Mendengar itu, Angel terdiam sejenak sambil memutar pikirannya, mengingat semua orang yang pernah dia temui dan mencocokkannya dengan semua ciri-ciri yang diberikan oleh rekan kerja Fanny dan Fanny. Dia sempat berpikir kalau orang itu adalah Tuan Faena. “Hmm …, wajah Pria itu gimana? Rada tua atau gimana?” tanya Angel. “Nggak kayaknya ya? Pria itu masih muda sih … ya kalau bisa dibilang, seumuran Samuel lah, Ngel,” jawab Fanny. “Iya, kayaknya seumuran Samuel. Kalau seumuran Joe, hmm …, Joe ‘kan lebih tua sedikit dari Samuel ya, hehe …,” sahut Chelsea. “Hmm ….” Angel kembali terdiam sambil mengelus – elus dagunya. Dia pun mengambil botol minumannya dan meminumnya sambil terus memutar pikirannya, berusaha mencari tahu tentang siapa Pria itu. ‘Berarti bukan Tuan Faena, ya? Secara, mereka bilang kalau Pria itu masih terlihat muda. Apa mungkin si William? Nggak mungkin sih. Kalau itu dia, nggak mungkin mereka nggak kenal ‘kan? Terus siapa dong?’ bisik Angel dalam hat
Ditengah pembicaraan perencanaan mereka untuk bersenang-senang malam nanti setelah selesai bekerja, salah seorang rekan yang membantu Fanny di meja Kasir tiba-tiba nyeletuk. “Kamu mau ikut?” tanya Fanny. “Hehe, i – iya … sudah lama juga aku nggak pergi keluar. Boleh nggak kalau aku ikut?”Fanny, Angel dan Chelsea langsung saling menatap satu sama lain. Pekerja yang lain juga langsung menatap kearah Wanita itu, karena terkejut mendengarnya. “Kamu serius, Emma? K – kamu nggak tahu Angel siapa?” tanya salah seorang rekan yang membantu Chelsea dengan nada bicara berbisik. “Hmm?” “Eh, kamu tahu … dia itu anak dari keluarga kaya loh … dia juga menjadi salah satu Mahasiswa yang menjadi sorotan di Kampus yang ada di seberang itu. Kamu tahu itu Kampus
Chelsea langsung pergi meninggalkan Fanny, Emma dan yang lain di meja Kasir, karena pusing dengan pembahasan saat itu. Dia juga mau mengemas tas nya karena pekerjaan mereka telah selesai dan sudah saatnya pulang. Beberapa menit kemudian, Angel pun tiba di rumahnya. Dia pun langsung masuk ke dalam. Terlihat, Davin dan Samuel masih berada di ruang tamu, ditambah Joe juga sudah berada disana. “Aku, pulang … eh, Joe, sudah pulang?” tanya Angel, sambil berjalan menuju ruang tamu. “Sudah, Nona. Baru beberapa menit yang lalu sebelum anda pulang,” jawab Joe, sambil bermain ponsel, duduk di sofa. “Oh. Terus … bagaimana? Sudah selesai, ‘kan?” tanya Angel, mendudukkan tubuhnya di sofa, tepat di samping Samuel yang sedang terbaring tidur. “Sudah, Nona. Ada sedikit yang ingin saya bahas, Nona. Jadi …,”
“Ada apa, Chel?” “Itu dia si Pria Aneh yang tadi!” “Pria Aneh? Siapa?”Bersamaan dengan Angel dan yang lain ingin pergi ke Toko Laundry menjemputnya, Cassey telah selesai bekerja. Dia pun langsung keluar dari Toko Laundry dan langsung menghampir Angel dan Chelsea yang tengah menunggu Fanny menutup Toko. Melihat Chelsea berteriak sambil melihat ke seberang jalan, Cassey pun merasa penasaran dan dia langsung menoleh kearah yang dituju oleh Chelsea. “Eh, itu ‘kan Camille dan teman-temannya, Chel. Terus, Pria Aneh-nya mana?” tanya Cassey. “Itu di dalam mobil … eh!?”Sesaat setelah mendengar perkataan Cassey, Chelsea seketika terkejut. Dia langsung melihat kearah Tiga orang Wanita yang ada di dekat mobil yang tengah berhenti di tepi jalan itu. “Benar juga. Ngapain si Camille dan teman-temannya bersama dengan si Pria Aneh itu, ya?” lanjutnya, bertanya. “Mana sih, Chel, Pria Aneh mana sih!?” kesal Cassey, bertanya pada Chelsea. Seeet! “Itu loh, Cass, itu!
“Yaps! Tadi Kakak berniat, mencari Nona Angel ini. Kabarnya, Nona Angel kuliah di Kampus ini. Nah, Kakak melihat Toko disana. Yah sudah, Kakak mampir sebentar untuk membeli minuman. Begitu, Lily …,” jelas Alan. “Lily!? Pffftt … hahaha … ah, iya, Lily, Kakak-mu yang aneh ini sempat mampir ke Toko kami, nah disana lah ke-anehan dia terjadi, hahaha … begitu, Lily,” kata Chelsea dengan nada bicara mengejek sambil tertawa. “Eh, mulut kamu dijaga ya, Chel!” bentak Sherly. “Hahaha … apa? Kenapa, hah? Hahaha, lily …,” kata Chelsea, masih terlihat mengejek. “Eh, husshh! Hmm …, memangnya ada keperluan apa kamu mencari saya?” tanya Angel pada Alan. “Hmm? Oh, itu, Nona, saya ….” Alan langsung menghentikan perkataannya. Dia menyadari kalau saat itu masih ada Sherly dan teman-temannya, lalu ada teman-teman Angel juga. “Ah, ha – ha – ha … itu, hmm …, mungkin bicaranya tidak disini,” lanjut Alan. “Hmm? Kenapa?” tanya Angel sambil mengerutkan keningnya. “Menyangkut s
‘Eh!? Ini anak kalau dipikir-pikir cara pembawaan untuk masuk ke topik pembicaraan sesuai keinginannya boleh juga.’Camille langsung terdiam seketika mendengar perkataan Hanny. Dia langsung bangkit dan mendudukkan tubuhnya di tempat tidurnya, seakan langsung bersemangat. “Hmm …, aku juga nggak tahu sih. Kenapa nggak kamu tanya tadi?” tanya Sherly dengan santai, terbaring di tempat tidur sambil bermain ponsel. “Oh iya! Aduh, aku lupa, lagi! Kamu gimana, Cam? Kenapa kamu nggak tanya ke Kak Alan?” ‘Lah, kok malah ngelempar ke aku?!’Camille terkejut mendengar pertanyaan Hanny. Dia pun langsung menoleh dan terlihat, Hanny sudah memberi kode menggunakan gerakan matanya yang beberapa kali menoleh kearah Sherly. “Ah, I – iya, aku juga lupa, he – he – he. Hmm, tapi, Sherl …,” “Hmm?”Belum sempat Camille menyelesaikan perkataannya, Sherly langsung menoleh kearahnya. Wajah Camille terlihat terkejut dan panik. “Hmm …, i – itu, Sherl, hmm …, itu …,” “Apasih, Cam!? Ng
“Nona … seorang penjahat yang sudah ahli, tidak pernah menunjukkan pisau-nya terlebih dahulu saat ingin beraksi. Begitu dia mendapatkan mangsa-nya, barulah ia mengeluarkan pisau dan mencincang habis bila perlu,” jelas Davin, dengan raut wajahnya yang mulai serius. “Nah, kalau ini iya sih, mulai lebay kayaknya …,” kata Samuel, terlihat mengejek. “Hahaha … iya ‘kan. Sudah lah, Vin, nggak perlu berlebihan begitu ah. Intinya, kalau masih bisa di atasi, ya aku atasi sendiri. Aku juga mau belajar mandiri loh. Itu lah aku meminta kalian di rumah aja, atau melakukan aktivitas pribadi kalau memang nggak ada kepentingan yang memang bersangkutan denganku,” kata Angel. “Huffttt … kalau ada apa-apa, Nona, langsung hubungi saya saja,” kata Davin, menyandarkan tubuhnya ke sofa sambil menghela napas.Angel mengangguk pelan, mengiyakan perkataan Davin. Lalu, dia pun menoleh kearah samping dan melihat Joe yang sejak dari tadi hanya sibuk dengan ponselnya. “Kamu, Joe … kenapa diam saj
“Ini tempatnya ya? Angel dan yang lain udah sampai belum, ya?”Pukul Tujuh lewat dua puluh menit. Seorang Wanita dengan tubuh langsing tak terlalu tinggi, mengenakan setelan Dress terusan hitam dengan Sepatu ber-hak tinggi hitam terpasang di kedua kakinya. Emma Lorraine. Terlihat, dia sudah berada di tempat yang dijanjikan oleh Angel dan yang lain. “Hmm ….” Emma menoleh kearah kiri dan kanan, mencari keberadaan Angel dan teman-teman yang lain seorang diri, tepat di depan pintu masuk parkir.Terlihat dari usia muda maupun tua mulai ramai berdatangan ke Club itu. Banyak juga mobil-mobil mewah terpakir di area parkir, tetapi Angel dan yang lainnya juga belum terlihat olehnya. “Apa aku telfon saja ya?” tanya Emma pada dirinya sendiri. Dia pun membuka tas kecil yang tengah pegangnya, berniat mengeluarkan ponsel miliknya. “Eh, tapi ‘kan aku belum punya nomor si Angel!? Ck!”Dia pun kembali menutup tas kecilnya dan kembali menoleh kearah kanan dan kiri, mencari keberadaan Angel dan y