Pukul tujuh pagi. Angel dan teman-temannya tiba di kampus. Mereka melakukan aktivitas seperti biasa di kampus sampai selesai. Setelah mata kuliah selesai, Angel dan teman-temannya berpisah di gerbang kampus. Chelsea dan Fanny pergi ke toko yang ada di seberang kampus sebelah kiri, dan Cassey pergi ke Laundry yang ada di seberang kampus sebelah kanan. Seperti biasa, ketika teman-temannya pergi bekerja, tersisa Angel yang tidak tahu ingin pergi kemana dan melakukan apa.
Berawal memiliki kesibukan dengan berkeliling kota sambil mencari barang bekas dan menjualnya, lalu uang yang didapat digunakan untuk kebutuhan seperti makan dan lain sebagainya. Sekarang, terbilang Angel sudah memiliki segalanya, seperti rumah mewah, mobil dan uang yang tak tahu batas akhirnya. Tak perlu repot berkeliling kota, hanya dengan menghembuskan napasnya, uang yang sangat banyak akan masuk ke rekening dengan sendirinya. Ditambah dengan adanya Joe. Angel bahkan tidak melakukan apa – apa, karena Jo
Samuel dan Davin kembali dikagetkan dengan perkataan Angel. Berawal saat tahu kalau keluarganya ternyata sangat kaya, Angel menghabiskan banyak uang dengan membeli rumah mewah, beberapa mobil mahal, lalu pakaian dan lain sebagainya. Dia terlihat santai dan tak pernah melontarkan perkataan yang terkesan pasrah. “Ngel, setan mana yang merasukimu? Pulang dari kampus, muka terlihat lemas dan … bosan, lalu kok kayak … ya, orang yang lagi banyak masalah gitu, hahaha … apasih, Ngel,” sahut Samuel sambil tertawa. “Loh, hahaha … yah, benar nggak? Kalau saja aku udah bersyukur dengan apa yang udah aku miliki sekarang, pasti …,” “Eh, bentar dulu! Memang benar, tapi kok … kayak bukan Angel gitu loh, hahaha … mana Angel yang suka menghamburkan uang, beli rumah mewah, mobil mahal dan mentraktir teman-temannya, mana, hahaha …,” kata
Brum brum …Pukul dua belas siang, Angel keluar dari rumahnya menggunakan Hennessey Venom F5 miliknya. Sudah lama dia tak berkeliaran sendirian di jalan sambil mengemudi. “Hufffttt … oke, sekarang … mau kemana?” tanya Angel pada dirinya sendiri sambil mengemudi.Di perjalanan, dia mengemudi dengan tujuan yang masih tak diketahui. Dia sempat berpikir untuk pergi ke Rumah Sakit untuk menjenguk Sherly lagi. Akan tetapi, Dia berpikir lagi dan akhirnya pun dia memutuskan untuk tidak pergi ke Rumah sakit. Karena, tanpa Samuel dan Joe, mungkin saja dia bakal di tanya habis-habisan oleh Camille dan teman-temannya. Terlebih, memang saat itu dia sengaja pergi sendirian tanpa ditemani oleh siapapun. “Bodo’, ah! Kemana aja yang penting ngga bosen,” kata Angel pada dirinya sendiri. Angel pun memutuskan untuk pergi kemanapun yang dibawa oleh stir mobilnya. Dia sudah cukup hafal dengan jalanan di kota itu. Dengan begitu, dia tak perlu takut kalau dirinya akan tersesat nanti. Brum b
Pria itu tiba dan berdiri tepat disamping Michael menatap kearah sepasang kekasih itu. Pria muda yang terlihat seumuran dengan Michael, mengenakan setelah Jas kuning cerah dengan rambut Coklat rapih kebelakang berkulit putih. Leo Anthony Matthew, seorang pembisnis kaya, pemilik Cafe itu. “Benar, ‘kan?” tanya Michael, tersenyum tipis menatap kearah sepasang kekasih itu. “M – maaf. Baik, kami akan pindah ke meja itu,” kata Pria dari Wanita itu. “Terima kasih, maaf atas ketidaknyamanannya ya,” kata Leo.Pria itu mengangguk mengiyakan perkataan Leo. Mereka pun beranjak dari kursi dan pindah ke meja yang ada di sebelah Angel. Kemudian, Michael menoleh kearah belakang dan melambaikan tangan, meminta Angel untuk datang. “Ah, terima kasih, Leo, tapi … perasaan sejak tadi, saya tak melihat kamu? Bagaimana kamu tiba-tiba bisa datang kesini?” tanya Michael. “Ada kok. Saya sedang berbicara dengan Kasir saya tadi. Mungkin kamu tak melihat saya karena sedang bersama dengan …
“Selamat datang, selamat berbelanja …,” “Chel, tolong dong, ambilkan plastik lagi di gudang …,” “Ah, baik, totalnya Dua ratus lima puluh Dollar, ya ….”Pukul satu lewat lima belas siang. Terlihat di toko tempat Chelsea dan Fanny bekerja sedang ramai akan pengunjung. Tak biasanya toko itu bisa seramai saat itu. Fanny dan rekan kerja yang lain sedang sibuk melayani pengunjung di meja kasir. Chelsea ikut membantu dengan beberapa kali berjalan ke gudang dan kembali ke meja kasir sesuai arahan Fanny, setelah itu kembali memeriksa ulang barang kosong di Rak barang. “Hmm …, maaf, shampo ini bisa untuk Pria ngga?” “Ah, bisa-bisa, tapi saya lebih merekomendasikan shampoo yang ada di sebelah sana. Ah, coba tanya teman saya yang ada disana ya, terima kasih,” “M
“Yah sudah, Tuan, minuman di mesin pendingin ini berkisar Lima sampai Dua puluh Dollar saja kok. Pilih saja minuman yang anda ingingkan, nanti akan saya periksa di meja Kasir ya,” lanjut Fanny. “Baik, terima kasih banyak ya,” “I-iya, Tuan ….”Sejak awal, Pria itu sudah berdiri di depan mesin pendingin minuman sampai para Pengunjung sudah tidak ada di toko hanya karena daftar harga di setiap minuman tidak ada. Orang dengan setelan Jas mahal mana yang melakukan hal yang sangat aneh seperti itu. Begitulah pikir Fanny sambil berjalan ke meja Kasir. “Eh, gimana, Fann?” tanya Chelsea dengan nada bicara sedikit berbisik. “Alasan dia berdiri disitu sejak dari tadi karena daftar harga minuman di mesin pendingin itu nggak ada. Aneh banget ‘kan!?” kata Fanny, berbisik. “Lah!? Aneh bang
“Setelah ini kamu kemana, Ngel?” “Shruppp … ck! Ah … hmm, belum tahu. Sepertinya aku masih ingin berkeliling,” “Hmm, kita jalan yuk?”Pukul dua siang. Angel dan Michael telah menyelesaikan makan siang mereka. Seorang Pelayan Cafe menghampiri mereka, mengangkat piring bekas makan Angel dan Michale, lalu membersihkannya sedikit, lalu pergi. “Jalan? Kemana?” tanya Angel sambil menikmati minumannya. “Kemana ya? Hmm, kamu mau kemana? Mungkin ada tempat yang ingin kamu datangi?” tanya balik Michael. “Hmm …, nanti saja deh. Aku lagi males keluar dan … hmm, bukan males sih, lebih pengin sendiri dulu,” kata Angel. “Oh, begitu … yah sudah kalau begitu. Hmm, ah, kamu mau pesan makanan lagi, nggak? Kalau mau, biar saya yang akan memesannya,” kata Michael. “Shruppp ….” Angel diam sejenak sembari menikmati segelas minumannya. “Nggak deh, perutku sudah kenyang,” kata Angel.Michael mengangguk pelan, mengiyakan perkataan Angel. Setelah itu, suasana menjadi hening d
Mendengar perkataan Joe, Tuan Faena dan Nyonya Faena seketika terkejut setengah mati. Diam – diam, sebenarnya mereka memiliki rencana untuk mencari seseorang yang mereka bicarakan itu. Mereka berniat untuk mengajaknya bekerja sama. “Bahkan, bukan hanya mengenalnya, tapi sangat – sangat mengenalnya, hehe …,” lanjut Joe sambil tertawa sinis menatap Tuan Faena. “S – serius kamu!?” tanya Tuan Faena panik. “Ya, saya serius. Kalau mau, saya bisa saja langsung mengajaknya bekerja sama untuk berbisnis … eh, bukannya sudah ya? Hmm …,” kata Joe, sambil tersenyum dan mengelus-elus dagunya. “A-apa!?” ‘Gila! Secepat ini!? Aku sudah bersusah payah mencarinya dan sampai sekarang, masih belum menemukannya, tapi … dia sudah berhasil mengajaknya bekerja sama!?’ “Siapa orang itu!? Dimana dia?” tanya Tuan Faena, bersemangat. “Hmm? Kalau pun saya beritahu, Anak itu mungkin tidak ingin bertemu dengan anda, apalagi sampai bekerja sama, hahaha. Anda tahu keluarga Rochefeller,
Brum … brum …Ditengah perjalanan, Angel berpikir untuk berkeliling lagi sampai dirinya lelah dan setelah itu pulang ke rumah. Akan tetapi, saat dia berpikir untuk yang kedua kali, dia pun akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah saja. “Eh, ke Toko Fanny dan Chelsea kayaknya enak nih?” Sesampainya di perempatan jalan, lampu lalu lintas berubah menjadi merah. Perempatan itu adalah jalan menuju ke rumahnya kalau Angel mengambil jalur sebelah kanan. Kalau dia mengambil jalur lurus ke depan, dia akan tiba di Kampusnya. Untuk jalur ke sebelah kiri, disana menuju kearah Pantai. “Iya, ya? Toko mereka aja kali, ya? Beli minuman, terus berbicara sebentar, lalu pulang … iya ‘kan? Iya deh,” kata Angel pada dirinya sendiri, sambil menunggu lampu lalu lintas.Angel pun akhirnya memutuskan untuk mampir ke Toko, tempat Fanny dan Chelsea bekerja sebelum pulang ke rumah. Beberapa saat kemudian, lampu lalu lintas berubah menjadi Hijau. Angel pun langsung memasukkan persneling dan langsung meng
Angel, Fanny, Chelsea, kedua Pekerja Toko menatap kearah salah seorang rekan Chelsea yang tengah sibuk membungkam mulut Emma yang sejak dari tadi selalu memotong perkataan Angel. “Hadehhh ….” Angel menggelengkan kepala sambil menghela napas. “Oke, jadi ….”Angel melanjutkan perkataannya dengan menceritakan apa yang sudah terjadi saat Angel pergi bersama dengan Joe ke sebuah Cafe. Dia juga menceritakan kalau sebelum itu, dia dan Joe menemui Alan di Cafe itu. “Apa?! Pria yang menggoda Emma saat kita tiba di depan Club malam kemarin, Ngel?!” tanya Fanny, terkejut. “Iya, Fann! Parahnya lagi, mereka berdua membawa satu orang temannya dengan tubuh yang … wah, tinggi dan kekar! Kalian tahu Joe setinggi apa, ‘kan? Nah, Pria bertubuh kekar itu bahkan jauh lebih tinggi,” jelas Angel. “Terus – terus?!” sahut Chelsea penasaran. “Hup! Hup!” Plak! “Ouchh! Sakit, Emma!” “Hufffttt … huh! Makanya jangan menutup mulutku! Apa tadi, Ngel? Pria yang kemarin kamu dan … h
Tok … tok … tok …Setelah kejadian yang tak terduga di Cafe, Angel langsung pergi menggunakan mobil milik Joe. Sebenarnya Angel tidak melarikan diri karena sudah memukul dua orang Pria yang tiba-tiba mengganggu-nya dan teman-temannya, akan tetapi alasan dia langsung pergi meninggalkan Cafe karena seluruh mata para pengunjung sudah tertuju padanya saat itu. Dia tidak ingin karena kejadian itu, namanya beserta keluarganya menjadi rusak. Begitulah yang sedang dipikirkan Angel saat itu. “Hmm … ah, hmm … apa ya? Hmm ….”Sembari mengemudikan mobil dan berpikir, Angel mengetuk jari telunjuknya beberapa kali ke stir mobil. “Jadi …, kenapa aku langsung pergi ya?”Terlihat, dia berbicara kepada dirinya sendiri di dalam mobil. Dia tampak masih memikirkan kejadian yang sudah terjadi di Cafe. “Nggak! Bentar-bentar. Kalau aku pergi, bukannya terlihat seperti melarikan diri, ya? Yang harusnya bersalah ‘kan mereka dan bukan aku? Kenapa harus aku yang pergi? Takut reputasiku jelek dimata p
Salah seorang Pelayan naik ke lantai dua dan menghampiri Pria itu, dengan tangan yang masih menempel di wajah salah seorang temannya. “Ah, ma – maaf, Tuan, sepertinya pengunjung yang lain merasa sedikit terganggu, hehe. M – mohon maaf, kalau ingin berkelahi … silahkan di lu …,” Gedebam! Brak! Praaang!!! “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!”Pelayan itu langsung terlempar dan menghantam salah satu meja makan yang sedang digunakan oleh dua orang pengunjung, dan piring serta gelas yang ada di atasnya langsung terhempas ke lantai. Setelah melakukan itu, perlahan wajah Pria itu kembali menoleh kearah Angel. “Jadi, bagaimana?” tanya Pria itu, masih dengan tatapan yang sama kearah Angel. Tap … tap … tap … “Atau … mau lebih di perjelas, kah …,” Tap! Gedebam! Gubrak!!! Gedebam! Gedebam! “T – Tuan! A – ah, sialan! Berani sekali ka …,” Tap! Gedebam!Saat Pria kekar itu baru saja melangkahkan satu langkah berniat berjalan kearah A
“Oke, sekarang serius! Kamu tahu cerita itu dari mana?”Piring – piring yang ada di atas meja sudah tampak kosong. Hanya tersisa sebagian kecil dari sisa makanan yang dipesan, tertinggal di atas piring. “Hmm? Maaf, sebentar ….” Joe membersihkan mulutnya terlebih dahulu menggunakan serbet yang telah di sediakan. Setelahnya, dia menikmati minumannya. “Apa tadi?” lanjutnya, bertanya. “Itu tadi, kamu bercerita tentang masa lalu saya. Seolah-olah, anda tahu banyak tentang saya, ya,” kata Alan. “Hmm …, bagaimana cara menjelaskannya, ya …,” “Kenapa, Joe? Kok kamu terlihat bingung begitu? Kamu memang mengenal Alan, ‘kan? Nyam – nyam … ya … asdjahkdjah …,” “Nona Angel … habiskan dulu makanan anda yang ada di dalam mulut. Jangan bicara sambil mengunyah makan loh,” Glek! “Ahh! Maaf, Joe. Nah, betul ‘kan? Memangnya apa yang membuat kamu begitu sulit untuk menjelaskannya kepada Alan?” tanya Angel, selesai mengunyah dan menelan makanannya.Alan dan Joe sudah menyelesa
Pukul Delapan pagi, “Kesini … dari bangunan ini ditarik kesini … hmm, apa cocok? Coba kalau begini? Hmm … kayaknya bagus!? Oke, begini saja!” “Alan … uhuk – uhuk! Alan …,” “Hmm?” Tap … tap … tap … “Iya, Nek, ada apa?” “Kamu lagi apa, Nak?” “Aku lagi menggambar bangunan, Nek! Sebentar lagi selesai, Nenek mau lihat?” “Uhuk – uhuk! Ck! Wah, bagus sekali gambar kamu. Sepertinya kamu memiliki bakat menggambar, ya …,” “Bakat? Apa itu, Nek?” “Hehe … bakat itu, hmm …, bagaimana Nenek menjelaskannya ya? Intinya kamu bisa dan suka menggambar, iya ‘kan?” “Iya, Nek! Tapi entah kenapa akhir-akhir ini aku suka menggambar bangunan, Nek. Padahal dulu, aku suka menggambar hewan, buah-buahan … ah, mobil-mobilan juga aku suka, Nek!” “Ha – ha – ha … uhuk! Ck! Ah … Nenek mau memperkenalkan kamu dengan seseorang. Kamu ‘kan suka menggambar bangunan, nah kebetulan orang ini juga suka. Dia adalah kenalannya Nenek,” “Siapa, Nek?” “Nanti, sebent
Karena cara duduk pengunjung Cafe disana sangatlah tidak cocok di pandangan matanya. Sebenarnya dia sangat kesal dan ingin sekali meminta para pengunjung untuk melakukan apa yang dilakukan oleh Angel dan Joe tadi. Akan tetapi, sepertinya itu tidak mungkin. “Memangnya kenapa, Alan? Kenapa kami harus mengubah posisi kursi?” tanya Angel. “Ah, tidak apa-apa kok, Nona. Supaya enak dipandang dan tidak terlalu banyak makan tempat. Takutnya pengunjung yang lain, yang ingin menggunakan meja makan yang ada di belakang anda, sedikit kesulitan,” jelas Alan, sedikit berbohong.Angel langsung menoleh kearah meja yang ada di belakangnya dan ternyata jarak dari kursi yang tengah digunakan olehnya dengan meja makan itu terbilang cukup jauh. Jika ada pengunjung yang ingin menggunakan meja makan itu, jika salah satu kursi yang ada disana ditarik ke belakang juga tidak bersentuhan dengan kursi Angel. Angel sempat kebingungan mendengar alasan dari Alan itu. Akan tetapi, dia tidak terlalu menangga
“Udah ya, duh … kayaknya kita telat nih. Yaudah deh, kami jalan dulu, ya?” “Iya, hati – hati di jalan, Ngel ….”Angel mengangguk sekaligus melontarkan senyum kepada teman-temannya. Setelah itu, Angel dan Joe pun keluar dan langsung pergi menuju mobil SUV putih milik Joe, dan setelah itu mereka pun berangkat pergi. “Eh, si Angel dan si Joe mau kemana?”Setelah Angel dan Joe pergi meninggalkan rumah, Cassey pun masuk ke dalam rumah. Dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, setelah itu mengambil handuk dan mengeringkan wajah serta keringatnya sembari berjalan ke ruang tamu. Lalu, dia pun bergabung dengan teman-teman yang lain. “Lah, kamu nggak tanya tadi, Cass? Tadi ‘kan pastinya kamu berselisih sama mereka?” tanya Fanny. “Nggak. Tadi aku masih lari, &lsquo
Tap … tap … tap … “Udah, Ngel?” “Hmm? Udah? Udah apanya, Chel?” “Itu tadi kamu mau lihat si Cassey, ‘kan? Udah belum?” “Oh, udah kok, tapi dia masih olahraga di luar. Ah, Joe … kita keluar, ya?”Di dalam rumah, terlihat teman-teman Angel masih berkumpul di ruang tamu. Setelah bertemu dengan Alan, Angel berniat untuk langsung bersiap-siap terlebih dahulu sebelum berangkat pergi ke Cafe yang telah dijanjikannya dengan Alan. Tak lupa, dia akan mengajak Joe untuk berjaga-jaga, kalau nanti pembahasan Alan mengarah ke bisnis atau semacamnya. “Kemana, Ngel?” tanya Samuel penasaran. “Iya! Joe aja nih yang di ajak? Kita nggak?” sahut Chelsea, bertanya pada Angel. “Hahaha … nggak kemana-mana kok.
“Tuh, di luar. Lagi olahraga,” sahut Fanny. “Tumben-tumbenan tuh anak olahraga? Biasanya juga masih tidur jam segini,” kata Angel. “Entah tuh … mungkin karena habis minum tadi malam. Padahal cuma sedikit saja, tapi dia langsung olahraga. Takut sakit mungkin, hahaha …,” sahut Chelsea sambil tertawa. “Huahhh … ck! Kalian nggak ikut?” tanya Angel, beranjak dari sofa. “Kemana, Nona?” sahut Joe, bertanya pada Angel. “Lihat si Cassey di depan. Yuk?!” ajak Angel. “Ah, kirain mau kemana tadi. Nggak jadi deh,” sahut Chelsea.Angel tak menjawab sepatah katapaun dan berjalan keluar rumah. Sesampainya di luar rumah, Angel langsung meregangkan tubuhnya sembari menghirup udara yang masih terasa segar. Terlihat sudah ada Cassey yang tengah berlari di sekitar halaman rumah. “Udah lama, Cass!?” teriak Angel, bertanya pada Cassey.Cassey yang tadinya sibuk berlari santai di sekitar halaman rumah, seketika berhenti dan langsung menoleh kearah Angel yang sedang berdiri