Flora sudah menduga kalau pagi ini dia akan bangun kesiangan. Ketika membuka mata, Flora melihat cahaya matahari masuk dari celah jendela. Meringis pelan, Flora merasakan kalau tubuhnya pegal sekali karena habis di gempur oleh singa lapar.
"Sudah bangun?" Suara dari arah belakangnya membuat Flora menoleh sekilas. Ternyata Abian juga baru bangun, Flora mendengkus pelan sembari bergumam tak jelas."Jam berapa?" tanya Flora, suaranya terdengar serak karena baru bangun tidur. Membiarkan Abian memeluk tubuh darinya belakang."Jam 10," jawab Abian.Ah, pantas saja cacing di dalam perutnya ini berdemo hebat.Pasti karena kelaparan dan tak sabar minta di isi. Flora mengubah posisi tidurnya menjadi telentang, menatap langit-langit kamar. Tiba-tiba pipinya memanas mengingat kegiatan mereka malam tadi yang hampir selesai saat subuh hendak tiba."Maaf, ya?" lirih Abian, membuat Flora menaikkan satu alisnya. Kenapa suaminya ini minta maaf.Abian tersenyum kecut mendengar perkataan polos putrinya itu."Nggak! Pokok, ya Hanan mau punya adik, Dad! Jangan dengarkan Hanin!" Sekarang malah si sulung yang membuka pendapat. Bikin Abian pusing saja, ini cebongnya aja belum jadi kenapa dua anaknya malah beda pendapat?"Tidak mau! Anin tidak mau punya adik!" pekik Hanin bahkan nyaris berteriak. Abian menghela napas pelan, paginya sudah dihadapkan dengan perdebatan si kembar padahal mereka baru saja berjumpa setelah Abian dan Flora mengalami masa sulit."Eh, jangan berantem pagi-pagi gini, ya?" pinta Abian. Lelaki itu mendudukkan tubuhnya di tengah-tengah si kembar. Dirinya menjadi penengah sekarang. "Sekarang Daddy tanya sama Hanin, kenapa tidak mau punya adik? Kan, kalau punya adik, Hanin dapat temam baru lho."Hanin menggeleng cepat. "Tidak mau saja! Nanti kalau ada adik baru, Hanin tidak di sayang sama Daddy dan Mommy lagi," balasnya. Dan, itu alasan sangat klasik. Oh, ayolah, baru saja Abi
"Sayang, suapi dong," ujarnya dengan nada manja.Sumpah demi apa, Flora sebenarnya geli dengar nada suara Abian seperti itu. Tapi, ini suaminya. Flora seharusnya bersyukur karena Abian mau bermanja dengannya padahal mereka sudah lumayan lama menikah, benih-benih cinta itu masih ada."Emangnya kamu belum sarapan, Mas?" tanya Flora.Abian menggeleng pelan. "Tadi cuman suapi Hanin aja," sahutnya. "Sekarang gantian dong, Mommy yang suapi Daddy."Menjadikan Flora mendengkus geli, tak urung menyuapi Abian dengan telaten. Mumpung si kembar lagi anteng, jadi Abian menyempatkan momen ini untuk bermanja ria dan bermesraan bersama Flora.Wanita itu berdiri dari duduknya hendak membuang sisa tempat bubur mereka tadi ke tempat sampah, sekalian mengambil air minumnya yang habis.Melihat itu, Abian pun langsung mengikut Flora. Dia merasa aman karena si kembar masih anteng saja seraya memeluk Flora dari belakang. Sebab istrinya itu mengambil air
Selesai makan siang. Abian memboyong Flora dan si kembar ke suatu tempat, Flora yang tidak tahu tujuan ke mana di bawa Abian hanya bisa pasrah. Toh, saat bertanya pun percuma, karena Abian menjawab dengan tidak jelas."Nanti juga kamu tahu kok." Hanya itu jawaban yang diberikan Abian. Jadi Flora memilih diam saja. Menatap si kembar yang duduk di kursi belakang dan sibuk bermain dengan mainan sendiri. Untuk hari ini Flora biarkan mereka libur sekolah, tapi tidak untuk besok. Tidak baik mereka libur mulu, yang ada nanti ketinggalan pelajaran walau Abian sudah meminta rekap pelajaran yang sudah dipelajari kala si kembar libur, pada wali kelas si kembar."Pegangan mulu, Mas. Kayak mau nyebrang aja," cibir Flora, melirik tangannya yang sejak tadi genggam oleh Abian dan sesekali di cium oleh lelaki itu. Ah, Flora saja bisa merasakan kalau telapak dan punggung tangannya itu sudah basah karena keseringan di cium Abian."Aku sangat sangat bersyukur memiliki kalian
"Tapi, di sini nggak ada hantu, ya, kan, Mom?" tanya Hanin, sedikit ngawur memang. "Hanin tidak mau tidur berdua sama Hanan kalau ada hantu."Abian tertawa pelan jadinya. "Ya, kali ada hantu sayang." Dia menggendong Hanan dan membawanya duduk di ranjang Hanin. "Percaya sama Daddy, deh, tidak ada hantu di sini ," sambungnya."Hanin memang penakut, Dad," sahut Hanan, tersenyum miring menatap adiknya yang kini mendelik tidak suka."Bukan takut. Hanya saja tidak suka melihat wajah hantu yang menyeramkan!" kilah Hanin. Tidak mau dianggap penakut oleh siapapun."Memangnya Hanin pernah lihat hantu?" tanya Abian kepo."Pernah, Dad!" jawab Hanin cepat. "Waktu pernah lihat di ponsel Oma Ranti. Hantu ya serem banget," ceritanya menggebu-gebu."Itu bukan hantu Hanin ." Terlihat Hanan menghela napas pelan. "Itu boneka hidup yang suka membunuh orang," jelasnya lagi.Tapi, Hanin memang tidak pernah percaya. Dia lebih percaya dengan per
Sementara itu di mansion baru Abian. Semua orang berukumpul di ruang tengah untuk melepas kepergian Abian dan Flora yang akan honeymoon. Di sana sudah ada Ranti yang akan menjaga si kembar dalam waktu yang dekat."Kalian berapa hari di Swiss?" tanya Ranti, menatap dua koper berukuran besar terletak di sisi sofa. Flora sudah di monopoli si kembar karena tidak mau ditinggal oleh sang mama."Dua hari di Swiss dan dua hari di Paris, Ma. Setelah itu kita akan pulang ke Indo lagi," jelas Abian. Menatap si kembar yang terus memeluk Flora. Sejujurnya Abian tidak tega meninggalkan si kembar sedangkan mereka berliburan berdua. Tapi, tidak mungkin juga mereka pergi berempat, si kembar harus sekolah dan mereka pun butuh waktu untuk honeymoon untuk melepaskan penat sekaligus membuat adik untuk Hanan dan Hanin."Sayang..., kalian tinggal sama Oma yah selama empat hari, ya?" bujuk Abian, dia duduk di sebelah Hanin yang terus memeluk Flora."Empat hari itu lama,
Swiss, pukul 07.00 setempat.Flora baru saja terbangun, tubuhnya sangat lelah apalagi subuh tadi Abian minta dilayani, padahal mereka baru menghabiskan belasan jam di pesawat. Ya, Abian kembali mengamuk di atas ranjang dan terus menggaulinya tanpa ampun. lya, Flora saja hampir menyerah dengan kebrutalan suaminya itu. Tapi, Flora terkadang merasa ketagihan juga.Pipi Flora bersemu merah ketika berbaring ke kanan dia mendapati wajah Abian yang masih terlelap. Kalau sudah begini, Abian terlihat tampan sekali. Apalagi saat berada di atasnya dan mengukung Flora tanpa ampun, ya kenapa juga Flora harus mengingat momen-momen mereka itu, sih? Bikin malu saja, tapi sekaligus senang juga. Ah, Flora bingung dengan dirinya sendiri sekarang.Tangan Flora bergerak mengusap hidung mancung Abian. Berbeda sekali dengan hidungnya yang berukuran sedang. Bahkan si kembar menuruni bentuk hidung Abian yang mancung."Sudah bangun?" Suara serak Abian menyentakkan Flora.
Dua hari berlalu begitu cepat. Abian dan Flora masih menikmati masa honeymoon mereka. Sekarang mereka sudah terbang ke Paris setelah dua hari di Swiss. Flora benar-benar menikamti honeymoon mereka sekarang.Abian pun langsung menunjukkan hasil foto tadi. "Ihh, bagus banget," pekiknya. Memang saat ini Abian membawa kameranya sendiri kala mereka sedang jalan-jalan. Apalagi mereka berada di atas Menara Paris sekarang. Angin mengembus sedikit kencang sehingga mengibarkan rambut panjang Flora."Iya, dong. Siapa dulu yang ambil foto, ya?" Abian memuji dirinya sendiri membuat Flora mendengkus geli."Kita foto bareng ayo, Mas!" ajak Flora.Abian pun tertarik akan hal itu. "Tunggu sebentar, aku minta tolong sama orang di sini dulu." Abian bergerak maju menghampiri salah satu turis dan meminta tolong secara sopan. Untung turis itu mau-mau saja.Setelah berfoto bersama dengan hasil yang sangat bagus. Apalagi pose keduanya saling merangkul satu sama
Sejak bangun tidur tadi Flora sudah hendak membersihkan tubuhnya. Tentu saja dia akan membantu si kembar yang akan bersekolah seperti biasanya hari ini. Cukup 4 hari saja dia tidak membantu mengurus si kembar."Mas, aku mau mandi lho. Nanti siapa yang bantu si kembar? Aku juga belum masak sarapan," keluh Flora, sebab dia masih saja ditahan Abian agar tidak ke mana-mana. Hari ini juga Abian mulai masuk bekerja.Abian hanya bergumam pelan dan mengeratkan pelukannya pada Flora. Membuat Flora mendengkus pelan, manjanya suaminya ini sudah melebihi Hanin saja. Bahkan Hanan sudah lama tidak bermanja padanya."Mas!" Flora menatap suaminya yang sibuk menyembunyikan wajah di ceruk lehernya. Kembali mengecup lehernya itu berulang kali seperti tidak bosan saja. Dalam hati Flora mendumel, Abian mau ya apa, sih? Apa tidak cukup bulan madu selama 4 hari kemarin?"Sebentar lagi," jawab Abian akhirnya. Dia tetap saja di posisi semula. Flora pun menunggu, sebab sud