Tapi kali ini ke 4 orang ini seakan kompak, mereka sambut serangan ini dan kini Japra harus hadapi ke 4 orang sakti ini sekaligus.Pendekar Gledek dan Sawon, termasuk guru mereka dua pendekar hewan ternyata selama ini perdalam ilmu kanuragan mereka.Dan di kerajaan Kubu Raya inilah mereka 'bersembunyi', sekaligus puas, karena apapun yang mereka inginkan di sediakan sang Maharaja di sini.Imbalannya, mereka siap melibas siapapun yang berani mengganggu kekuasaan yang maharaja ini. Hasilnya pemberontakan Pangeran Muda bersama dua orang kepercayaannya Ki Sanus dan Ki Juri selalu gagal,.Padahal mereka sudah gunakan senjata peleda yang hebat, hasil membeli dari pedagang berkulit putih. Tapi kehebatan ke 4 orang ini, membuat gerakan pemberontakan itu selalu gagal total. Selama di kerajaan ini, kehebatan mereka sebenarnya meningkat, tapi karena suka hambur-hamburkan tenaga untuk berfoya-foya.Kehebatan itu tak diimbangi dengan tenaga dalam mereka sendiri, yang terbuang percuma, karena di ha
Namun karena eufhoria kemenangan masih bergema, ulah ‘ganjil’ Japra dan Putri Li Me tak jadi perhatian berlama-lama.“Kapan mereka dekat begini…?” batin Ki Sanus dan Ki Juri saling pandang, lalu sama-sama senyum-senyum maklum.Ki Sanus dan Ki Juri tentu saja sangat menghormati keduanya, sebab keluarga-keluarga mereka yang selama ini di sandera dapat di bebaskan Japra dan Putri Li Me tanpa cedera.Tanpa diketahui kedua sejoli itu, ternyata Ki Sanus dan Ki Juri memantau aksi keduanya secara sembunyi-sembunyi.“Kita jangan berpangku tangan, kita pantau keduanya,” kata Ki Sanus saat itu, Ki Juri setuju, lalu bersama puluhan pemberontak lainnya, mereka menyaksikan aksi Japra dan Putri Li Me dari kejauhan.Mereka hanya bisa memandang kagum melihat aksi Japra, bahkan mereka juga melihat Japra ‘menolong’ Putri Li Me yang terluka dan membawa kabur dari benteng itu.Begitu tahu ke 50 orang tahanan di bebaskan Japra, Ki Sanus dan Ki Juri di bantu puluhan anak buah mereka, langsung bantu melindun
Japra pun membalas penghormatan ini, gayanya tentu saja berubah total, terlihat wibawa Japra sebagai seorang pangeran terlihat.Komandan yang kenalkan diri dengan nama Perwira Ko, lalu ngobrol basa-basi dengan Japra. Sekaligus kenalkan diri dan sebut jabatannya apa di Kerajaan Qin.Tak lama kemudian semuanya di panggil pengawal utama Pangeran Muda, agar segera masuk ke ballroom Istana, upacara penobatan Pangeran Muda sebagai Raja Kubu Raya akan dilaksanakan.Pangeran Muda pun kini berganti nama menjadi Maharaja Muda Kubu Raya.Sang prabu yang baru ini di beri pakaian kebesaran dan makin nampak gagah. Di kiri kanannya berjejer permaisurinya yang cantik dan 3 selirnya yang tak kalah cantiknya ikut mendampingi, juga 5 anak-anaknya.“Saya ucapkan terima kasih kepada semuanya, yang turut berjuang membebaskan kerajaan ini dari kelaliman. Kepada para tamu, terkhusus Pangeran Japra, putra mahkota Kerajaan Daha, juga pada Putri Li Me, putri Kaisar Qin, Perwira Ko, komandan perang Kerajaan Qin…
Bingunglah Japra, masa iya ayah kandungnya sendiri ingin menangkapnya…soal Putri Li Me…dia pun diam-diam merasa salah.Secara tak langsung dia sudah ‘menikung’ Putri Li Me. Japra memang sudah mempertimbangkan, akan berterus terang dengan ayahandanya dan…akan menolak sebagai Putra Mahkota, kalau kelak di tunjuk.Dia tidak pernah bercita-cita ingin jadi putra mahkota, apalagi seorang maharaja.“Tapi…masa begitu cepat kabar ini sampai ke ayahanda prabu..?” batin Japra kebingungan sendiri. Ini pasti ada yang tak beres, pikirnya lagi.Si komandan ini lalu meminta Japra ulurkan tangan untuk di ikat rantai yang kuat, Japra pun mengalah, padahal kalau dia mau, mudah saja untuk kabur.Apalagi hanya sekedar rantai besi, sekali sentak pun akan putus.Tapi Japra justru penasaran dan dia sengaja menyerah, tanpa melawan. “Aku akan selidiki, kayaknya ini ada yang aneh,” pikirnya lagi, benar-benar mumets pikirannya, sekaligus tak habis pikir.Japra lalu di giring ke sebuah tempat, ternyata sudah ada
“Hmmm…inikah anak prabu dari wanita asal Barito itu?” wanita yang masih nampak cantik ini malah seakan bertanya pada Ki Birawa dan Pendeta Sura, musuh lama Japra yang sempat bentrok singkat di Kerajaan Hilir Sungai (baca bab-bab terdahulu).Gaya bicaranya nampak sekali ningratnya, gaya bicaranya pun runtut dan tertata baik, mirip sekali dengan gaya Ratu Reswari, bahkan agaknya usianya pun tak berselisih jauh.Japra pun jadi penasaran, siapa wanita ini…? Matanya terus menatap gaya si putri anggun, tapi miliki tatapa licik, terlihat dari bibirnya yang merah itu sedikit mencebi.“Benar yang mulia, dialah Pangeran Japra, ibunya Putri Harum dari Barito, yang dulu tewas oleh Ki Palung,” sahut Ki Birawa dengan sikap yang sangat hormat sekali pada wanita ini.“Hemm…baguslah, segera selesaikan keduanya, agar persoalan ini cepat beres, jangan dibiarkan lama. Ingat kalau ini selesai, kalian berdua juga yang lain akan dapat hadiah besar kelak, ini janjiku!” dengusnya, lalu berpaling dan meninggal
Seakan paham kalau Japra akan mengamuk, walaupun Ki Birawa belum tahu, kalau Japra sebenarnya hanya pura-pura tertotok sejak di bawa ke tahanan.Ki Birawa dengan cerdik lalu memindahkan Pangeran Daha yang pingsan ini ke ruangan lain, dia memanggil dua penjaga membawa pangeran yang babak belur tersebut.“Birawa, kalau dia kenapa-kenapa, aku tak akan beri ampun kalian semua,” dengus Japra, kaget dengan kelicikan Ki Birawa.“He-he…sesuka kamulah, intinya bentar lagi nyawa kalian berdua akan habis, lagian masa kamu lupa pelajaran jahat yang dulu au berikan..?” sela Ki Birawa mengejek, lalu cuek dan pergi dari hadapan Japra.Tiba-tiba ruangan tahanan ini di tutup dan tempat ini menjadi gelap, Japra terperanjat bukan main, dari sela-sela lubang, keluar asap, dia pun sekali sentak putuskan rantai yang mengikat tangan dan kakinya.Tapi Japra terlambat, lama-lama asap ini bikin sesak dadanya, dan tanpa bisa di cegah, Japra pun pingsan.Sesakti-saktinya Japra, dia tak menyangka Ki Birawa dan Pe
Setelah Permaisuri Ela pergi, hati Japra mulai gelisah tak terkira, tak dia sangka otak pengkhianatan di Istana adalah sang permaisuri sendiri.Dia khawatir sekali dengan keadaan ayahnya, yang dikatakan gila dengan selir-selirnya, hingga tak sadar ada ‘makar’ dari dalam Istana sendiri.Buktinya, Pangeran Daha sampai di culik dan ini yang bikin Japra murka tak kepalang, adiknya itu di bikin babak belur.Dia jadi ingat dengan kelakuan Ratu Reswari jaman dulu serupa tapi tak sama. Bedanya Ratu Reswari melakukannya dengan cara halus, bukan kekerasan seperti yang Permaisuri Ela lakukan sekarang terhadap kerajaan milik moyangnya ini.Pendekar Gledek kini menatap bengis Japra yang sudah tak berdaya.“Akhirnya kamu bisa juga di kalahkan Pangeran Japra. Bersiaplah, sebentar lagi kamu akan bertemu ibumu, kakekmu dan kakek-kakek buyutmu,” ejek Pendekar Gledek, sambil mengangkat tangannya yang mulai berubah memerah, tanda tenaga dalamnya mulau dia salurkan.Agaknya sekali pukul, kepala Japra akan
Setelah hampir 1 bulan, akhirnya mereka sampai di Pantai Sambalahung, bukan perjalanan yang nyaman bagi Japra. Tapi sebuah siksaan yang benar-benar bikin dia menggemerutukan gigi saking tersiksanya.Andai dia tak punya daya tahan yang luar biasa, bisa jadi Japra sudah tewas, selain totokan lihai, tusukan dua pisau yang dilakukan Pendeta Sura di bahunya bukan main sakitnya.Wajahnya makin pucat saja, tapi Pendekar Gledek tak peduli. Toh setelah kitab pusaka bukit meratus aku temukan, kamu aku penggal juga, pikirnya tanpa belas kasihan.Tapi dia membiarkan dua gundiknya menyuapi dan memberi Japra makan minum selama dalam perjalanan.“Kalau aku tak makan, mampus aku!” batin Japra, walaupun kadang dia mendongkol juga, kedua gundik Pendekar Gledek ini sangat kasar saat menyuapinya.Sesaat Pendekar Gledek terlebih dua gundiknya terpesona dengan pemandangan pantai yang sangat indah ini.Tanpa sadar kalau laut yang saat ini tenang, sebenarnya menyimpan sebuah bahaya yang bisa datang sewaktu-w