Samuel dan Davin kembali dikagetkan dengan perkataan Angel. Berawal saat tahu kalau keluarganya ternyata sangat kaya, Angel menghabiskan banyak uang dengan membeli rumah mewah, beberapa mobil mahal, lalu pakaian dan lain sebagainya. Dia terlihat santai dan tak pernah melontarkan perkataan yang terkesan pasrah.
“Ngel, setan mana yang merasukimu? Pulang dari kampus, muka terlihat lemas dan … bosan, lalu kok kayak … ya, orang yang lagi banyak masalah gitu, hahaha … apasih, Ngel,” sahut Samuel sambil tertawa.
“Loh, hahaha … yah, benar nggak? Kalau saja aku udah bersyukur dengan apa yang udah aku miliki sekarang, pasti …,” “Eh, bentar dulu! Memang benar, tapi kok … kayak bukan Angel gitu loh, hahaha … mana Angel yang suka menghamburkan uang, beli rumah mewah, mobil mahal dan mentraktir teman-temannya, mana, hahaha …,” kataBrum brum …Pukul dua belas siang, Angel keluar dari rumahnya menggunakan Hennessey Venom F5 miliknya. Sudah lama dia tak berkeliaran sendirian di jalan sambil mengemudi. “Hufffttt … oke, sekarang … mau kemana?” tanya Angel pada dirinya sendiri sambil mengemudi.Di perjalanan, dia mengemudi dengan tujuan yang masih tak diketahui. Dia sempat berpikir untuk pergi ke Rumah Sakit untuk menjenguk Sherly lagi. Akan tetapi, Dia berpikir lagi dan akhirnya pun dia memutuskan untuk tidak pergi ke Rumah sakit. Karena, tanpa Samuel dan Joe, mungkin saja dia bakal di tanya habis-habisan oleh Camille dan teman-temannya. Terlebih, memang saat itu dia sengaja pergi sendirian tanpa ditemani oleh siapapun. “Bodo’, ah! Kemana aja yang penting ngga bosen,” kata Angel pada dirinya sendiri. Angel pun memutuskan untuk pergi kemanapun yang dibawa oleh stir mobilnya. Dia sudah cukup hafal dengan jalanan di kota itu. Dengan begitu, dia tak perlu takut kalau dirinya akan tersesat nanti. Brum b
Pria itu tiba dan berdiri tepat disamping Michael menatap kearah sepasang kekasih itu. Pria muda yang terlihat seumuran dengan Michael, mengenakan setelah Jas kuning cerah dengan rambut Coklat rapih kebelakang berkulit putih. Leo Anthony Matthew, seorang pembisnis kaya, pemilik Cafe itu. “Benar, ‘kan?” tanya Michael, tersenyum tipis menatap kearah sepasang kekasih itu. “M – maaf. Baik, kami akan pindah ke meja itu,” kata Pria dari Wanita itu. “Terima kasih, maaf atas ketidaknyamanannya ya,” kata Leo.Pria itu mengangguk mengiyakan perkataan Leo. Mereka pun beranjak dari kursi dan pindah ke meja yang ada di sebelah Angel. Kemudian, Michael menoleh kearah belakang dan melambaikan tangan, meminta Angel untuk datang. “Ah, terima kasih, Leo, tapi … perasaan sejak tadi, saya tak melihat kamu? Bagaimana kamu tiba-tiba bisa datang kesini?” tanya Michael. “Ada kok. Saya sedang berbicara dengan Kasir saya tadi. Mungkin kamu tak melihat saya karena sedang bersama dengan …
“Selamat datang, selamat berbelanja …,” “Chel, tolong dong, ambilkan plastik lagi di gudang …,” “Ah, baik, totalnya Dua ratus lima puluh Dollar, ya ….”Pukul satu lewat lima belas siang. Terlihat di toko tempat Chelsea dan Fanny bekerja sedang ramai akan pengunjung. Tak biasanya toko itu bisa seramai saat itu. Fanny dan rekan kerja yang lain sedang sibuk melayani pengunjung di meja kasir. Chelsea ikut membantu dengan beberapa kali berjalan ke gudang dan kembali ke meja kasir sesuai arahan Fanny, setelah itu kembali memeriksa ulang barang kosong di Rak barang. “Hmm …, maaf, shampo ini bisa untuk Pria ngga?” “Ah, bisa-bisa, tapi saya lebih merekomendasikan shampoo yang ada di sebelah sana. Ah, coba tanya teman saya yang ada disana ya, terima kasih,” “M
“Yah sudah, Tuan, minuman di mesin pendingin ini berkisar Lima sampai Dua puluh Dollar saja kok. Pilih saja minuman yang anda ingingkan, nanti akan saya periksa di meja Kasir ya,” lanjut Fanny. “Baik, terima kasih banyak ya,” “I-iya, Tuan ….”Sejak awal, Pria itu sudah berdiri di depan mesin pendingin minuman sampai para Pengunjung sudah tidak ada di toko hanya karena daftar harga di setiap minuman tidak ada. Orang dengan setelan Jas mahal mana yang melakukan hal yang sangat aneh seperti itu. Begitulah pikir Fanny sambil berjalan ke meja Kasir. “Eh, gimana, Fann?” tanya Chelsea dengan nada bicara sedikit berbisik. “Alasan dia berdiri disitu sejak dari tadi karena daftar harga minuman di mesin pendingin itu nggak ada. Aneh banget ‘kan!?” kata Fanny, berbisik. “Lah!? Aneh bang
“Setelah ini kamu kemana, Ngel?” “Shruppp … ck! Ah … hmm, belum tahu. Sepertinya aku masih ingin berkeliling,” “Hmm, kita jalan yuk?”Pukul dua siang. Angel dan Michael telah menyelesaikan makan siang mereka. Seorang Pelayan Cafe menghampiri mereka, mengangkat piring bekas makan Angel dan Michale, lalu membersihkannya sedikit, lalu pergi. “Jalan? Kemana?” tanya Angel sambil menikmati minumannya. “Kemana ya? Hmm, kamu mau kemana? Mungkin ada tempat yang ingin kamu datangi?” tanya balik Michael. “Hmm …, nanti saja deh. Aku lagi males keluar dan … hmm, bukan males sih, lebih pengin sendiri dulu,” kata Angel. “Oh, begitu … yah sudah kalau begitu. Hmm, ah, kamu mau pesan makanan lagi, nggak? Kalau mau, biar saya yang akan memesannya,” kata Michael. “Shruppp ….” Angel diam sejenak sembari menikmati segelas minumannya. “Nggak deh, perutku sudah kenyang,” kata Angel.Michael mengangguk pelan, mengiyakan perkataan Angel. Setelah itu, suasana menjadi hening d
Mendengar perkataan Joe, Tuan Faena dan Nyonya Faena seketika terkejut setengah mati. Diam – diam, sebenarnya mereka memiliki rencana untuk mencari seseorang yang mereka bicarakan itu. Mereka berniat untuk mengajaknya bekerja sama. “Bahkan, bukan hanya mengenalnya, tapi sangat – sangat mengenalnya, hehe …,” lanjut Joe sambil tertawa sinis menatap Tuan Faena. “S – serius kamu!?” tanya Tuan Faena panik. “Ya, saya serius. Kalau mau, saya bisa saja langsung mengajaknya bekerja sama untuk berbisnis … eh, bukannya sudah ya? Hmm …,” kata Joe, sambil tersenyum dan mengelus-elus dagunya. “A-apa!?” ‘Gila! Secepat ini!? Aku sudah bersusah payah mencarinya dan sampai sekarang, masih belum menemukannya, tapi … dia sudah berhasil mengajaknya bekerja sama!?’ “Siapa orang itu!? Dimana dia?” tanya Tuan Faena, bersemangat. “Hmm? Kalau pun saya beritahu, Anak itu mungkin tidak ingin bertemu dengan anda, apalagi sampai bekerja sama, hahaha. Anda tahu keluarga Rochefeller,
Brum … brum …Ditengah perjalanan, Angel berpikir untuk berkeliling lagi sampai dirinya lelah dan setelah itu pulang ke rumah. Akan tetapi, saat dia berpikir untuk yang kedua kali, dia pun akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah saja. “Eh, ke Toko Fanny dan Chelsea kayaknya enak nih?” Sesampainya di perempatan jalan, lampu lalu lintas berubah menjadi merah. Perempatan itu adalah jalan menuju ke rumahnya kalau Angel mengambil jalur sebelah kanan. Kalau dia mengambil jalur lurus ke depan, dia akan tiba di Kampusnya. Untuk jalur ke sebelah kiri, disana menuju kearah Pantai. “Iya, ya? Toko mereka aja kali, ya? Beli minuman, terus berbicara sebentar, lalu pulang … iya ‘kan? Iya deh,” kata Angel pada dirinya sendiri, sambil menunggu lampu lalu lintas.Angel pun akhirnya memutuskan untuk mampir ke Toko, tempat Fanny dan Chelsea bekerja sebelum pulang ke rumah. Beberapa saat kemudian, lampu lalu lintas berubah menjadi Hijau. Angel pun langsung memasukkan persneling dan langsung meng
Mendengar itu, Angel terdiam sejenak sambil memutar pikirannya, mengingat semua orang yang pernah dia temui dan mencocokkannya dengan semua ciri-ciri yang diberikan oleh rekan kerja Fanny dan Fanny. Dia sempat berpikir kalau orang itu adalah Tuan Faena. “Hmm …, wajah Pria itu gimana? Rada tua atau gimana?” tanya Angel. “Nggak kayaknya ya? Pria itu masih muda sih … ya kalau bisa dibilang, seumuran Samuel lah, Ngel,” jawab Fanny. “Iya, kayaknya seumuran Samuel. Kalau seumuran Joe, hmm …, Joe ‘kan lebih tua sedikit dari Samuel ya, hehe …,” sahut Chelsea. “Hmm ….” Angel kembali terdiam sambil mengelus – elus dagunya. Dia pun mengambil botol minumannya dan meminumnya sambil terus memutar pikirannya, berusaha mencari tahu tentang siapa Pria itu. ‘Berarti bukan Tuan Faena, ya? Secara, mereka bilang kalau Pria itu masih terlihat muda. Apa mungkin si William? Nggak mungkin sih. Kalau itu dia, nggak mungkin mereka nggak kenal ‘kan? Terus siapa dong?’ bisik Angel dalam hat