"Mas.."
"Iya, sayang. Ada apa?" Tanya Abian, saat ini keduanya masih ada di dalam perjalanan menuju ke rumah sakit. Kebetulan jaraknya lumayan jauh plus macet, jadi membutuhkan waktu yang cukup lama."Bisa bantu aku membalas dendam?" Tanya perempuan itu lirih."Tentu, apapun untukmu, sayang.Kau ingin aku melakukan apa hmm?" Tanya pria itu sambil tersenyum, dia melirik sekilas ke arah perempuan cantik itu."Seperti nya mereka sudah lama menjalin hubungan kan? Bisakah Mas menyelidiki latar belakang wanita selingkuhan Mas Abi?""Tentu, secepatnya kamu akan mendapatkan semua informasi tentang wanita murahaan itu, sayang.""Mas mau mencari informasi nya sendirian?" Tanya Flora lirih."Tidak, buat apa capek-capek? Selama ada uang, mendingan nyuruh aja terima beres." Jawab Abian sambil tersenyum."Iya deh si paling banyak uang.""Makanya manfaatin dong, gini-gini aku bisa belanjain kamu banyak barang, say"Mau makan dulu, sayang?""Aku pengen makan pecel ayam boleh?" Tanya Flora. Abian menganggukan kepala nya, menandakan kalau dia mengizinkan. Selama berhubungan dengan Flora, wanita itu tidak pernah meminta makanan yang mahal atau mewah, dia lebih memilih untuk makan makanan sederhana. Waktu itu dia lebih meminta mie ayam, sekarang pecel ayam.Sederhana sekali, padahal kalau Flora ingin makan makanan yang mahal sekalipun Abian pasti akan memberikan nya tanpa harus bertanya dua kali. Tapi sepertinya Flora lebih suka dengan makanan yang terbilang sederhana seperti ini."Pecel ayam yang di pinggir jalan aja, Mas.""Kamu gapapa makan di pinggir jalan, sayang?" Tanya Abian."Gapapa dong, memang nya kenapa? Atau jangan jangan Mas yang gak terbiasa makan di pinggir jalan?" Balik tanya Flora dengan wajah penasaran nya."Enggak kok, Mas juga suka makanan di pinggir jalan. Tapi kita makan nya di mobil aja ya, Mas gak mau itu lukanya kena se
"M-mas..""Iya, sayang.""Aku harus jawab apa kalau di tanya sama Ibu atau Mas Arif?" Tanya perempuan itu sambil mengusap bibirnya yang terasa kebas juga bertambah volumenya setelah di kokop oleh Abian selama hampir setengah jam. Selain itu, buah apel nya juga terasa pedih dan kebas di bagian putingnya.Ternyata setelah beberapa menit memainkan benda kenyal itu, akhirnya Abian tidak tahan dan akhirnya dia menyibak pakaian yang di kenakan oleh Flora dan menyusu seperti bayi di buah kenyalnya itu."Bilang aja di entup tawon, sayang.""Lah, kita habis dari rumah sakit bukan habis dari kebun binatang, Mas." Jawab Flora sambil terkekeh pelan."Terserah kamu saja.""Tapi ini ulah kamu, bahkan ini aku rasanya perih banget. Kamu nyusu nya pakai gigi." Ucap Flora dengan kesal."Kan aku bayi yang baru mau tumbuh gigi, jadi gusi Mas tuh gatel, sayang." Jawab Abian sambil cengengesan."Ckkk, mana ada bayi berkumis
Keesokan harinya, Abian pergi pagi-pagi sekali. Setelah selesai sarapan, pria itu segera meninggalkan rumahnya untuk menemui seseorang untuk melancarkan rencana nya. Rencana apa? Tentu saja merebut Flora, namun dia membutuhkan pelicin untuk itu.Tak lupa, Abian memberikan nasihat dan peringatan pada ibu dan juga kedua saudari nya agar jangan menyuruh-nyuruh Flora jika bukan wanita itu yang menawarkan diri. Pertama, karena kondisi kaki Flora yang belum sepenuhnya sembuh dan jahitan nya belum kering. Kedua, dia tidak yakin dengan orang-orang yang ada di rumah itu.Tidak ada yang bisa menjamin kalau orang-orang itu akan menyuruh-nyuruh Flora layaknya pembantu seperti biasa. Selama ini, Flora bisa beristirahat dari pekerjaan rumah karena Abian selalu ada di rumah. Kalau pun pergi, pria itu selalu mengajaknya. Tapi kali ini, pria itu pergi sendirian dan meninggalkan Flora di rumah."Selamat siang, Robi." Sapa Abian sambil tersenyum."Eehh, Abian. Maaf aku agak sedikit terlambat." Ucap pria
"Aku berharap Flora menghadiahi ku ciuman." Gumam pria itu.Selang beberapa jam, akhirnya Abian pun sampai di rumahnya. Pria itu keluar dari dalam mobil dengan menenteng paper bag berisi ponsel dan beberapa barang di dalamnya.Sepi, rumah itu terlihat sangat sepi. Bahkan seakan tak ada tanda-tanda kehidupan di dalam sana, lalu kemana penghuni rumah?"Bu.." panggil Abian sambil celingukan."Ini orang-orang pada kemana yak? Kok gak keliatan batang hidungnya.""Sudah pulang, Mas?" Tanya Flora yang baru saja membuka pintu kamarnya dengan langkah tertatih."Ibu, sama Mbak Winda, Mbak Santi pada kemana, yang?" Balik tanya Abian sambil berjalan mendekat ke arah Flora."Pergi kondangan ke RT sebelah, Mas.""Ohhh, kamu gak di ajak?" Tanya Abian lagi."Di ajak sih, tapi aku gak ikut aja. Soalnya kaki aku kan masih sakit, nanti takutnya malah ngerepotin Ibu atau Mbak Santi, males kalo harus dengerin Mbak Winda ngomel." Jawab Flora yang membuat Abian terkekeh."Ya Udah, pacaran yuk? Mumpung sepi,
"Mas.." Panggil Flora sambil memeluk tubuh Abian yang terbaring di sampingnya. Setelah ciuman itu, mereka memutuskan untuk tidur bersama, benar-benar hanya tidur bersama."Hmm, apa?" Tanya Abian dengan kedua mata yang masih terpejam, dia masih mengantuk."Aku kedinginan, Mas." Ucap Flora lirih, membuat pria itu segera membuka kedua matanya dan tersenyum. Dia merubah posisi nya dari terlentang hingga berbaring miring, keduanya saling berhadapan saat ini."Sini Mas peluk, sayang." Jawab Abian, dia memeluk pinggang Flora dan menariknya lembut, hingga posisi mereka menempel tanpa jarak. Flora mendusel di dada bidang Abian, dia sangat suka dengan aroma tubuh Abian. Tentu saja aroma nya jauh berbeda dengan suaminya."Nyaman sekali rasanya.""Apa kamu tidak pernah di peluk seperti ini oleh suami mu?" Tanya Abian sambil mengusap-usap kepala Flora."Hmm, kapan ya? Mungkin terakhir kali saat sebulan setelah menikah. Setelahnya, aku hanya t
"Sayang.." Bisik Abian, membuat wanita itu membuka kedua matanya secara perlahan.Dia sedang menikmati apa yang di lakukan oleh Abian di belakang tubuhnya. Pria itu tengah mengeluar masukkan sebuah pisang gagah yang dia miliki."I-iya, kenapa Mas?""Bagaimana rasanya, sayang? Nikmat atau sakit?" Tanya pria itu dengan suara sensualnya.Dia tidak menghentikan gerakan nya sama sekali."Nikmat sekali, Mas." Jawab Flora jujur."Kalau begitu, mendesah lah sayang." Pinta Abian membuat wajah Flora memerah. Baru kali ini dia mendengar perintah seperti itu, biasanya dia di larang untuk bersuara."Ayolah, Mas ingin mendengar desahan merdu mu.""Aahhh, Mas.." Wanita itu mendesah ketika Abian mempercepat gerakan nya, pria itu tersenyum senang ketika mendengar suara sang wanita.Dia semakin bergairah untuk melanjutkan pertarungan nya, meskipun disini hanya dia yang berperan karena dia sadar benar kalau Flora masih sakit, jadi tidak mungkin dia meminta wanita itu untuk memimpin permainan."Mas, pelan
Sedangkan di tempat lain, Arifin di panggil oleh HRD karena ada urusan di sana. Tapi setelah menemui HRD, malah di alihkan ke ruangan Robi, sang pemilik perusahaan.Dengan langkah pelan, Arifin berjalan menuju ruangan Robi. Dia gugup bukan main karena selama ini dia tidak pernah melakukan kesalahan apapun, tapi kenapa di panggil oleh pemilik perusahaan?Arifin mengetuk pintu beberapa kali, setelah mendengar instruksi, dia pun masuk dengan kegugupan yang memenuhi dirinya saat ini."Selamat siang, Pak. Ada apa ya, Bapak memanggil saya?""Duduklah." Pinta Robi sambil berpura-pura membuka-buka berkas berisi CV milik Arifin, padahal tidak sama sekali. Dia hanya melakukan apa yang di perintahkan oleh Abian.Arifin duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Robi, hanya terhalang meja kerja saja. Robi menatap Arifin dengan tatapan yang entah apa artinya."Kau Arifin?""Benar, Pak.""Saya sudah mendengar kalau kinerja mu sangat baik belakangan ini, Arifin.""Aahhh ya, terimakasih Pak." Jawa
"Lalu, apa yang ingin kau lakukan?" Tanya Adijaya."Saya akan merebut Flora dari Arifin." Jawab Abian membuat kedua mata Adijaya terbelalak. Dia tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh Abian, tapi pria itu terlihat serius. Artinya dia tidak main-main dengan ucapan nya kan?"Jangan bercanda, Abian!""Apa Tuan rela putri anda di siksa, di pukul, di khianati seperti itu?" Tanya Abian yang membuat Adijaya terdiam seketika."Tidak, aku tidak rela. Dia putri ku satu-satunya, dia putri kesayangan ku. Aku sangat menyayangi nya." Ucap Adijaya sambil menundukan kepala nya. Memang, dia sempat bertengkar hebat dengan putrinya karena dia kesal pada Flora yang lebih berpihak pada suaminya ketimbang dirinya yang notabene nya adalah orang tua nya sendiri.Belum sampai disana saja, kekesalan Adijaya semakin menjadi-jadi ketika Arifin sebagai menantu nya itu malah mempersulit komunikasi nya dengan Flora. Padahal dia sangat merindukan putrinya itu, tapi sampai sekarang mereka tidak berkabar. Bahkan