"Aku berharap Flora menghadiahi ku ciuman." Gumam pria itu.Selang beberapa jam, akhirnya Abian pun sampai di rumahnya. Pria itu keluar dari dalam mobil dengan menenteng paper bag berisi ponsel dan beberapa barang di dalamnya.Sepi, rumah itu terlihat sangat sepi. Bahkan seakan tak ada tanda-tanda kehidupan di dalam sana, lalu kemana penghuni rumah?"Bu.." panggil Abian sambil celingukan."Ini orang-orang pada kemana yak? Kok gak keliatan batang hidungnya.""Sudah pulang, Mas?" Tanya Flora yang baru saja membuka pintu kamarnya dengan langkah tertatih."Ibu, sama Mbak Winda, Mbak Santi pada kemana, yang?" Balik tanya Abian sambil berjalan mendekat ke arah Flora."Pergi kondangan ke RT sebelah, Mas.""Ohhh, kamu gak di ajak?" Tanya Abian lagi."Di ajak sih, tapi aku gak ikut aja. Soalnya kaki aku kan masih sakit, nanti takutnya malah ngerepotin Ibu atau Mbak Santi, males kalo harus dengerin Mbak Winda ngomel." Jawab Flora yang membuat Abian terkekeh."Ya Udah, pacaran yuk? Mumpung sepi,
"Mas.." Panggil Flora sambil memeluk tubuh Abian yang terbaring di sampingnya. Setelah ciuman itu, mereka memutuskan untuk tidur bersama, benar-benar hanya tidur bersama."Hmm, apa?" Tanya Abian dengan kedua mata yang masih terpejam, dia masih mengantuk."Aku kedinginan, Mas." Ucap Flora lirih, membuat pria itu segera membuka kedua matanya dan tersenyum. Dia merubah posisi nya dari terlentang hingga berbaring miring, keduanya saling berhadapan saat ini."Sini Mas peluk, sayang." Jawab Abian, dia memeluk pinggang Flora dan menariknya lembut, hingga posisi mereka menempel tanpa jarak. Flora mendusel di dada bidang Abian, dia sangat suka dengan aroma tubuh Abian. Tentu saja aroma nya jauh berbeda dengan suaminya."Nyaman sekali rasanya.""Apa kamu tidak pernah di peluk seperti ini oleh suami mu?" Tanya Abian sambil mengusap-usap kepala Flora."Hmm, kapan ya? Mungkin terakhir kali saat sebulan setelah menikah. Setelahnya, aku hanya t
"Sayang.." Bisik Abian, membuat wanita itu membuka kedua matanya secara perlahan.Dia sedang menikmati apa yang di lakukan oleh Abian di belakang tubuhnya. Pria itu tengah mengeluar masukkan sebuah pisang gagah yang dia miliki."I-iya, kenapa Mas?""Bagaimana rasanya, sayang? Nikmat atau sakit?" Tanya pria itu dengan suara sensualnya.Dia tidak menghentikan gerakan nya sama sekali."Nikmat sekali, Mas." Jawab Flora jujur."Kalau begitu, mendesah lah sayang." Pinta Abian membuat wajah Flora memerah. Baru kali ini dia mendengar perintah seperti itu, biasanya dia di larang untuk bersuara."Ayolah, Mas ingin mendengar desahan merdu mu.""Aahhh, Mas.." Wanita itu mendesah ketika Abian mempercepat gerakan nya, pria itu tersenyum senang ketika mendengar suara sang wanita.Dia semakin bergairah untuk melanjutkan pertarungan nya, meskipun disini hanya dia yang berperan karena dia sadar benar kalau Flora masih sakit, jadi tidak mungkin dia meminta wanita itu untuk memimpin permainan."Mas, pelan
Sedangkan di tempat lain, Arifin di panggil oleh HRD karena ada urusan di sana. Tapi setelah menemui HRD, malah di alihkan ke ruangan Robi, sang pemilik perusahaan.Dengan langkah pelan, Arifin berjalan menuju ruangan Robi. Dia gugup bukan main karena selama ini dia tidak pernah melakukan kesalahan apapun, tapi kenapa di panggil oleh pemilik perusahaan?Arifin mengetuk pintu beberapa kali, setelah mendengar instruksi, dia pun masuk dengan kegugupan yang memenuhi dirinya saat ini."Selamat siang, Pak. Ada apa ya, Bapak memanggil saya?""Duduklah." Pinta Robi sambil berpura-pura membuka-buka berkas berisi CV milik Arifin, padahal tidak sama sekali. Dia hanya melakukan apa yang di perintahkan oleh Abian.Arifin duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Robi, hanya terhalang meja kerja saja. Robi menatap Arifin dengan tatapan yang entah apa artinya."Kau Arifin?""Benar, Pak.""Saya sudah mendengar kalau kinerja mu sangat baik belakangan ini, Arifin.""Aahhh ya, terimakasih Pak." Jawa
"Lalu, apa yang ingin kau lakukan?" Tanya Adijaya."Saya akan merebut Flora dari Arifin." Jawab Abian membuat kedua mata Adijaya terbelalak. Dia tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh Abian, tapi pria itu terlihat serius. Artinya dia tidak main-main dengan ucapan nya kan?"Jangan bercanda, Abian!""Apa Tuan rela putri anda di siksa, di pukul, di khianati seperti itu?" Tanya Abian yang membuat Adijaya terdiam seketika."Tidak, aku tidak rela. Dia putri ku satu-satunya, dia putri kesayangan ku. Aku sangat menyayangi nya." Ucap Adijaya sambil menundukan kepala nya. Memang, dia sempat bertengkar hebat dengan putrinya karena dia kesal pada Flora yang lebih berpihak pada suaminya ketimbang dirinya yang notabene nya adalah orang tua nya sendiri.Belum sampai disana saja, kekesalan Adijaya semakin menjadi-jadi ketika Arifin sebagai menantu nya itu malah mempersulit komunikasi nya dengan Flora. Padahal dia sangat merindukan putrinya itu, tapi sampai sekarang mereka tidak berkabar. Bahkan
"Nanti malam aku keluar ya, Mas.""Ketuk dua kali pintu kamar nya ya?""Iya, Mas.""Masuklah, sayang." Flora tersenyum kecil lalu menganggukan kepala nya. Dia pun masuk ke dalam rumah dengan langkah hati-hati karena kaki nya masih terasa sakit. Dengan menggunakan tongkat, Flora berjalan tertatih. Tidak ada yang mau menolong nya sama sekali.Wanita itu pergi ke kamarnya untuk menyimpan paperbag yang di berikan Abian dan menyembunyikan nya di tempat yang cukup aman. Setelahnya, dia pergi ke dapur. Tapi ternyata disana sedang makan-makan, menu makanan nya jauh berbeda dengan apa yang Arifin berikan pada Flora.Untuk Flora, dia hanya membelikan mie ayam bakso dan ayam bakar. Tapi yang terpampang di meja sekarang bukan menu itu juga, tapi pizza dan steak. Benar-benar berbeda."Kok makanan nya beda sama yang di kasih ke aku, Mas?" Tanya Flora pelan."Kenapa? Mau juga? Gak ada, udah habis." Ketus Arifin, membuat Flora terdiam. Tapi sedetik kemudian, dia tersenyum kecil."Setidaknya, jika mau
"Ganti baju sana." Ucap Abian saat melihat Flora masih termenung di teras sambil berlinang air mata."Mau kemana memang nya, Mas?" Tanya Flora sambil mendongakkan kepala nya menatap Abian yang menjulang tinggi di depan nya."Mau makan steak dan pizza kan? Ayo. Mas anter ke restoran nya langsung. Makan disana lebih enak, sayang." Abian tersenyum kecil, lalu mengusap air mata yang masih menetes di pipi Flora."Jangan nangis, sayang. Nanti cantik nya luntur lho, aku gak suka lihat kamu nangis gini.""Sakit, Mas..""Iya, kaki nya sakit ya? Mas gendong deh kalo gitu." Abian bersiap untuk menggendong tubuh Flora namun wanita itu menolak."Mas..""Jangan terus di pikirkan, sayang. Akan semakin menyakitkan jika terus di pikirkan.""Nyeri, Mas. Rasanya sesak sekali.""Aku tahu, jadi ayo balas dendam." Ucap Abian setelah beberapa kali menghela nafasnya dengan panjang."Berhenti peduli pada orang yang tid
"Mas.." panggil Flora setelah keduanya berada di dalam private room yang di tunjukkan oleh seorang waiters tadi. Abian meletakan jaketnya di sandaran kursi lalu menatap intens ke arah sang perempuan."Iya, ada apa, sayangku?" Tanya Pria itu sambil tersenyum manis. Senyuman yang hanya di perlihatkan Abian pada Flora. Selebihnya, dia hanya menunjukkan wajah datarnya saja."Gadis tadi, aku merasa tidak asing.""Benarkah, sayang?" Tanya Abian sambil tersenyum menatap Flora. Memang jika berduaan seperti ini, Abian lebih sering menatap wajah cantik Flora dengan dalam. Terlihat jelas kalau Abian adalah pria yang sangat tulus jika sudah mencintai dan Flora adalah wanita satu-satunya yang bisa melakukan kerasnya hati seorang Abian."Iya, Mas. Aku merasa pernah melihat wajah itu, tapi dimana ya? Aku lupa." Ucap Flora membuat Abian terkekeh."Mungkin yang di bonceng suami mu lalu di bawa ke penginapan." Jawab pria itu, membuat Flora terbelalak seket