Home / Romansa / Pembantu Rasa Nyonya / Bab 503.  Tidak Ada Pembenaran

Share

Bab 503.  Tidak Ada Pembenaran

Author: Astika Buana
last update Last Updated: 2023-04-30 09:22:08

Anak dari suatu pernikahan, akan mengikat orang-orang di dalamnya. Selamanya. Walaupun pernikahannya sendiri sudah tidak tersisa.

Seperti Dewi ini. Aku harus berhubungan dengan orang yang menyebalkan seperti dia. Bukan, tepatnya orang yang tidak seserver denganku. Ini hanya karena dia ibu kandung dari Amelia.

“Suami kamu dimana, Maharani?”

Satu pertanyaan pembuka saja sudah membuatku sebal. Apa dia tidak pernah diajari sopan santun? Sudah tua tapi tidak mengerti kalimat mana yang tepat untuk memulai percakapan.

“Selamat malam, Mbak Dewi.”

“Oh iya. Malam Maharani. Dimana dia?”

Aku menghela napas. Mungkin kalau aku menggunakan akal sehat, di awal percakapan sudah baku hantam. Ini seorang mantan istri menanyakan mantan suami kepada istri mantan suaminya itu. Ribet, ah!

“Dia tidak bersamaku. Ada apa?” jawabku dengan nada datar. Aku tidak berbohong, memang Mas Suma tidak di sampingku, kan. Dia di ruangan sebelah.

“Aku ingin bicara dengannya.”

“Telpon saja hapenya,” jawabku berusaha santa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kismi Yati
ceritanya makin seru dan tegang...tolong endingnya jangan sedih y Thor...bikin semua bahagia dg keluarganya msg2
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 504.  Menjadi Kuat Itu Wajib

    [Kak. Tadi malam Mama ketiduran. Sebelum mulai kerja, telpon Mama, ya] Aku pencet tombol send, kemudian memasukkan ke saku daster. Tidak lupa mengganti mode dering yang ribut. Sekarang aku memilih menyelesaikan pekerjaan pagi lebih awal. Setelahnya, aku bisa leluasa menghubungi Wisnu. “Pagi, Bik Inah.” “Pagi, Bu Rani,” sahut wanita yang rambutnya sudah dikuasi uban. Kepalanya melongok ke arah jam dinding, dan menoleh ke arahku lagi. “Bibik pikir, saya yang kesiangan.” “Ternyata saya yang kepagian,” sahutku sambil tertawa. Aku memasang celemek bersih, kemudian menilik isi lemari pendingin. Kebiasaanku, berdiri berlama-lama sambil mengamati bahan makanan apa yang tersisa. Sekalian mencari ide untuk memasak apa hari ini. “Banyak yang habis, Bu Rani. Apa saya harus belanja hari ini?” tanya Bik Inah sambil sibuk mencuci perabotan. “Boleh, Bik. Kita masak untuk makan pagi saja. Toh yang di rumah hanya saya dan Mas Suma. Bahan untuk orang belakang ada?” “Ada, Bu Rani. Kalau begitu nan

    Last Updated : 2023-04-30
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 505. Kerinduannya

    “Ada apa, Suamiku Sayang?” ucapku setelah membuka pintu kamar tamu. Mas Suma melihatku dengan heran. Dia menggerakkan dagu seakan mempertanyaan aku sedang apa.“Menerima telpon Wisnu, Mas.” Aku menggerak-gerakkan ponsel. Seakan tidak percaya, ekspresinya belum berubah.“Aku menelpon Wisnu untuk membicarakan yang Mas Suma katakan tadi malam. Ingat? Yang ingin supaya anak-anak kita ngumpul sampai kita sudah tua itu, lo. Makanya aku desak dia supaya cepat menikah dan tinggal di sini.”“loh, kok nikah?”“Ya lah, Mas. Laki-laki itu sebelum menikah pasti inginnya loncat kesana kesini. Pindah kota ini dan itu. Iya, kan? Makanya aku dorong dia untuk memantapkan hati dengan Rima. Toh, menurutmu dia wanita yang tepat,” ucapku kemudian mengamit lengannya menuju. Meja makan.Di sana sudah siap mangkok besar berisi soto ayam, lengkap dengan isian lainnya. Termasuk keripik kentang kesukaan Mas Suma.“Harus begitu?”“Hu-um. Kalau tinggal di kota ini dan menikah, pasti dia tidak kepikir untuk pindah

    Last Updated : 2023-04-30
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 506. Cinta dan Hasrat

    Kalau bukan karena ingat Mama, bisa dipastikan aku dan Rima akan benar-benar khilaf. Janjiku untuk menelponkan kembali, terngiang di telinga dan meluruhkan hasrat yang sempat menguasai kami.POV Author-Tiga puluh menit yang lalu-Mereka saling meraup seakan berebut dahaga untuk dipuaskan. Menunjukkan kerinduan keduanya begitu pekat. Merekapun saling berpagut dan tak sadar sudah terhempas di ranjang.Akal sehat mulai terkalahkan dengan hasrat. Gadis itu dengan nekad melepas kancing atasnya piyama yang di kenakan pemuda itu. Gerakannya menggoda, bahkan dia memanjangkan leher putih sambil mendesahkan nama sang kekasih. Mata Wisnu mulai berkabut melihat apa yang di hadapannya. Dadanya mulai sesak dengan gairah yang mulai tak tertahankan.Berkali-kali dia menyebut nama Rima, sambil membenamkan wajah di tempat yang seharusnya belum diperbolehkan.“Sayang, ini salah….” ucap lirih Wisnu dengan wajah tertahan.Pertarungan dalam hati Wisnu tarik ulur antara logika dan hasrat. Dalam hati men

    Last Updated : 2023-04-30
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 507. Kamu Cantik

    “Kita sekarang latihan, ya,” ucap Rima yang berjalan dari dapur. Entah apa yang dia lakukan. Aku sedang sibuk menyiapkan diri untuk berangkat. Ada orang dari pusat memeriksa progres proyek yang kami lakukan. Om Tiok menambah waktu cuti. Terpaksa aku sendiri yang menghandel mereka.“Taraa …!” teriaknya dengan merentangkan kedua tangannya.Sudah siap makanan pagi di meja kecil, seberang dapur. Dua gelas minuman berwarna orang, dan dua piring berisi roti bakar. Kekasihku ini, menarik lenganku dan mendudukkan aku. “Sekarang, Mas Wisnu harus makan dulu. Kerja akan lebih semangat kalau perut terisi. Karena lambung itu harus ada yang diolah untuk dirubah menjadi energi,” jelasnya memantik senyumanku terbit. Di rumah aku diserang omelan oleh Mama, dan sekarang aku juga mendapatkan hal senada dari Rima.“Kenapa? Tidak suka?” tanyanya sambil menggerak-gerakkan kelopak matanya.“Suka banget. Cuma ….”“Cuma apa?”“Kamu cerewetnya kayak mama aku ,” ucapku sambil mengacak rambutnya. “Terima kasi

    Last Updated : 2023-04-30
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 508. Sakit Sedikit

    “Gombal!” teriakku sesaat setelah sadar. Aku langsung beranjak dan meninggalkan dirinya yang sibuk membereskan bekas makanku. Langkah ini aku ayun lebar-lebar, tidak peduli dia yang berusaha mensejajariku dan meneriakkan namaku.Kalau aku mempunyai jurus menghilang, pasti aku lakukan sekarang. Melarikan diri darinya untuk menyembunyikan pipiku yang memanas. Atau, kalau aku memiliki sihir yang sakti, aku akan membutakan sejenak. Sehingga aku bisa leluasa menatap wajahnya yang begitu mempesona ini tanpa terganggu dengan sorot matanya.“Amel! Amelia! Berhenti!” serunya lagi. Aku tidak menghentikan langkah, justru mempercepat gerakan kakiku ini. Senyum ini terbit dengan sendirinya, ternyata dia begitu ingin dekat denganku. Dan pujian itu, bukankah mengukuhkan kalau selama ini dia serius?“Berhenti Amel. Pintu masuk perpustakaan sudah di sana, bukankah kita akan ke perpustakaan?” tanyanya setelah berhasil menghentikan langkahku. Sekarang dia berdiri tepat di hadapanku.Aku menoleh ke belak

    Last Updated : 2023-04-30
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 509. Nomor Dua

    “Non Amelia, kenapa!?”Aku menghindar dari orang depan supaya tidak heboh, sekarang justru Bik Inah membuat keributan. Tidak hanya Pak Maman yang datang, bahkan penjaga di depan langsung menghampiri kami.Seperti dugaanku, Pak Maman langsung sigap untuk menggantikan Kevin yang menggendongku. Untungnya Kevin menolak dan melanjutkan langkah. Pak Maman memang begitu perhatian denganku. Dialah yang selalu mengantarkan aku dari kecil dulu. Aku masih ingat, saat masih taman kanak-kanak. Dialah yang menggendongku kalau aku malas sekolah dan pura-pura tertidur. Makanya, aku yakin dengan apa yang dia lakukan sekarang. Walaupun menyisakan kekawatiran, apakah punggungkan akan baik-baik saja kalau menggendongku?Mama yang sedang di kantor depan, langsung ke luar. Mendapati aku di gendongan Kevin, wajahnya langsung terlihat panik.“Kenapa Amelia, Kevin?”“Tante Maharani__”“Sudah-sudah, nanti saja ceritanya. Kita bawa masuk Amelia,” ucap Mama sambil mengarahkan Kevin untuk masuk ke rumah. Seakan t

    Last Updated : 2023-04-30
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 510. Om Detektif

    Ingin rasanya menyihir Kevin menjadi squisy. Diremat-remat, tapi tidak boleh rusak. Aku akan memilih dia menjadi bentuk burung hantu, tapi dengan mata terpejam. Pasti lucu seperti wajahnya kalau tertawa, matanya terpejam dengan kelopak membentuk bulan sabit.Gara-gara lontaran konyolnya, aku disidang oleh Om Hendra. Kenapa dia tidak menjawab kalau kami berteman, dia justru melontarkan ungkapan terkesan abu-abu. Menggiring opini seakan semua ada di tanganku. Laki-laki macam apaan seperti itu?“Aku dan Kevin berteman, Om. Kebetulan saja kita satu jurusan dan sekarang sedang mengerjakan tuga bersama. Hanya itu,” ucapku sambil menunjukkan dua jariku ke atas. Sekilas aku melihat Kevin mengerutkan dahi.‘Kenapa?’ bisikku dalam hati, tapi itu aku abaikan. Mungkin saja dia sedang memikirkan sesuatu.“Beneran begitu, Kevin?” tanya Om Hendra beralih kepada Kevin.Aku menatapnya dengan was-was. Kalau aku pikir, Om Hendra ini tidak lebih seperti Papi, ya. Eh, bukan. Lebih mirip seperti detektif

    Last Updated : 2023-05-02
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 511. Pasangan Dewasa

    Jodoh itu lucu, ya? Kita sering fokus pada tataran ideal dari sudut pandang orang banyak. Pasangan harus ini dan itu yang merujuk pada pangeran dan putri. Demi hal ini, pandangan mata dilebarkan seluas-luasnya. Sampai-sampai tidak melihat kalau sudah disiapkan tepat di sampingnya.“Jadi Om Hendra dan Tante Jenifer temenan dari TK?”Seakan melupakan rasa sakit pada kakinya, Amelia menegakkan duduk dengan mata membulat. Begitu juga Kevin, anak berkulit putih bersih itu terlihat antusias menunggu penjelasan kedua orang dewasa ini.Dengan bergantian, Dokter Hendra dan Jenifer bercerita. Mengungkapkan betapa lucunya mereka saat kecil. Bagaimana mereka sering saling ejek, bahkan bermusuhan.“Kenapa Om tidak deketan sama Tante sejak sekolah saja? Kenapa nunggu begitu lama?” tanya Kevin.“Kevin, bagaimana om bisa naksir. Dia ini pas sekolah dulu centilnya minta ampun. Setiap sekolah selalu pake jaket warna pink, ada kerlip-kerlipnya, lagi. Belum kalau ngomong yang sok kecentilan,” ucap Dokt

    Last Updated : 2023-05-04

Latest chapter

  • Pembantu Rasa Nyonya   Extra Part

    POV Nyonya Besar "Jeng Sastro, bajuku gimana? Ini kok kayaknya miring, ya? Aku kok tidak pede." Ibunya Rani itu menoleh dan tersenyum, kemudian menunjukkan jempol tangannya. "Sudah bagus." Huft! Ibu dan anak memang sama, selalu santai kalau masalah penampilan. Aku kan harus perfekto dalam segala hal. La kalau difoto wartawan, terus dicetak sejuta exsemplar terus bajuku miring, saksakan rambutku mencong, kan tidak asyik. Aku melambaikan tangan ke Anita, memberi kode untuk membawa cermin ke kecil ke arahku. Dia ini memang sekretarisku yang jempolan. Sigap di segala suasana. Dia mendekat, kemudian menghadap ke arahku dengan cermin diletakkan di perutnya. Ini triknya, supaya orang lain tidak melihat aku lagi cek penampilan. Sekarang itu banyak nitizen yang usil. Orang ngupil difoto, bibirnya lagi mencong dijepret, terus diviralkan dan itu justru membanggakan. Menggumbar aib orang. Zaman sekarang itu konsep pikiran orang kok melenceng jauh, ya. "Sudah cetar?" tanyaku memastikan yan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 616. Ending

    Acara sudah tiba. Memang sangaja kami mengambil waktu pagi hari. Selain ini menyegarkan, ini juga tidak mengganggu kedua balitaku. Denish dan Anind. Pagi-pagi team perias sudah sampai. Satu persatu kami dirias, terlebih aku dikhususkan. “Jangan berlebihan make-upnya. Saya ingin natural dan terlihat segar.” “Siap, Nyonya Rani.” Claudia sibuk sana-sini memastikan team yang dia bawa bekerja dengan benar. Dia juga menfokuskan kepada diriku. “Artisnya sekarang ya Bu Rani dan Tuan Kusuma. Jadi harus maksimal,” ucapnya sambil membenahi gaun yang aku pakai. Gaun yang aku gunakan terlihat elegan. Berwarna putih tulang dengan aksen rajutan woll yang menunjukkan kehangatan. Yang membuatku puas, dia menyelipkan permata berkilau di sela-sela rajutan. Ini yang membuat terlihat mewah. Aku mengenakan kerudung warna hitam, dengan aksen senada di bagaian belakang. Keseluruhan, aku sangat puas. Jangan ditanya Mas Suma penampilannya seperti apa, dia seperti pangeran yang baru keluar dari istana. Ku

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 615. Anak-Anak

    Ingin aku mengabaikan apa isi kepalaku, tetapi bisikan-bisikan semakin riuh di kedua telinga ini. Kecurigaan mencuat begitu saja. Bisa saja mereka ada hubungan kembali. Cinta bersemi kembali dengan mantan. Cerita itu sering ada di sekitar kita. Semakin aku memusatkan pikiran untuk tidur, semakin nyaring tuduhan gila yang berjubal di kepala ini. Huft! Aku duduk tegak dan beranjak untuk minum air putih. Mungkin dengan ini, bisa membuatku tenang. Tapi, aku tetap gelisah. Daripada penasaran, lebih baik aku mengintip ada yang dilakukan Mas Suma di ruangan sebelah. Dengan berjingkat, aku keluar dari pintu belakang dan menuju ruang baca. Lamat-lamat terdengar suara Mas Suma. Sip! Dia load speaker. Suara teman dia bicara terdengar juga. Jadi aku bisa tahu apa yang dikatakan Dewi. Tunggu sebentar! Kenapa suaranya bukan perempuan? Tetapi terdengar seperti laki-laki. “Aku tidak mau tahu. Kamu harus melakukan itu untukku,” ucap Mas Suma. Kemudian terdengar suara lelaki satunya. “Tapi, Tu

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 614. Pesan Menyebalkan

    Bab 615.Aku bingung. Sungguh-sungguh bingung. Di depanku terhampar pilihan kain yang cantik-cantik. Dari pilihan bahan sampai pilihan warna. Mana yang aku pilih?“Ini untuk tahun ke berapa, Bu Rani?” tanya Claudia“Baru ke tujuh. Sebenarnya saya juga belum ingin merayakan. Tapi tahu kan, kalau Tuan Kusuma mempunyai niat?” Wanita cantik tersenyum sambil mengangguk. Dia pasti lebih mengerti bangaimana keluarga Adijaya sebenarnya. Termasuk Nyonya Besar.Pertanyaan Claudia memantik ide di kepalaku. Woll itu kan berwarna putih, jadi …. Sip!“Aku pilih warna putih. Nuansa putih yang dipadukan dengan bahan woll,” ucapku dengan mata menjelajah. Claudia bergerak sigap. Dia menyingkirkan semua selain berwarna putih. Ini membuatku mudah.Tangan Claudia mulai bergerak lincah menggambar apa yang aku inginkan. Bukan keinginan bentuknya, tetapi keinginanku pada pernikahan ini. Yang membuatku suka, dia merancang baju dengan filosofi di dalamnya. Semua ada artinya.“Keluarga besar menggunakan pilihan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 613. Persiapan

    “Berhasil?” tanya Maharani menyambutku.“Desi?”“Iya.”“Sangat-sangat berhasil. Dia juga titip salam untuk dirimu yang sudah memberikan ide ini,” ucapku sambil merangkul istriku.Kami masuk ke dalam rumah yang terasa lengang. Rima sudah kembali, begitu juga Amelia kembali ke apartemennya.“Anind dan Denish?”“Sudah tidur. Ini sudah malam,” ucapnya sambil menunjuk jam dinding yang menunjuk angka sembilan.“Wisnu masih lembur?”“Iya. Biarkan dia lagi semangat-semangatnya,” ucap Maharani melangkah mengikutiku.Aku langsung ke kamar mandi. Membersihkan badan dengan menggunakan air hangat. Badanku segar kembali.“Wisnu sudah mendatangkan teman-temannya. Jadi dia tidak merasa muda sendiri. Tapi Wisnu cepet adaptasi, lo. Aku juga memberikan team yang terbaik. Siapa nama teman-temannya? Aku kok tidak ingat. Padahal aku belum terlalu tua.”Ucapanku memantik tawa Maharani. Dia menyodorkan piayama tidur untuk aku kenakan.“Mereka itu teman-teman dekatnya Wisnu. Ada Lisa yang diletakkan di admini

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 612. Desi Pegawai Teladan

    Orang single tidak akan mati karena jomlo, tetapi banyak orang tersiksa karena hidup dengan orang yang salah. Itu yang dikatakan Tiok kepadaku. Dia sudah menentukan pilihan, dan aku tidak akan mempertanyakannya lagi. Katanya, surat cerai dalam masa pengurusan dan tinggal menunggu surat resmi dari pengadilan agama. Sekarang, permasalahan Tiok sudah selesai. Dia tinggal pemulihan saja.****Rezeki itu tidak melulu berupa materi. Adanya keluarga, itu rezeki. Begitu juga sahabat yang kita miliki. Ada lagi yang aku syukuri tidak henti-henti, karyawan yang setia. Seperti Desi, pegawai teladan.“Desi. Berapa lama kamu kerja di sini?”Aku bertanya saat dia memberiku setumpuk laporan yang harus aku tanda tangani. Dia sudah memilahnya. Ada yang tinggal tanda tangan, ada yang harus aku periksa dulu, dan ada yang urgent. Cara kerjanya bagus, membuat pekerjaanku semakin mudah. Aku seperti orang lumpuh kalau sekretarisku ini tidak masuk.Dia tersenyum.“Dari mulai fresh graduate sampai sekarang.”

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 611. Izin Kita

    Hati itu milik kita. Berada dalam tubuh kita sendiri, dan kitalah yang harus melindunginya dari apapun. Sedangkan kesenangan, kesedihan, itu adalah rasa yang ditimbulkan dari luar.Jadi, hati kita merasa sedih atau senang, tergantung dari izin kita. Apakah kita menerima atau mengabaikan hal yang menyebabkan rasa itu.*Aku dan Mas Suma tidak habis pikir dengan apa yang terjadi pada Pak Tiok. Di luar nalar dan di luar jangkauan pikiranku. Kenapa ada orang yang tega mengorbankan hati orang lain demi kebahagiannya.“Jadi suami Kalila itu sudah menjatuhkan talak tiga?” tanya Mas Suma.Pak Tiok tertawa miris. “Iya. Karenanya mereka membutuhkan aku supaya bisa menikah lagi.“Gila!” seru Mas Suma geram.Akupun demikian. Tanganku terkepal keras merasa tidak terima dengan perlakuan mereka. Terutama si wanita. Bisa-bisanya memperlakukan itu kepada orang yang menolongnya.Masih ingat aku bagaimana dia menangis karena korban penganiayaan si mantan suami. Dia sampai masuk ke rumah sakit dan yang m

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 610. Pendengar

    Sampai di rumah, aku benar-benar capek jiwa raga. Kepaku dibebani dengan pikiran tentang Pak Tiok. Bisa-bisanya ada orang seperti dia yang terus-menerus mengalami kegagalan dalam percintaan.Wajah rupawan, perawakan juga seperti foto model, karir pun tidak diragukan lagi. Namun, kenapa bisa dia mengalami hal seperti ini?“Mama istirahat saja dulu. Belanjaannya, biar Rima minta bantuan Bik Inah,” ucapnya sambil membawa belanjaan ke arah dapur. Rumah masih lengang. Mas Suma dan Wisnu pasti belum pulang. Begitu juga Amelia.Aku mengangguk menerima anjuran gadis itu. Dia tahu apa yang aku pikirkan. Sepanjang jalan aku mengomel dan membicarakan tetang Pak Tiok. Bagaimana perjalanan kisah mereka sampai menikah. Bagaimana Pak Tiok melindungi Kalika yang mendapat perlakukan tidak baik dari mantan suami.Sempat Rima tadi menyeletuk.“Laki-laki itu jangan-jangan mantannya Mbak tadi.”“Mama tidak tahu benar, Rima. Saat dia datang mengacau pernikahan, dia dalam keadaan mabok dengan penampilan yan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 609. Mengagetkan

    Kembali dari galeri, aku dan Rima tidak langsung pulang. Kami singgah di mall.“Tidak usah, Ma.”“Kenapa? Mama ingin membelikan kamu baju. Kepingin saja,” ucapku bersikukuh. Akhirnya kekasih Wisnu ini membelokkan mobil ke mall yang ternama di kota ini.“Kita kemana, Ma?” ucapnya berlari mensejajariku. Dia pasti heran, aku berjalan ke arah kebalikan dari tempat yang menjual pakaian.“Kita ke butik langganan kami. Aku akan mengukur kamu untuk data mereka,” jawabku terus berjalan. Sebenarnya bisa parkir di depan butik Claudia, tapi itu membuatku jauh dari tempat belanjaan yang menjadi tujuan utama.Pegawai yang berjaga langsung membukakan pintu, mereka tersenyum dengan tangan menangkup di depan. “Selamat datang, Nyonya Maharani.”Aku mengangguk, Rima yang di belakangku langsung mensejajari.“Hai, Bu Rani. Lama tidak kesini!” seru Claudia kemudian mengalihkan pandangan ke arah Rima.“Kenalkan ini Rima, calon mantu,” ucapku kemudian mendekat, “calonnya Wisnu.”Claudia langsung mengarahkan

DMCA.com Protection Status