Setelah Permaisuri Ela pergi, hati Japra mulai gelisah tak terkira, tak dia sangka otak pengkhianatan di Istana adalah sang permaisuri sendiri.Dia khawatir sekali dengan keadaan ayahnya, yang dikatakan gila dengan selir-selirnya, hingga tak sadar ada ‘makar’ dari dalam Istana sendiri.Buktinya, Pangeran Daha sampai di culik dan ini yang bikin Japra murka tak kepalang, adiknya itu di bikin babak belur.Dia jadi ingat dengan kelakuan Ratu Reswari jaman dulu serupa tapi tak sama. Bedanya Ratu Reswari melakukannya dengan cara halus, bukan kekerasan seperti yang Permaisuri Ela lakukan sekarang terhadap kerajaan milik moyangnya ini.Pendekar Gledek kini menatap bengis Japra yang sudah tak berdaya.“Akhirnya kamu bisa juga di kalahkan Pangeran Japra. Bersiaplah, sebentar lagi kamu akan bertemu ibumu, kakekmu dan kakek-kakek buyutmu,” ejek Pendekar Gledek, sambil mengangkat tangannya yang mulai berubah memerah, tanda tenaga dalamnya mulau dia salurkan.Agaknya sekali pukul, kepala Japra akan
Setelah hampir 1 bulan, akhirnya mereka sampai di Pantai Sambalahung, bukan perjalanan yang nyaman bagi Japra. Tapi sebuah siksaan yang benar-benar bikin dia menggemerutukan gigi saking tersiksanya.Andai dia tak punya daya tahan yang luar biasa, bisa jadi Japra sudah tewas, selain totokan lihai, tusukan dua pisau yang dilakukan Pendeta Sura di bahunya bukan main sakitnya.Wajahnya makin pucat saja, tapi Pendekar Gledek tak peduli. Toh setelah kitab pusaka bukit meratus aku temukan, kamu aku penggal juga, pikirnya tanpa belas kasihan.Tapi dia membiarkan dua gundiknya menyuapi dan memberi Japra makan minum selama dalam perjalanan.“Kalau aku tak makan, mampus aku!” batin Japra, walaupun kadang dia mendongkol juga, kedua gundik Pendekar Gledek ini sangat kasar saat menyuapinya.Sesaat Pendekar Gledek terlebih dua gundiknya terpesona dengan pemandangan pantai yang sangat indah ini.Tanpa sadar kalau laut yang saat ini tenang, sebenarnya menyimpan sebuah bahaya yang bisa datang sewaktu-w
Brass…burung Rajawali ini raih tubuh Japra di pasir dan membawanya terbang menjauh dari pantai, yang lautnya sedang mengamuk ini.Sangat jauh burung ini membawa tubuh Japra yang setengah pingsan, kini setelah terbang sangat tinggi burung ini akhirnya singgah di sebuah sisi bukit sangat tinggi, yang sangat jauh dari pantai tadi.Tak terdengar lagi bunyi menyeramkan dari laut yang sedang mengamuk tersebut.Begitu sampai di sarangnya, ternyata ada lagi satu burung rajawali, tapi agak kecil di bandingkan burung ini.Awalnya burung ini mengira Japra ini makanan, tapi kedua burung ini bercuitan seolah sedang bicara, dan burung yang agak kecil ini terlihat kecewa.Burung rajawali ini lalu mencabut dua pisau yang ada di bahu Japra gunakan paruhnya yang besar, lalu dia mengeluarkan liurnya seolah mengobati bahu yang mengeluarkan darah menghitam itu.Bahkan tali ulet yang mengikat tubuh Japra, juga mudah saja di putus paruh burung ini.“Terima kasih rajawali,” Japra bersuara lirih, tubuhnya lun
Kini…Japra keluar dengan selamat dari badai itu, tapi pakaiannya compang camping, tapi tubuhnya tak apa-apa.Kedua rajawali ini terpekik kegirangan melihat Japra tak apa-apa, mereka berkuik-kuik di udara, menimbulkan suara bising, seolah ratusan burung sedang beterbangan di udara.“Terima kasih sahabatku, kalian yang membuat aku bisa sehebat sekarang ini,” kata Japra sambil menciumi kepala burung ini bergantian, yang anehnya terus berkuik-kuik manja dengannya, terutama yang paling kecil alias anaknya.Tak terasa hampir 3 bulan Japra berada di sini, jurus baru itupun makin matang di latihnya setiap hari.Dan suatu hari, siapapun yang melihat akan melongo, saat burung raksasa ini terbang tidak terlalu tinggi menuju ke sebuah tempat.Kepakan sayapnya sudah bikin ngeri semua orang...!Yang bikin semua orang terperanjat bukan main, di punggung burung raksasa ini, ada seorang pria yang duduk anteng, seolah sedang menaiki seekor kuda jantan.Hari ini Japra memutuskan kembali turun gunung dan
Japra turun dari kudanya, dia sama sekali tak mau muncul diam-diam, pendekar ini sangat percaya diri dan sengaja muncul terang-terangan.Rumah yang lumayan besar ini dan memiliki halaman yang sangat luas, terletak di pinggiran Desa Purai, wilayah ini sudah masuk Kerajaan Hilir Sungai, dulunya jadi bagian Kerajaan Daha.Namun direlakan masuk kerajaan ini, setelah Ratu Reswari berkunjung dan jalin persahabatan dengan Kerajaan Daha.Japra tersenyum dingin, kehadirannya sudah di ketahui orang-orang yang berada di rumah ini. Terlibat bayangan orang-orang yang keluar dari rumah tersebut.“Tak perlu kalian bersembunyi, aku sudah di sini Ki Birawa, Pendekar Gledek dan Pendeta Sura. Kalian lepaskan Pangeran Daha, maka aku tak akan berurusan dengan kalian lagi, ku lupakan penyiksaan yang kalian lakukan padaku dulu!” kata Japra sambil keluarkan tantangan terbuka.Tak lama keluarlah 3 orang yang Japra sebut tadi, lalu diikuti juga Ki Anom, Pendekar Codet, Sawon dan satu orang yang tak Japra kenal
“Kawan-kawan tunggu apalagi terlalu banyak bacot dia,” Ki Birawa mulai komando kawan-kawannya untuk mengeroyok Japra.Japra tenang-tenang saja, tak ada ketakutan dari wajahnya, justru dia ingin mereka semuanya maju menghadapinya barengan, dia sekaligus ingin uji jurus barunya tersebut."Betul Ki Birawa, si mulut besar ini harus segera kita kirim ke neraka,” sambung Pendekar Gledek, kini tangannya sudah berubah membiru, tanda kekuatannya mulai terkumpul di kedua lengannya.Pendekar Gledek kini tak ragu lagi keluarkan jurus paling andalannya.“Kamu datang antar nyawa ke sini Japra! Sayang sekali, andai kamu mau gabung dengan kami, kita akan kuasai dunia,” sambung Ki Anom, yang sejak tadi hanya jadi pendengar yang baik.Dia langsung keluarkan senjatanya yang istimewa, yakni cambuk yang ujungnya sangat tajam.“Tarr..tarr…!” terdengar suara keras, saat dia hempaskan cambuknya ini ke tanah.Lalu sambil mengeluarkan suara melengking nyaring yang disusul Ki Birawa, Pendeta Sura dan lainnya,
Kali ini Japra tak mau menghindar, begitu ujung tasbeh, ujung golok dan serangan dari jarak 3 meteran Ki Birawa datang berbarengan. Secara mengejutkan Japra ganti jurusnya dengan ilmu lintah.Kaget tak kepalang 3 orang ini, saat tenaga dalam mereka membanjir keluar, serempak mereka melepaskan tenaga dalamnya, untuk menyetop tenaga dalam mereka habis keluar tersedot.Inilah yang Japra tunggu-tunggu, kurang dari sepersekian detik, jurus Rajawali Mencaplok Mangsa dia kerahkan dengan tangan kanannya.Bresss….jurus dahsyat yang sangat dingin Japra keluarkan, akibatnya ketiga orang ini terpelanting dan ketiganya terguling-guling ke tanah.Tasbeh milik Pendeta Sura putus dan biji tasbehnya berhamburan, pedang tipis Pendekar Gledek patah dan Ki Birawa melolong ke sakitan, saat tangannya yang tadi di gunakan menyerang Japra patah!Keadaan Pendekta Sura dan Pendekar Gledek pun tak jauh beda, lengan mereka juga patah. Sebab saat itu mereka tidak sempat lagi salurkan tenaga dalam, ketika mereka m
Kini mereka pindah ke sebuah ruangan di bangunan yang sudah kosong tersebut, Lusia dan Wulani hanya bisa tertunduk dengan mata merah.Pangeran Daha yang terguncang jiwanya, tak beda jauh dengan Lusia dan Wulani akhirnya terhibur hatinya dan sangat senang akhirnya bisa di tolong dan bertemu saudara tuanya ini.“Jadi kalian di culik anak buah Ki Birawa dan di bawa ke sini?” Japra bertanya sambil menatap kasian dua wanita cantik ini.“Iya Bang, kami tak bisa melawan, mereka sangat sakti. Kami di bawa ke sini dan di recoki obat…perangsang!” sahut Lusia lalu menundukan kepala.“Apa tujuan mereka…maaf memberi kalian bertiga obat perangsang..?” tanya Japra hati-hati.Japra tahu itu, setelah bergantian mengobati ketiganya.Lusia dan Wulani saling tatap dan mereka menatap Pangeran Daha, seakan minta untuk jawab pertanyaan pendekar sakti ini.“Ini semua karena ulah Permaisuri Ela, tujuannya…untuk permalukan diriku Kang!” potong Pangeran Daha, sambil menatap Japra, dia terlihat sungkan menatap
Pendekar Putul kini menyamar seperti kakek tua, dia sengaja ke sini dan berlakon bak tamu di padepokan pimpinan Ki Rawa ini.Santernya soal padepokan ular hitam yang makin menancapkan kukunya di dunia persilatan, membuat Pendekar Putul tergerak turun tangan, apalagi pemimpinnya Ki Rawa, yang ingin dia hadapi saat ini.Dia pun juga kenalkan diri sebagai si Kakek Pincang, saat di terima Jinari dan Jamari di gerbang padepokan ini.Pendekar Putul melihat kedua wanita binal ini yang jadi ketua penyambutan tamu sampai menatapnya lama, terutama kakinya yang hanya satu.“Kenapa…ada yang aneh? Kakiku begini karena pernah bentrok dengan musuh hebat,” sungut si Putul jengkel, karena pandang mata kedua wanita cabul ini seakan meremehkannya.“Hmm…ya sudah, silahkan masuk, karena kamu bukan tamu VIP, penginapan buat kamu adanya di bagian barat, di barak sono!” cetus Jinari cuek dan pastinya anggap Pendekar Putul ini tak seberapa kesaktiannya.Si Putul pun dengan terpincang-pincang menuju ke barak ya
Padepokan Ular Hitam berubah total semenjak di ambil alih Ki Rawa bersama Pandekar Gledek dari tangan Ki Boka.Seluruh murid-murid Ki Boka di paksa jadi anak buah mereka dan kembali menyeleweng seperti saat jaman Ki Palung dan Ki Boka sebelum tobat setelah bertemu Prabu Japra, yang melawan mereka bunuh.Sehingga banyak yang tak suka dengan Ki Rawa, diam-diam memilih kabur dan meminta pertolongan dengan kaum pendekar golongan putih.Inilah yang membuat banyak golongan putih tewas atau terluka, setelah bentrok dengan kelompok Ular Hitam tersebut, yang semakin hari semakin kuat saja, sengan banyaknya kelompok golongan hitam bergabung.Permaisuri Aura sudah tahu soal ini, makanya dia mengutus Ki Roja atau Pendekar Budiman, untuk selidiki padepokan milik pamannya ini, sekaligus basmi kelompok Ki Rawa tersebut.Putri Seruni sebenarnya juga ingin ke sana untuk bikin perhitungan dengan Ki Rawa, tapi dia saat ini tengah hamil anak pertama, setelah hampir 13 tahun menikah dan baru kali ini menga
“Maafkan aku kakek Prabu Japra, kali ini cucumu yang pernah durhaka ini akan menjadi pendekar yang baik, tidak lagi jadi pendekar jahat!” tekad si Putul.Dan kini dia sudah menemukan sebuah desa, lalu beli pakaian yang bagus dan juga kuda, untuk lanjutkan perantauannya.Koin emas yang dulu dia bawa masih banyak dan untungnya tak tercecer saat dia terjungkal ke jurang dulu.Cuman dia tak lagi antusias mencari kedua orang tuanya. Dia malu pernah menyeleweng, apalagi ayahnya Prabu Harman seorang maharaja di Kerajaan Hilir Sungai.“Kasian ayahanda Prabu Harman, pasti sangat malu tak ketulungan, punya anak seperti aku, sudah cacat, menyeleweng pula, jatuh harga diri beliau!” gumam si Putul termangu d atas kudanya yang dia biarkan jalan sendiri.Uniknya, sampai kini si Putul belum tahu, kalau Putri Alona, ibu kandungnya, justru adik ayahnya sendiri. Si Putul juga tak ada niat lagi untuk cari ibu kandungnya, dia hanya ingin membawa hatinya, kemana saja.Sejak turun gunung, si Putul buktikan t
Setelah Pangeran Akmal bercerita, giliran Pangeran Daha yang ceritakan pengalamannya yang di sempat di culik Dua Kembar Ruba Betina dan Pendekar Serigala, saat bermaksud selidiki Temanggun Dawuk, kepala kadipaten Barabong.Namun di tolong seseorang yang sangat misterius dan sampai kini Pangeran Daha tak tahu siapa penolongnya tersebut.Tentu saja Pangeran Daha tidak bercerita soal penyekapan 3 hari 3 malam, yang membuat dia jadi permainan kedua betina genit itu.Yang anehnya semenjak sembuh dari pengaruh racun mawar merah, kekuatannya diam-diam naik berlipat?“Aku tak melihat jelas wajahnya, hanya aku tahu penolongku itu berjubah hitam, dalamnya putih, wajahnya tak begitu jelas…oh yaa…sebentar, orang itu pakai tongkat!” kata Pangeran Daha, sambil ingat-ingat tubuh si penolongnya.Pangeran Daha juga bilang, tak tahu apakah pendekar usianya itu sudah tua ataukah seumuran dirinya. Tapi yang dia tahu, penolongnya bukan wanita, tapi sosok pria.Kakek Slenge’an, Putri Dao dan Pangeran Akmal
Dan sekali ini, si pemuda ini harus mengaku dalam hatinya bahwa lawannya sungguh sama sekali tidak boleh disamakan dengan lawan-lawannya yang pernah dia kalahkan.Ternyata si kakek ini memiliki ilmu pedang yang hebat, di samping tenaga dalamnya yang kuat, ditambah lagi sebatang pedang pusaka pendeknya yang sangat ampuh!“Kakek mundurlah, biar aku yang gantian hadapi dia!” tiba-tiba Putri Dao maju ke gelanggang pertarungan dan si kakek ini mundur, lalu berdiri di samping Pangeran Daha.Melihat gaya anggun dan kini saling berhadapan dari jarak 5 meteran, makin tak karuan rasa si pemuda ini.Mulailah Si Pemuda merasa ketar-ketir, melawan si kakek tadi saja dia sudah kelabakan, entah bagaimana pula dengan si gadis cantik yang agaknya galak ini, tapi sudah bikin hatinya jungkir-balik.Belum lagi pria yang tak kalah tampan dengannya, yang sejak tadi terlihat tenang-tenang saja, sama tak ada wajah khawatir dari raut mukanya.Bahkan Pangeran Daha seakan ingin lihat, apakah kepandaian keponakan
“Mereka akan merekrut sebanyak-banyaknya anggota, baik warga biasa, kaum pendekar golongan hitam ataupun putih, lalu akan mendirikan sebuah kerajaan baru, Kadipaten Barabong sudah berhasil mereka kuasai!” kata Putri Dao dengan bersemangat, bahkan tangan dan matanya seakan ikutan bicara.Sangat menarik dan makin cantik saja keponakannya ini saat bercerita, andai orang lain, pasti sejak tadi Pangeran Daha sudah jungkir balik jatuh cinta.Kecantikan Putri Dao, tentu saja mengalahkan kekasihnya, si Putri Nia.Kagetlah Pangeran Daha, ini bukan gerakan main-main, apalagi setahunya Pendekar Gledek sangat berpengalaman susun kekuatan, untuk kemudian lakukan makar.Walaupun selalu gagal, karena dihancurkan Prabu Japra dan Pangeran Boon Me, yang sukses dua kali gagalkan misi besar Pendekar Gledek.Sehingga sampai kini, Pendekar Gledek dendam tak kepalang dengan orang tua dan kakak dari Pangeran Daha ini.Tapi kalau terlambat di basmi, bisa jadi gerakan kelompok ini makin besar dan makin kuat ser
Sosok hitam yang mereka --Baung, Jinari dan Jamari, pikir hantu ini lalu mengusap wajahnya.Kemudian terlihatlah wajah yang sangat tampan, tapi berwajah murung, pakaian dalamnya putih, tapi di tutup jubahnya yang berwarna gelap.Lelaki tampan ini lalu masuk ke dalam kereta ini dan dengan cepat pondong tubuh Pangeran Daha yang setengah tertidur alias setengah pingsan ini.Gerakannya sangat cepat dan tak lebih dari 2 detik, tubuhnya yang kokoh dan menggunkan tongkat sudah lenyap dalam hutan lebat yang gelap ini.Saking hebatnya ilmu meringankan tubuhnya, kereta ini sama sekali tak bergerak, ini menandakan orang ini luar biasa ilmu silatnya.Pangeran Daha yang setengah sadar terbangun, dia merasa aneh, kenapa kini berada di sebuah gua, hari pun sudah beranjak pagi, tidak lagi malam dan berada di dalam kereta yang di bawa Dua Rubah Betina serta Pendekar Serigala.Tapi Pangeran ini tak pikirkan itu, dia cepat-cepat lakukan semedi dan kerahkan seluruh kesaktian tenaga dalamnya, untuk kembali
Kedua Kembar Rubah Betina yang bernama Jinari dan Jamari ini langsung kalang kabut berpakaian.Padahal mereka tengah enak-enaknya naik ‘kuda jantan’ ini, yang sengaja mereka recoki obat kuat, agar tetap perkasa, walaupun tenaga dalamnya tak berfungsi.“Sialan si Pendekar Serigala, orang lagi nanggung, eh main panggil saja,” gerutu Jinari, sambil bantu Pangeran Daha berpakaian lagi.Saking gemasnya, dia malah sempat-sempatnya memegang tongkat Pangeran Daha yang masih kokoh bak tongkat ulin.“Ihh padahal masih ngacengg say!” kata Jamarin terkekeh dan dengan gemas sempat melumat batang ini.Tapi panggilan orang yang mereka sebut Pendekar Serigala membuat keduanya dengan terpaksa papah Pangeran Daha keluar dari kuil tua ini.“Gila sekali kalian berdua, tahu kah kalian siapa dia ini hahhh? Dia ini Pangeran Daha, putra mahkota Kerajaan Muara Sungai. Kalau sampai lepas gara-gara ulah kalian, leher kalian berdua yang mulus itu bakalan misah dari tubuh kalian yang bakalan dilakukan guru kita,”
Bukannya melaporkan ke dalam, ke 5 orang ini serempak mengurung Pangeran Daha, bahkan tak lama datang lagi 10 orang, dengan golok terhunus.Sempat pangeran ini ingin berontak, namun dia pikir, lebih baik pura-pura menyerah untuk selidki apa yang sebenarnya terjadi.Pangeran Daha pun di bawa ke dalam bangunan ini dan kagetlah dia, setelah pedangnya di ambil, Pangeran Daha di masukan ke dalam sebuah kerangkeng hewan yang sangat kuat.Kerangkeng ini biasa di gunakan untuk menangkap hewan buas, seperti biruang juga harimau, bahkan gajah liar.“Hmm…makin aneh saja,” pikir Pangeran Daha, andai dia mau, tak sulit baginya jebol kerangkeng ini.Pangeran Daha di biarkan di sana sampai malam hari, tak pernah terlihat batang hidung Temanggung Dawuk.Namun tengah malam, Pangeran Daha kaget sekali saat mencium bau seperti bunga mawar, lalu dia pun tak sadarkan diri.Tak lama, tubuhnya yang sudah tak berdaya ini dikeluarkan dari karangkeng, dan di halaman rumah Temanggung Bawuk ini sudah menunggu seb