Sampai di sini, Japra terdiam, matanya berkaca-kaca, tak menyangka ibu kandung aslinya juga sudah meninggal dunia.Walaupun di sudut hatinya yang paling dalam, ada kebanggaan, kalau dirinya keturunan dua kerajaan sekaligus, tapi kebanggaan itu lenyap berganti kesedihan lagi."Kasiannya bunda kandungku, begitu bersedih hingga sakit dan meninggal dunia," batin Japra.“Bunda...suri, kenapa aku dikatakan anak Prabu Kanji dan Putri dari Barito..?” tanya Japra hati-hati, sekaligus penasaran.“Itu semua yang mengarang cerita adalah…Mahapatih Takalo. Tujuannya, untuk selamatkan kamu dari dari perbuatan jahat orang-orang yang tak ingin kamu jadi pewaris kerajaan yang asli…!”“Dan asal kamu tahu, tewasnya Mahapatih itu, karena saat kamu datang dahulu, Prabu Kanji kaget bukan main, keturunan kakang prabu-nya, yang juga ayahmu muncul tak disangka-sangka. Apalagi dia tahu kamu katanya sakti bukan main…!”Ibu Suri pun sebut, dia curiga, tewasnya Mahapatih Takalo, ada kaitannya dengan Prabu Kanji.“
“Kamu siapa…?” keluarlah seorang nelayan tua dari rumahnya yang lebih tepat di sebut gubuk, sambil menatap wajah tampan Japra.Walaupun sudah sepuh, tubuh kurus kakek ini terlihat kokoh, terbiasa melaut membuat fisiknya terlihat kuat.“Aiiih kamu…mirip sekali dengan Prabu Daha, Maharaja Kerajaan Daha saat beliau muda, siapakah kamu ini anak muda?” tiba-tiba saja di nelayan tua langsung tembak Japra.Matanya sampai membulat menatap Japra, antara kaget dan bingung, apalagi saat melihat pakaian Japra yang perlente ini.“Aku…anaknya Putri Betani dan Prabu Daha, akulah bayi yang dulu ampir hilang di culik dua orang suruhan Ki Birawa. Tapi di selamatkan pengawal pribadi Ibu Suri!” sahut Japra apa adanya.Melongolah orang tua yang dikatakan ibu suri bernama Ki Sapo ini.“Aaapa…j-jadi kamukah bayi yang dulu hilang di culik dan lenyap di sebuah hutan dan di kira sudah tewas di mangsa binatang buas?” Ki Sapo secara tak sadar bertanya, tak ingat kalau bayi yang kini sudah dewasa bukan orang sem
Japra sampai tersenyum pahit, karena kembali teringat ibu kandungnya yang tak pernah sekalipun dia lihat. Dan telah memberinya nama yang sangat mirip dengan nama pemberian ortu angkatnya di Desa Haliling.Padahal nama aslinya adalah Pangeran Japranata, artinya cukup tambahkan nama ‘Nata’ maka jadilah nama aslinya.Setelah Ki Sapo dan Simbok selesai bercerita hingga tengah malam, mereka pun beristirahat.Kini di kamar kecil sederhana yang dikatakan Simbok bekas kamar mendiang ibu kandungnya, Japra pun duduk merenung.“Apakah aku harus ke Kerajaan Qin…??? Astagaaaa…kenapa aku lupa, Putri Li Me sudah hampir 4 bulan pulang ke Kerajaan Qin, apa sebaiknya aku susul, sekaligus cari keluarga ibundaku di sana…jangan-janga Putri Li Me sepupu misanku sendiri…?” batin Japra atau Japranata, nama asli pemberian ibundanya mulai bimbang.Namun dia ingat kembali pesan Ibu Suri, agar terlebih dahulu membongkar kebusukan yang terjadi di Istana sekarang ini.“Ibu Suri masih ngotot minta aku yang harus j
Japra balik kaget, artinya Panglima Ulay juga sudah tahu kisah sesungguhnya. “Panglima…jujur aku sudah bertemu Ibu Suri dan beliaulah yang minta agar aku menemui Panglima di sini!”Tiba-tiba Panglima Ulay turun dari kursinya lalu bersujud di depan Japra.“Pangeran Japranata, mulai detik ini, aku akan bantu pangeran untuk rebut kembali tahta Kerajaan Daha, orang yang paling berhak dibandingkan Prabu Kanji!”Dan tiga komandan Panglima Ulay juga bersikap sama, serempak mereka ikut bersujud di depan Japra.Entah kenapa, kali ini Japra sama sekali tak menegur ulah ke 4 nya dan dia membiarkan saja.“Pangeran…dari laporan yang kami dapat, Mahapatih Jugi sengaja tak mau kirim pasukan tambahan, malah minta agar kami semua balik saja ke kotaraja. Ini kan aneh, kenapa wilayah kita di ambil orang, malah pasukan diminta balik, ini sangat mencurigakan dan bikin kami bertanya-tanya!”Salah satu komandan bernama Acon bongkar sebuah kejanggalan, hingga Japra ikut terdiam dan mikir.Komandan Ila dan Ko
Di halaman bangunan itu Japra kaget bukan main, lagi-lagi musuh besarnya ada di sini, siapa kalau bukan Ki Birawa.“Orang ini harus di lenyapkan, di mana-mana hanya bikin masalah!” geram Japra, sambil gemelukan giginya.Ingin rasanya Japra langsung muncul saja, tapi akal sehatnya jalan. Apalagi saat melihat bukan hanya pengawal Jenderal Amani yang ada di sana, juga banyak orang-orang yang tak Japra kenal, dan sepintas bukan orang yang rendah ilmu kanuragannya. Namun ada satu orang yang bikin dahi Japra bergerinyit…tapi bikin jantungnya berdebar. Saat melihat kemunculan seorang wanita cantik dengan pakaian panglima.Wanita cantik tersebut terlihat menyambut Jenderal Amani, bahkan bergandeng tangan ‘mesra’ saat masuk ke dalam rumah besar ini“Aura…ternyata dia kini jadi salah satu komandan pasukan Loksana, tapi kenapa ikut Kerajaan ini? Apa yang membuatnya malah kesasar ke sini dan bantu kerajaan musuh..?” batin Japra sambil menatap tajam wajah mantan istrinya ini dari kejauhan.Wala
Diam-diam Ki Birawa melirik 5 orang yang sejak tadi terlihat sangat marah dan menatap penuh permusuhan pada Japra.Namun kali ini Japra benar-benar siap tempur, dia tak bakal mundur secuil pun. Hatinya teramat marah, Kerajaan Daha makin menyusut wilayahnya, akibat ketidak becusan Prabu Kanji.Walaupun dia mendengar ada derap kaki ratusan bahkan lebih di luar bangunan ini, tanda pasukan Kerajaan Loksana sudah mulai berkumpul mengurung tempat tersebut.Tapi lagi-lagi Japra tidak menunjukan rasa gentar.Saat ituah Japra menatap ke langit yang berawan, ada dua titik kecil seorang burung dan senyum mengembang di bibirnya.Makin kuatlah mentalnya saat ini, dua sahabatnya yang tak biasa sedang 'memantaunya' dari atas.Kini Japra kembali menatap musuh-musuhnya, Japra sudah di kurung sangat ketat, pengeroyokan hanya tinggal menunggu perintah Jenderal Amani, yang jadi pimpinan di sini.“Japra, musuh-musuhmu boleh takut denganmu, tapi aku sebagai panglima, tak pernah takut!” kali ini kembali ter
Ki Birawa gelagapan, apalagi tangan Japra yang kuat sebuah paruh burung rajawali seakan kejar ubun-ubunnya dengan kecepatan tinggi.“Gila, ilmu apalagi ini,” batin Ki Birawa kaget tak kepalang.Namun itulah ucapan terakhir Ki Birawa, gerakan Japra yang saat ini gunakan ilmu mengejar anginnya luar biasa cepatnya.Cappp…jari Japra yang berubah mirip paruh burung rajawali secara lihai telah membikin bolong ubun-ubun Ki Birawa.Walaupun pendekar tua yang hebat dan licik ini terlindungi tenaga dalam yang sudah sempurna dia kuasai.Tapi jari-jari tangan Japra lebih kuat lagi, akibatnya ubun-ubun itupun tembus, berlubang hingga 2 buah, saat tercabut, keluarlah darah merah campur putih.Pekikan dahsyat keluar dari mulut Ki Birawa, serangkum serangan terakhir dia lepaskan pada Japra.Tangannya yang berisi tenaga jurus halilintar menampar ke arah depan, tapi Japra secepat kilat mencelat ke atas sehingga sambaran jurus ini luput.Tubuh Ki Birawa pun terjatuh ke tanah dengan mata mendelik, mati p
Japra terpaksa bersuara keras dan keluarkan tenaga dalamnya, saking derasnya angin. Panglima Amani yang sempat melirik ke bawah nyalinya langsung ciut seketika. Karena manusia-manusia di bawah, yang merupakan pasukannya hanya sekecil semut terlihat kini.”B-baik, turunkan aku, aku akan segera perintahkan mereka pergi saat ini,” cetus Panglima Amani, suaranya hampir tenggelam oleh deru angin yang sangat kencang.Japra pun menepuk kepala burung rajawali untuk menuju ke atap wuwungan tinggi di bangunan bekas tempat tinggal kepala kadipaten kota Muara.“Gunakan kesaktianmu untuk minta pasukan kalian pergi sekarang juga,” Japra pun lepaskan totokan di tubuh Panglima Amani, yang kini benar-benar tak berkutik, apalagi mereka mendarat di atap bangunan yang tingginya hampir 15 meteran dari tanah.Nyali Panglima Amani makin ciut, saat melihat satu lagi burung raksasa ini hinggap tak jauh dari dia dan Japra saat ini. Setelah tarik nafas panjang, terdengarlah suara Panglima Amani yang meminta