok putih ini seolah nostalgia kembali, dulu kenapa mereka membantu Pangeran Kanji agar ambil alih tahta dari Pangeran Warman?Itu semua atas saran Ki Durga, yang minta ketiganya ikut selamatkan kerajaan dari kehancuran di tangan raja yang salah.Setelah dianggap tamat belajar dari Ki Durga, ketiganya lalu menemui Pangeran Kanji dan membujuk si pangeran tersebut.Awalnya mereka sempat geleng-geleng kepala, si pangeran ini seorang fl
Dengan naik burung rajawali raksasa, maka perjalanan panjang Japra terpangkas jauh lebih pendek.Sesuai petunjuk pembantu-pembantu utamanya ini, Japra arahkan burung rajawali terbang ke arah Timur atau matahari terbit, karena di sanalah Kerajaan Qin berada.Namun bukan perkara mudah sampai ke kerajaan ini, Japra dan si burung rajawali harus menempuh perjalanan sangat panjang, dan mereka berkali-kali harus singgah.Untuk beri kesempatan si burung istirahat dan makan ikan yang banyak, hasil tangkapan Japra.Tanpa di sadari setelah hampir 3 minggu perjalanan, Japra justru agak kesasar setelah tertimpa badai hebat. Mereka mendarat di sebuah pulau yang masuk wilayah Kerajaan Rama (Thailand).“Kerajaan apa ini, wajah dan pakaiannya mirip-mirip warga Kerajaan Daha,” batin Japra.Sambil meminta burung rajawalinya mencari tempat tinggi untuk istirahat, agar tak menimbulkan kehebohan.Japra pun memutuskan untuk singgah di sebuah desa yang lumayan ramai, setelah terbang selama 2 mingguan.Japra
“Pendeta Sura dan kau penyihir dari himalaya, di mana-mana selalu bikin masalah. Dibuang Ratu Reswari, lalu berkomplot dengan Ki Birawa, kini kalian bikin ulah lagi di negeri orang!”Dengus Japra sambil menatap tajam Pendeta Sura, yang pernah bikin dia lumpuh dan hampir saja cacat selamanya.Japra tahu kalau Pendeta Sura ini di buang Ratu Reswari dari cerita Ki Samonang, termasuk Ki Birawa cs yang di usir dari kerajaan tersebut.“Ratu Reswari memimpin Kerajaan Hilir Sungai sangat tegas dan tak kenal ampun, terutama yang merongrong kerajannya. Itulah kenapa Pendeta Sura, Ki Birawa dan komplotannya terbuang dari kerajaan itu,” cerita Ki Samonang.“Bangsat, kamu selalu ganggu kesenanganku, kok bisa-bisanya sampai di sini,” sungut Pendeta Sura menahan kekagetan sekaligus kemarahannya.Saat Japra menatap pendeta itu, tiba-tiba Japra merasa aneh, kenapa tubuh musuh besarnya ini mendadak berubah makin besar seperti raksasa.Tubuh itu terus membesar, bahkan di mata Japra, kepala Pendeta Sura
Japra tahu itu suara 20 an orang yang sebelumnya menghadangnya. Karena mereka mengira dia antek para penculik wanita-wanita cantik dan masih muda-muda ini.Japra lalu keluar dari kuil dan menemui orang-orang itu.“Semua wanita yang di culik ada di tempat ini, bebaskan mereka dan pria yang tertotok itu penculiknya, aku akan kejar si bos penculiknya itu.”“Tunggu tuan, sebaiknya tuan mampir dulu ke tempat kami, ada yang ingin aku sampaikan!” kata pemimpin warga ini, yang kini terlihat memberi perintah agar segera menyelamatkan para wanita yang di sekap di kuil ini.Mau tak mau Japra pun menahan langkahnya, dia baru sadar, ini bukan Pulau Borneo, dia belum hapal situasi di sini.Beda dengan Pendeta Sura dan si dukun himalaya, yang agaknya hapal wilayah ini, entah sudah berapa lama mereka tinggal di sini.Sekaligus Japra penasaran, kok bisa-bisanya musuh besarnya ini ‘nyasar’ ke pulau ini. Padahal jaraknya sangat jauh dari Pulau Borneo, kalau naik kapal layar butuh waktu hingga 1 bulanan