“Nona … seorang penjahat yang sudah ahli, tidak pernah menunjukkan pisau-nya terlebih dahulu saat ingin beraksi. Begitu dia mendapatkan mangsa-nya, barulah ia mengeluarkan pisau dan mencincang habis bila perlu,” jelas Davin, dengan raut wajahnya yang mulai serius. “Nah, kalau ini iya sih, mulai lebay kayaknya …,” kata Samuel, terlihat mengejek. “Hahaha … iya ‘kan. Sudah lah, Vin, nggak perlu berlebihan begitu ah. Intinya, kalau masih bisa di atasi, ya aku atasi sendiri. Aku juga mau belajar mandiri loh. Itu lah aku meminta kalian di rumah aja, atau melakukan aktivitas pribadi kalau memang nggak ada kepentingan yang memang bersangkutan denganku,” kata Angel. “Huffttt … kalau ada apa-apa, Nona, langsung hubungi saya saja,” kata Davin, menyandarkan tubuhnya ke sofa sambil menghela napas.Angel mengangguk pelan, mengiyakan perkataan Davin. Lalu, dia pun menoleh kearah samping dan melihat Joe yang sejak dari tadi hanya sibuk dengan ponselnya. “Kamu, Joe … kenapa diam saj
“Ini tempatnya ya? Angel dan yang lain udah sampai belum, ya?”Pukul Tujuh lewat dua puluh menit. Seorang Wanita dengan tubuh langsing tak terlalu tinggi, mengenakan setelan Dress terusan hitam dengan Sepatu ber-hak tinggi hitam terpasang di kedua kakinya. Emma Lorraine. Terlihat, dia sudah berada di tempat yang dijanjikan oleh Angel dan yang lain. “Hmm ….” Emma menoleh kearah kiri dan kanan, mencari keberadaan Angel dan teman-teman yang lain seorang diri, tepat di depan pintu masuk parkir.Terlihat dari usia muda maupun tua mulai ramai berdatangan ke Club itu. Banyak juga mobil-mobil mewah terpakir di area parkir, tetapi Angel dan yang lainnya juga belum terlihat olehnya. “Apa aku telfon saja ya?” tanya Emma pada dirinya sendiri. Dia pun membuka tas kecil yang tengah pegangnya, berniat mengeluarkan ponsel miliknya. “Eh, tapi ‘kan aku belum punya nomor si Angel!? Ck!”Dia pun kembali menutup tas kecilnya dan kembali menoleh kearah kanan dan kiri, mencari keberadaan Angel dan y
“Sam, parkir mobilnya jangan jauh-jauh, ya. Biar nanti pulangnya gampang. Kayaknya parkiran bakal penuh nanti,” kata Angel. “Oke. Kalian tunggu disini dulu, biar aku parkirkan mobilnya.”Angel dan teman-temannya langsung keluar dari mobil, Samuel langsung membawa masuk mobil ke area parkir. Setelah itu, dia langsung bergegas kembali dan berkumpul bersama Angel dan yang lain. “Aku parkir mobilnya disitu. Jadi, nanti kita tinggal mundur dan putar balik sedikit dan langsung meluncur pulang,” kata Samuel. “Ok lah. Langsung masuk, nih?” tanya Angel. “Terserah. Coba lihat ke sekeliling, siapa tahu si Emma ada, ‘kan,” kata Chelsea.Angel langsung menoleh ke segala arah sesuai perkataan Chelsea. Begitupun Chelsea dan yang lainnya. Kemudian, beberapa saat menoleh, “Ada?” tanya Chelsea.Angel, Cassey, Fanny dan Samuel menggelengkan kepaala mereka sambil masih terus menoleh ke segala arah, mencari keberadaan Emma. “Hmm … apa nggak mau coba masuk dulu? Siapa tau dia udah
Tit – tit … tit – tit … “Hmm? Huaahhhhhh … hmm … hmm? Hmmm ….”Angel terbangun tepat setelah mendengar alarm-nya berbunyi pukul setengah Tujuh pagi. Menatap langit – langit kamar dengan tidak memikirkan apa – apa. “Sudah pagi, ya?” tanya Angel dengan nada bicara masih terlihat mengantuk.Dia pun mendudukkan tubuhnya di tempat tidur dengan wajah lesuh, lalu termenung memandangi alarm yang masih berbunyi. Sreeet! Tap … tap … tap … Tap! “Huaaahhh ….”Kembali mendudukkan tubuhnya di atas tempat tidur setelah mematikkan alarm. Tidak tahu apa yang dilakukan oleh Angel saat itu. Perlahan, dia menoleh kearah kiri dan kanan, lalu kembali termenung dengan tatapan kosong. Tap … tap … tap … Jeglek! “Hmm? Masih tidur ya?” tanya Angel, berjalan keluar kamar dan berhenti di depan pintu kamar Chelsea dan Fanny yang terlihat masih tertutup.Dia pun lanjut berjalan dengan sedikit sempoyongan menuju tangga dan langsung turun ke lantai bawah. Kemudian, dari kejauhan, t
“Hmm …, kalau ditanya pernah bilang atau nggak, dia nggak pernah bilang tuh. Y – ya …, si Angel itu tipe orang yang nggak suka menyombongkan diri sih kalau menurutku. Hmm …, kalau ditanya pernah melihat-nya menghamburkan uang sih … pe – rnah kalau nggak salah,” “Nah, kira-kira kalau kamu memang pernah melihat Nona Angel menghamburkan uang, coba … kira-kira Nona Angel se-kaya apa?” “Ya nggak tahu lah, Kak! Masa’ cuma melihat-nya menghamburkan uang udah bisa langsung membuat kesimpulan, gimana sih!?” “Yauda, gini deh … kamu tahu Hotel Kakak yang udah Kakak jual, ‘kan?” “Iya, tahu. Terus?” “Kamu juga tahu, ‘kan Hotel itu Kakak lepas di harga berapa?” “Ck! Iya, tahu! Terus kenapa!” “Kamu tahu siapa yang membeli Hotel Kakak?” “Ck! Mana ‘ku ta …,” “Nona Angel …,” “Hu kalau Kakak … nggak … eh!?” Sherly yang tadinya sangat kesal dan berniat membentak Kakaknya, tiba-tiba langsung terdiam setelah mendengar perkataan Kakaknya. “H – Hotel Kaka
“Hufffttt … wah, baju-ku basah nih!”Pagi hari di lapangan Kampus. Baru beberapa menit berolahraga, terlihat Camille sudah berhenti tepat dibawah pohon dengan pakaiannya sudah dibasahi dengan keringat. Dia pun mengeringkat keringat menggunakan handuk, kemudian duduk dengan kedua kaki lurus ke depan, di atas rumput lapangan. Seeet! Seeet! “Padahal ramai sekali disini, tapi ngga ada satu orang pun yang ‘ku kenal,” kata Camille, sambil melihat ke kiri dan kanan lapangan.Memang benar, di sekitar lapangan itu sudah terisi lumayan banyak orang-orang yang juga berolahraga, sama seperti Camille. Ada yang hanya sekedar duduk berdua bersama dengan kekasihnya, kemudian ada keluarga yang tengah bermain dengan anak-anaknya, dan lain sebagainya. Akan tetapi, sejak awal tiba disana, Camille tidak melihat satu orang pun yang dia kenal.Sambil meregangkan kedua kakinya, dia juga mengatur napas beberapa kali. Beberapa menit setelah dia merasa sudah cukup untuk beristirahat, Camille pun berdiri
“Ya ‘kan nggak mungkin aku izin ke Sherly kalau mau ngerekam pembicaraan ini, terus mau aku kirim ke kamu?! Lihat tuh! Wajahnya udah seram gitu!” kesal Hanny, menunjuk kearah Sherly yang masih terlihat menatap tajam kearah Hanny, menggunakan gerakkan bola matanya. “Yaudah gini deh, Sherl …, coba kamu ceritakan ulang, gimana kejadian dan apa yang menjadi permasalahannya. Biar aku dan Hanny juga bisa paham terus ngasih solusi ke kamu. Nah, tapi jangan ada yang kamu tutupin. Biar semuanya juga jelas,” kata Camille. Sherly langsung menghela napas panjang. Kemudian, perlahan dia mulai menceritakan kejadian mulai dari dia dan teman-temannya tiba di Kantor Polisi sampai sebelum dia tak sadarkan diri. Akan tetapi, “Nah!”Belum sempat Sherly mengakhiri penjelasannya, Camille langsung memotong pembicaraan sambil menunjuk kearah Sherly. “Kenapa, Cam?” tanya Sherly. “Tadi kamu bilang kalau Mami kamu sempat menjadikan si Samuel itu sandera, ‘kan? Nah disini, udah jelas kalau Mam
Tap … tap … tap … “Pagi, Sayang.”Pukul setengah Delapan pagi, Chelsea sudah terbangun dari tidurnya. Dia menuruni tangga dan langsung pergi ke Dapur. Terlihat, Joe sedang bersantai di meja makan sambil bermain ponsel dan menikmati secangkir kopi. Krek … “Eh, ini si Angel, ‘kan?” tanya Chelsea pada Joe, menarik kursi dan mendudukkan tubuhnya. “Iya, Sayang. Katanya kepalanya pusing. Mungkin karena kebanyakan minum tadi malam, hahaha …,” jawab Joe, sedikit berbisik.Chelsea tersenyum sambil sedikit menggelengkan kepalanya. Kemudian, Chelsea dan Joe pun berbicara santai di meja makan saat itu. “Hahaha … iya, ‘gitu, Sayang! Wah, mungkin kalau kamu ikut sih, pasti kamu ketawa mulu!” “Hahaha … ah, masa’? Pantas saja efeknya baru terasa sekarang ya, Sayang, hahaha …,” “Wah, pagi-pagi udah ketawa-ketawa aja nih. Ngobrolin apa sih?”Ditengah pembicaraan yang sedang mengasyikan itu, Cassey pun memasukki ruang Dapur. Terlihat dari wajah dan rambutnya yang masih acak