“Hufffttt … wah, baju-ku basah nih!”Pagi hari di lapangan Kampus. Baru beberapa menit berolahraga, terlihat Camille sudah berhenti tepat dibawah pohon dengan pakaiannya sudah dibasahi dengan keringat. Dia pun mengeringkat keringat menggunakan handuk, kemudian duduk dengan kedua kaki lurus ke depan, di atas rumput lapangan. Seeet! Seeet! “Padahal ramai sekali disini, tapi ngga ada satu orang pun yang ‘ku kenal,” kata Camille, sambil melihat ke kiri dan kanan lapangan.Memang benar, di sekitar lapangan itu sudah terisi lumayan banyak orang-orang yang juga berolahraga, sama seperti Camille. Ada yang hanya sekedar duduk berdua bersama dengan kekasihnya, kemudian ada keluarga yang tengah bermain dengan anak-anaknya, dan lain sebagainya. Akan tetapi, sejak awal tiba disana, Camille tidak melihat satu orang pun yang dia kenal.Sambil meregangkan kedua kakinya, dia juga mengatur napas beberapa kali. Beberapa menit setelah dia merasa sudah cukup untuk beristirahat, Camille pun berdiri
“Ya ‘kan nggak mungkin aku izin ke Sherly kalau mau ngerekam pembicaraan ini, terus mau aku kirim ke kamu?! Lihat tuh! Wajahnya udah seram gitu!” kesal Hanny, menunjuk kearah Sherly yang masih terlihat menatap tajam kearah Hanny, menggunakan gerakkan bola matanya. “Yaudah gini deh, Sherl …, coba kamu ceritakan ulang, gimana kejadian dan apa yang menjadi permasalahannya. Biar aku dan Hanny juga bisa paham terus ngasih solusi ke kamu. Nah, tapi jangan ada yang kamu tutupin. Biar semuanya juga jelas,” kata Camille. Sherly langsung menghela napas panjang. Kemudian, perlahan dia mulai menceritakan kejadian mulai dari dia dan teman-temannya tiba di Kantor Polisi sampai sebelum dia tak sadarkan diri. Akan tetapi, “Nah!”Belum sempat Sherly mengakhiri penjelasannya, Camille langsung memotong pembicaraan sambil menunjuk kearah Sherly. “Kenapa, Cam?” tanya Sherly. “Tadi kamu bilang kalau Mami kamu sempat menjadikan si Samuel itu sandera, ‘kan? Nah disini, udah jelas kalau Mam
Tap … tap … tap … “Pagi, Sayang.”Pukul setengah Delapan pagi, Chelsea sudah terbangun dari tidurnya. Dia menuruni tangga dan langsung pergi ke Dapur. Terlihat, Joe sedang bersantai di meja makan sambil bermain ponsel dan menikmati secangkir kopi. Krek … “Eh, ini si Angel, ‘kan?” tanya Chelsea pada Joe, menarik kursi dan mendudukkan tubuhnya. “Iya, Sayang. Katanya kepalanya pusing. Mungkin karena kebanyakan minum tadi malam, hahaha …,” jawab Joe, sedikit berbisik.Chelsea tersenyum sambil sedikit menggelengkan kepalanya. Kemudian, Chelsea dan Joe pun berbicara santai di meja makan saat itu. “Hahaha … iya, ‘gitu, Sayang! Wah, mungkin kalau kamu ikut sih, pasti kamu ketawa mulu!” “Hahaha … ah, masa’? Pantas saja efeknya baru terasa sekarang ya, Sayang, hahaha …,” “Wah, pagi-pagi udah ketawa-ketawa aja nih. Ngobrolin apa sih?”Ditengah pembicaraan yang sedang mengasyikan itu, Cassey pun memasukki ruang Dapur. Terlihat dari wajah dan rambutnya yang masih acak
Cassey mengabaikan Pria itu yang masih berteriak. Dia pun melanjutkan berlari di sekitar halaman rumah Angel yang sempat tertunda tadi.*** “Oke begini deh. Kita kesampingkan dulu masalah Kak Alan dan Mami kamu. Nah, kamu nggak ingat apa, kemarin si Angel membawa kamu ke rumah sakit yang … mewah begitu?! Dia udah baik loh, mau bertanggung jawab ….”Di sisi lain, terlihat di kamar Asrama, Camille dan teman-temannya masih tetap dengan pembahasan serius mereka mengenai Sherly dan masalah keluarganya yang menyangkut nama Angel di dalamnya. “Tadi ‘kan aku udah bilang, itu cuma akal-akalan si Angel aja! Dia melakukan itu, supaya aku nggak marah, Cam! Kamu ngerti nggak sih!?” bentak Sherly. “Hah?! Supaya kamu nggak marah ke dia, ‘gitu?! Lah, hahaha … eh, maaf-maaf nih, Sherl, tapi ya … kamu itu siapa! Lah, supaya kamu nggak marah ke dia? Hahaha … aduh, Hann, tolong deh bilangin, hahaha …,” kata Camille, tertawa geli seakan mengejek Sherly.Hanny tak menanggapi perkataan Camille
“Kamu tahu Hotel itu, Lily?” “Ya tahu, Mi. Aku nggak tahu pastinya ya, tapi aku sepertinya kenal dengan pemiliknya. Jadi itu bekas Hotel Kak Alan yang dijual itu ya, Mi? Kenapa dijual?” “Mami juga nggak tahu pasti ya, Ly, tapi Alan bilang kalau dia sedang terlilit hutang. Hmm ..., kalau saja dia mengatakan itu ke Mami, pasti Hotel itu tidak akan dijual, iya ‘kan, Pi?” “Hmm ..., Papi juga merasa sedikit menyayangkan itu, Mi. Padahal Hotel itu cukup bagus dan ... pendapatannya juga lumayan, tapi ya ... Alan memiliki pemikiran lain dan ... dia sudah bilang kalau dia ingin hidup mandiri.” “Ya begitu lah, Pi. Mau bagaimana lagi ‘kan ...,” “Eh, tapi ... memangnya kenapa, Mi, Pi? Itu ‘kan hanya sebatas Hotel dan ... ya, Kak Alan juga bisa membuatnya lagi yang bahkan jauh lebih bagus dari itu,” “Iya, Lily ... kalau bicara soal itu, Papi dan Mami juga bisa ikut bergabung di dalamnya dan menciptakan Hotel yang sangat bagus, tapi balik lagi ... itu adalah Hotel pertama ya
“Tuh, di luar. Lagi olahraga,” sahut Fanny. “Tumben-tumbenan tuh anak olahraga? Biasanya juga masih tidur jam segini,” kata Angel. “Entah tuh … mungkin karena habis minum tadi malam. Padahal cuma sedikit saja, tapi dia langsung olahraga. Takut sakit mungkin, hahaha …,” sahut Chelsea sambil tertawa. “Huahhh … ck! Kalian nggak ikut?” tanya Angel, beranjak dari sofa. “Kemana, Nona?” sahut Joe, bertanya pada Angel. “Lihat si Cassey di depan. Yuk?!” ajak Angel. “Ah, kirain mau kemana tadi. Nggak jadi deh,” sahut Chelsea.Angel tak menjawab sepatah katapaun dan berjalan keluar rumah. Sesampainya di luar rumah, Angel langsung meregangkan tubuhnya sembari menghirup udara yang masih terasa segar. Terlihat sudah ada Cassey yang tengah berlari di sekitar halaman rumah. “Udah lama, Cass!?” teriak Angel, bertanya pada Cassey.Cassey yang tadinya sibuk berlari santai di sekitar halaman rumah, seketika berhenti dan langsung menoleh kearah Angel yang sedang berdiri
Tap … tap … tap … “Udah, Ngel?” “Hmm? Udah? Udah apanya, Chel?” “Itu tadi kamu mau lihat si Cassey, ‘kan? Udah belum?” “Oh, udah kok, tapi dia masih olahraga di luar. Ah, Joe … kita keluar, ya?”Di dalam rumah, terlihat teman-teman Angel masih berkumpul di ruang tamu. Setelah bertemu dengan Alan, Angel berniat untuk langsung bersiap-siap terlebih dahulu sebelum berangkat pergi ke Cafe yang telah dijanjikannya dengan Alan. Tak lupa, dia akan mengajak Joe untuk berjaga-jaga, kalau nanti pembahasan Alan mengarah ke bisnis atau semacamnya. “Kemana, Ngel?” tanya Samuel penasaran. “Iya! Joe aja nih yang di ajak? Kita nggak?” sahut Chelsea, bertanya pada Angel. “Hahaha … nggak kemana-mana kok.
“Udah ya, duh … kayaknya kita telat nih. Yaudah deh, kami jalan dulu, ya?” “Iya, hati – hati di jalan, Ngel ….”Angel mengangguk sekaligus melontarkan senyum kepada teman-temannya. Setelah itu, Angel dan Joe pun keluar dan langsung pergi menuju mobil SUV putih milik Joe, dan setelah itu mereka pun berangkat pergi. “Eh, si Angel dan si Joe mau kemana?”Setelah Angel dan Joe pergi meninggalkan rumah, Cassey pun masuk ke dalam rumah. Dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, setelah itu mengambil handuk dan mengeringkan wajah serta keringatnya sembari berjalan ke ruang tamu. Lalu, dia pun bergabung dengan teman-teman yang lain. “Lah, kamu nggak tanya tadi, Cass? Tadi ‘kan pastinya kamu berselisih sama mereka?” tanya Fanny. “Nggak. Tadi aku masih lari, &lsquo