Home / Romansa / Pembantu Rasa Nyonya / Bab 170. Pilih Mana?

Share

Bab 170. Pilih Mana?

Author: Astika Buana
last update Last Updated: 2022-10-15 09:46:39
Menghadapi teman lama yang dahulu pernah menaruh hati, harus ekstra menjaga sikap. Jangan terlihat terlalu menjaga jarak, yang bisa jadi menimbulkan kesan sombong. Namun, juga kesan seperti memberikan harapan, apalagi dengan status yang aku perkirakan dia seorang duda.

Percakapan santai kami, akhirnya dilanjutkan ke gedung pertemuan yang sudah mulai didatangi para pelaku pengrajin. Tidak banyak yang hadir dibandingkan jumlah data yang tadi dia sodornya.

“Sebenarnya ini bukan karena mereka tidak ingin maju, tetapi mereka enggan dengan pertemuan seperti ini.”

“Kenapa?”

“Mereka seperti mulai kehilangan harapan. Karena pertemuan seperti ini sering dilakukan tapi tidak ada ujung kejelasannya.”

“Memang sering dilakukan seperti ini?”

“Sering kalau dari pusat ada program. Ya aku tidak bisa menyalahkan mereka, sih. Karena pertemuan dari dinas hanya sekadar seperti ceramah saja tanpa bukti nyata. Yah, paling banter dari pusat mengucurkan bantuan cicilan ringan, kemudian mengadakan kunjunga
Astika Buana

Selamat membaca, semoga suka.

| 2
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Bieb
sukaaa...suka dengan karakter tokoh2nya...ditunggu karya baru lagi nya.
goodnovel comment avatar
Tari Emawan
kk thor emg hebat.
goodnovel comment avatar
Siti Masitoh
suka banget dgn ceritanya alhamdulillah banyak ilmu yg didapat utk kebahagiaan keluargaku...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 171. Kamu Tidak Kangen?

    “Apa karena aku? Kamu tidak nyaman dan menghindar seperti dulu? Sikapmu sama seperti saat aku menyelipkan surat itu?”Pertanyaannya menunjukkan apa yang terjadi pada kami dulu masih lekat di ingatan. Bisa jadi yang dulu itu bukan sekedar cinta monyet, apalagi saat aku kuliah dia sempat mencariku. Itu yang dia sampaikan sekilas. Dia juga menceritakan penyesalan kenapa dia tidak berupaya lebih untuk menemuiku.“Ah, itu masa lalu. Maaf, ya. Aku hanya mengungkapkan yang aku rasakan. Sesuatu yang tidak sempat tersampaikan dan diperjuangkan,” ungkapnya sambil merapikan berkas yang dia tunjukkan tentang data pengrajin.Untung saja, percakapan ini tidak dilanjutkan setelah kedatangan Wisnu yang tadi menemani Paklik Totok. Dia mengalihkan pembicaraaan teknis kunjungan bersama Wisnu. Aankku itu terlihat antusias, apalagi dia sebagai calon arsitek yang juga menyukai pekerjaan kreatif ini. Aku yakin, perbincanganku selama ini dengannya, dan seringnya dia mengobrol dengan Mas Suma menjadi amunisi

    Last Updated : 2022-10-15
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 172. Cemburu

    Di layar ponsel, terlihat wajah Mas Suma yang memberiku tatapan menyelidik. Aroma kecurigaan menguar dari sorot matanya. Kalau sudah seperti ini, aku tidak bisa menyembunyikan apapun darinya.“Tadi di sana aku juga bertemu teman SMP. Kebetulan dia yang bertanggung jawab pada pengusaha kecil di kampung,” jelasku, tetapi tidak merubah ekspresinya yang masih kaku.“Lalu?” ucapnya dengan masih terdengar nada datar.“Pertemuan tadi, aku hanya sharing pengalaman saja sama para pengrajin. Didampingi Wisnu, kok. Karena nantinya saat operasional, Wisnu yang terjun langsung. Termasuk kunjungan ke tempat-tempat pengrajin.”“Bersama teman SMPmu itu?”“Iya. Dia kan yang memang menangani itu. Hanya, aku tidak ikut berkeliling. Wisnu yang mewakili aku nantinya.”“Kenapa?”Aku membalas tatapan Mas Suma. Masih dengan sorot yang menandakan kecurigaan, dahinya pun masih berkerut.“Mas Suma cemburu?” ucapku berganti melempar pertanyaan, sambil menampilkan senyuman.Wajahnya yang tidak dihiasai senyuman,

    Last Updated : 2022-10-15
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 173. Meeting

    Rasa terkejutku belum mereda, sudah ada pesan yang masuk kembali. Secepatnya aku membuka pesan yang masuk, mungkin pesan lanjutan dari pengirim gelap itu. Ternyata pesan dari Mas Suma.[Ran, aku tidak bisa ke sana. Ada meeting penting dari penanam modal.][I Love You]Seketika otakku bergulir liar. Satu persatu peristiwa tergabung dengan penghubung sebab akibat. Pengalaman buruk saat perkawinanku yang pertama dengan Mas Bram, mencuat kembali. Dia pun dulu memberikan alasan yang sama, meeting bersama penanam modal.Kepercayaan penuh yang aku berikan kepada Mas Bram, justru berakhir dengan meeting yang menyebabkan si penanam modal berbadan dua. Yang gilanya lagi, aku baru mengetahuinya setelah mereka sudah menikah siri dan dikaruniai anak dua.Aku tidak mau menjadi wanita bodoh lagi seperti dulu. Laki-laki walaupun bersikap manis, tetapi bisa jadi di belakang berbuat yang tidak kita pikirkan. Begitu juga Mas Bram dulu. Sikap manisnya tidak berubah sama sekali, bahkan Wisnu pun tidak mer

    Last Updated : 2022-10-17
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 174. Berusaha

    Kepala ini terasa berat. Aku berusaha membuka mata dan mengingat apa yang terjadi.“Tuan! Tuan Kusuma sudah sadar?” ucap supir perusahaan langsung menghampiriku.Aku mengerjapkan mata dan berusaha mendudukkan diri. Pandangan aku edarkan ke sekeliling. Ini seperti di kamar. Iya, terakhir aku melakukan pertemuan dengan penanam modal. Apakah ini masih di hotel?“Tuan Kusuma pingsan. Tapi dari pihak hotel memberitahu saya di bawah. Saya juga bertemu dengan tamunya Tuan Kusuma,” jelasnya dengan masih menunjukkan wajah kawatir.Aku menyingkap selimut, berniat akan turun dari ranjang. Betapa terkejutnya aku melihat baju yang aku kenakan berantakan. Ikat pinggang terbuka dan kancing kemejapun terlepas.“Kok saya begini?” tanyaku sambil mengernyitkan dahi. Aku tidak mengerti, kenapa aku sampai pingsan?“Ta-tadi ada dokter yang memeriksa Tuan Kusuma. Bapak-bapak tadi memanggilnya untuk memeriksa keadaan Tuan. A-apa ada yang hilang, Tuan? Dompet atau handphone?” tanyanya dengan menunjukkan wajah

    Last Updated : 2022-10-17
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 175. Jijik!

    “Ran, kamu pasti terkejut dengan kedatanganku, kan? Kangen, ya?”Mas Suma menunjukkan senyuman, dan melakukan gerakan yang akan meraih pinggang ini. Aku segera menjauh dengan menutup gerbang, mengelak pada kebiasaan dia yang mencium kening ini.Huuft!Seberapa kuat aku mencoba menerima, tapi membayangkan dia sudah menyentuh wanita lain….“Masuk, Mas. Pasti belum makan pagi, kan?” ucapku kemudian melangkahkan kaki mendahuluinya.Sekilas aku melihat tatapan keheranan. Sesekali aku mengembuskan napas, tidak memedulikaan apa yang dia pikirkan. Toh, aku tidak mencecarnya dengan pertanyaan apapun. Aku hanya minta waktu untuk berusaha menerima bahwa suamiku tidak lebih seperti lelaki di luar sana.Aku menyibukkan diri dengan menyiapkan makanan untuknya. Ini lebih baik daripada berhadapan dengannya, dan membuat hati ini semakin sakit.Masih jelas diingatan. Setiap detail foto aku amati tadi malam, untuk meyakinkan itu adalah Mas Suma. Berkali-kali aku zoom untuk mencari celah kalau itu foto

    Last Updated : 2022-10-17
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 176. Kamu Ketahuan, Mas!

    Tubuh ini luruh ke lantai. Tak kuasa menahan sesak di dada, dan air mata pun berderai. Aku bagaikan daun kering yang tanpa tenaga dan hanya bisa terkulai. Tidak kuhiraukan gedoran pintu dan panggilan dari Mas Suma. Niatku untuk memendam rasa sakit seperti wanita kuat di luar sana, gagal. Saat dia menyentuhku, di dalam kepala ini seperti berputar film kebersamaan dia dengan wanita itu. Diri ini tidak kuat membayangkan mereka saling berpagut, dan berbagi peluh di dalam lautan gairah. Sungguh, aku menyerah dan kembali pada ketidakrelaan. Perlahan aku membuka pintu kamar mandi. Mengedarkan kesekeliling dan tidak aku dapati sosok suamiku. Mungkin dia sudah lelah, atau sudah bosan menghadapi wanita tua sepertiku. Toh, yang masih muda siap sedia melebarkan tangan dan kaki untuknya.\ “Ran, kamu kenapa, sih?!” suara Mas Suma setelah pintu kamar terbuka. Aku menoleh sekilas dan kembali membuang pandangan ke arah lain. Tidak kupedulikan raut wajahnya yang mengetat. Biarlah dia semarah-marahn

    Last Updated : 2022-10-18
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 177. Terserah

    “Kamar hotel..,” gumam Mas Suma lirih. “Iya, kamar hotel. Sekarang Mas Suma ingat, kan?” sahutku dengan melempar senyuman sinis. Pasti ingat, lah. Bagaimana rasanya pun pasti masih lekat di ingatan. Melihat dia yang terdiam termangu, aku semakin yakin kalau sekarang Mas Suma berpikir keras untuk mengingkarinya. Secepatnya aku beranjak dari duduk. Berlama-lama dengan penghianatan membuatku semakin mual. “Ran, tunggu!” ucapnya sembari mencekal tangan ini, dan aku pun terduduk kembali. “Apalagi sih, Mas?! Semua sudah jelas sekarang. Biarkan aku sendiri. Tenang saja, aku akan diam dan tidak membuat masalah yang menyebabkan nilai saham perusahaan turun. Aku bukan wanita yang ‘doyan’ dengan harta ataupun skandal!” seruku memberikan tatapan kebencian. “Tunggu sebentar. Darimana kamu mendapat cerita konyol ini? Aku tidak pernah melakukan seperti yang kamu tuduhkan!” ucapnya bersikukuh dengan tatapan terlihat serius. “Jawab, Ran. Darimana kamu tahu hal seperti itu!” Wajah dan tatapan Mas

    Last Updated : 2022-10-18
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 178. Aku Perlu Waktu

    Kukerjapkan mata berkali-kali mencoba mempercayai apa yang aku lihat. Mas Suma terkulai lemas didalam gulungan berwarna hitam kecoklatan. Matanya terpejam dengan kepala mendongak ke atas. Wajahnya meringis seakan menahan rasa sakit.Aku mengernyitkan dahi dan menajamkan penglihatanku. Gulungan itu bergerak dan terlihat kepala menyeringai ke arahku. Kepala dengan rambut berwarna merah, mendesis dan matanya menyorot tajam. Sontak aku terkejut dan menjerit, sekilas aku melihat Mas Suma yang tersengal-sengal.Tidak! Ini tidak boleh terjadi pada suamiku. Makhluk apa ini? Manusia bukan, ular pun bukan. Segera aku mencari senjata dan menyerangnya dengan menepis rasa takut. Yang ada di pikiranku hanya keselamatan Mas Suma. Bagaimana anak-anak kalau Mas Suma celaka? Aku tidak mau kedua balitaku kehilangan sosok ayah.Dengan menyingsingkan lengan baju, aku meraih tongkat dan menghujam tepat ke mulutnya yang sedang menyeringai. Seketika lilitannya melonggar, dan secepatnya aku menarik tangan Ma

    Last Updated : 2022-10-18

Latest chapter

  • Pembantu Rasa Nyonya   Extra Part

    POV Nyonya Besar "Jeng Sastro, bajuku gimana? Ini kok kayaknya miring, ya? Aku kok tidak pede." Ibunya Rani itu menoleh dan tersenyum, kemudian menunjukkan jempol tangannya. "Sudah bagus." Huft! Ibu dan anak memang sama, selalu santai kalau masalah penampilan. Aku kan harus perfekto dalam segala hal. La kalau difoto wartawan, terus dicetak sejuta exsemplar terus bajuku miring, saksakan rambutku mencong, kan tidak asyik. Aku melambaikan tangan ke Anita, memberi kode untuk membawa cermin ke kecil ke arahku. Dia ini memang sekretarisku yang jempolan. Sigap di segala suasana. Dia mendekat, kemudian menghadap ke arahku dengan cermin diletakkan di perutnya. Ini triknya, supaya orang lain tidak melihat aku lagi cek penampilan. Sekarang itu banyak nitizen yang usil. Orang ngupil difoto, bibirnya lagi mencong dijepret, terus diviralkan dan itu justru membanggakan. Menggumbar aib orang. Zaman sekarang itu konsep pikiran orang kok melenceng jauh, ya. "Sudah cetar?" tanyaku memastikan yan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 616. Ending

    Acara sudah tiba. Memang sangaja kami mengambil waktu pagi hari. Selain ini menyegarkan, ini juga tidak mengganggu kedua balitaku. Denish dan Anind. Pagi-pagi team perias sudah sampai. Satu persatu kami dirias, terlebih aku dikhususkan. “Jangan berlebihan make-upnya. Saya ingin natural dan terlihat segar.” “Siap, Nyonya Rani.” Claudia sibuk sana-sini memastikan team yang dia bawa bekerja dengan benar. Dia juga menfokuskan kepada diriku. “Artisnya sekarang ya Bu Rani dan Tuan Kusuma. Jadi harus maksimal,” ucapnya sambil membenahi gaun yang aku pakai. Gaun yang aku gunakan terlihat elegan. Berwarna putih tulang dengan aksen rajutan woll yang menunjukkan kehangatan. Yang membuatku puas, dia menyelipkan permata berkilau di sela-sela rajutan. Ini yang membuat terlihat mewah. Aku mengenakan kerudung warna hitam, dengan aksen senada di bagaian belakang. Keseluruhan, aku sangat puas. Jangan ditanya Mas Suma penampilannya seperti apa, dia seperti pangeran yang baru keluar dari istana. Ku

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 615. Anak-Anak

    Ingin aku mengabaikan apa isi kepalaku, tetapi bisikan-bisikan semakin riuh di kedua telinga ini. Kecurigaan mencuat begitu saja. Bisa saja mereka ada hubungan kembali. Cinta bersemi kembali dengan mantan. Cerita itu sering ada di sekitar kita. Semakin aku memusatkan pikiran untuk tidur, semakin nyaring tuduhan gila yang berjubal di kepala ini. Huft! Aku duduk tegak dan beranjak untuk minum air putih. Mungkin dengan ini, bisa membuatku tenang. Tapi, aku tetap gelisah. Daripada penasaran, lebih baik aku mengintip ada yang dilakukan Mas Suma di ruangan sebelah. Dengan berjingkat, aku keluar dari pintu belakang dan menuju ruang baca. Lamat-lamat terdengar suara Mas Suma. Sip! Dia load speaker. Suara teman dia bicara terdengar juga. Jadi aku bisa tahu apa yang dikatakan Dewi. Tunggu sebentar! Kenapa suaranya bukan perempuan? Tetapi terdengar seperti laki-laki. “Aku tidak mau tahu. Kamu harus melakukan itu untukku,” ucap Mas Suma. Kemudian terdengar suara lelaki satunya. “Tapi, Tu

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 614. Pesan Menyebalkan

    Bab 615.Aku bingung. Sungguh-sungguh bingung. Di depanku terhampar pilihan kain yang cantik-cantik. Dari pilihan bahan sampai pilihan warna. Mana yang aku pilih?“Ini untuk tahun ke berapa, Bu Rani?” tanya Claudia“Baru ke tujuh. Sebenarnya saya juga belum ingin merayakan. Tapi tahu kan, kalau Tuan Kusuma mempunyai niat?” Wanita cantik tersenyum sambil mengangguk. Dia pasti lebih mengerti bangaimana keluarga Adijaya sebenarnya. Termasuk Nyonya Besar.Pertanyaan Claudia memantik ide di kepalaku. Woll itu kan berwarna putih, jadi …. Sip!“Aku pilih warna putih. Nuansa putih yang dipadukan dengan bahan woll,” ucapku dengan mata menjelajah. Claudia bergerak sigap. Dia menyingkirkan semua selain berwarna putih. Ini membuatku mudah.Tangan Claudia mulai bergerak lincah menggambar apa yang aku inginkan. Bukan keinginan bentuknya, tetapi keinginanku pada pernikahan ini. Yang membuatku suka, dia merancang baju dengan filosofi di dalamnya. Semua ada artinya.“Keluarga besar menggunakan pilihan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 613. Persiapan

    “Berhasil?” tanya Maharani menyambutku.“Desi?”“Iya.”“Sangat-sangat berhasil. Dia juga titip salam untuk dirimu yang sudah memberikan ide ini,” ucapku sambil merangkul istriku.Kami masuk ke dalam rumah yang terasa lengang. Rima sudah kembali, begitu juga Amelia kembali ke apartemennya.“Anind dan Denish?”“Sudah tidur. Ini sudah malam,” ucapnya sambil menunjuk jam dinding yang menunjuk angka sembilan.“Wisnu masih lembur?”“Iya. Biarkan dia lagi semangat-semangatnya,” ucap Maharani melangkah mengikutiku.Aku langsung ke kamar mandi. Membersihkan badan dengan menggunakan air hangat. Badanku segar kembali.“Wisnu sudah mendatangkan teman-temannya. Jadi dia tidak merasa muda sendiri. Tapi Wisnu cepet adaptasi, lo. Aku juga memberikan team yang terbaik. Siapa nama teman-temannya? Aku kok tidak ingat. Padahal aku belum terlalu tua.”Ucapanku memantik tawa Maharani. Dia menyodorkan piayama tidur untuk aku kenakan.“Mereka itu teman-teman dekatnya Wisnu. Ada Lisa yang diletakkan di admini

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 612. Desi Pegawai Teladan

    Orang single tidak akan mati karena jomlo, tetapi banyak orang tersiksa karena hidup dengan orang yang salah. Itu yang dikatakan Tiok kepadaku. Dia sudah menentukan pilihan, dan aku tidak akan mempertanyakannya lagi. Katanya, surat cerai dalam masa pengurusan dan tinggal menunggu surat resmi dari pengadilan agama. Sekarang, permasalahan Tiok sudah selesai. Dia tinggal pemulihan saja.****Rezeki itu tidak melulu berupa materi. Adanya keluarga, itu rezeki. Begitu juga sahabat yang kita miliki. Ada lagi yang aku syukuri tidak henti-henti, karyawan yang setia. Seperti Desi, pegawai teladan.“Desi. Berapa lama kamu kerja di sini?”Aku bertanya saat dia memberiku setumpuk laporan yang harus aku tanda tangani. Dia sudah memilahnya. Ada yang tinggal tanda tangan, ada yang harus aku periksa dulu, dan ada yang urgent. Cara kerjanya bagus, membuat pekerjaanku semakin mudah. Aku seperti orang lumpuh kalau sekretarisku ini tidak masuk.Dia tersenyum.“Dari mulai fresh graduate sampai sekarang.”

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 611. Izin Kita

    Hati itu milik kita. Berada dalam tubuh kita sendiri, dan kitalah yang harus melindunginya dari apapun. Sedangkan kesenangan, kesedihan, itu adalah rasa yang ditimbulkan dari luar.Jadi, hati kita merasa sedih atau senang, tergantung dari izin kita. Apakah kita menerima atau mengabaikan hal yang menyebabkan rasa itu.*Aku dan Mas Suma tidak habis pikir dengan apa yang terjadi pada Pak Tiok. Di luar nalar dan di luar jangkauan pikiranku. Kenapa ada orang yang tega mengorbankan hati orang lain demi kebahagiannya.“Jadi suami Kalila itu sudah menjatuhkan talak tiga?” tanya Mas Suma.Pak Tiok tertawa miris. “Iya. Karenanya mereka membutuhkan aku supaya bisa menikah lagi.“Gila!” seru Mas Suma geram.Akupun demikian. Tanganku terkepal keras merasa tidak terima dengan perlakuan mereka. Terutama si wanita. Bisa-bisanya memperlakukan itu kepada orang yang menolongnya.Masih ingat aku bagaimana dia menangis karena korban penganiayaan si mantan suami. Dia sampai masuk ke rumah sakit dan yang m

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 610. Pendengar

    Sampai di rumah, aku benar-benar capek jiwa raga. Kepaku dibebani dengan pikiran tentang Pak Tiok. Bisa-bisanya ada orang seperti dia yang terus-menerus mengalami kegagalan dalam percintaan.Wajah rupawan, perawakan juga seperti foto model, karir pun tidak diragukan lagi. Namun, kenapa bisa dia mengalami hal seperti ini?“Mama istirahat saja dulu. Belanjaannya, biar Rima minta bantuan Bik Inah,” ucapnya sambil membawa belanjaan ke arah dapur. Rumah masih lengang. Mas Suma dan Wisnu pasti belum pulang. Begitu juga Amelia.Aku mengangguk menerima anjuran gadis itu. Dia tahu apa yang aku pikirkan. Sepanjang jalan aku mengomel dan membicarakan tetang Pak Tiok. Bagaimana perjalanan kisah mereka sampai menikah. Bagaimana Pak Tiok melindungi Kalika yang mendapat perlakukan tidak baik dari mantan suami.Sempat Rima tadi menyeletuk.“Laki-laki itu jangan-jangan mantannya Mbak tadi.”“Mama tidak tahu benar, Rima. Saat dia datang mengacau pernikahan, dia dalam keadaan mabok dengan penampilan yan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 609. Mengagetkan

    Kembali dari galeri, aku dan Rima tidak langsung pulang. Kami singgah di mall.“Tidak usah, Ma.”“Kenapa? Mama ingin membelikan kamu baju. Kepingin saja,” ucapku bersikukuh. Akhirnya kekasih Wisnu ini membelokkan mobil ke mall yang ternama di kota ini.“Kita kemana, Ma?” ucapnya berlari mensejajariku. Dia pasti heran, aku berjalan ke arah kebalikan dari tempat yang menjual pakaian.“Kita ke butik langganan kami. Aku akan mengukur kamu untuk data mereka,” jawabku terus berjalan. Sebenarnya bisa parkir di depan butik Claudia, tapi itu membuatku jauh dari tempat belanjaan yang menjadi tujuan utama.Pegawai yang berjaga langsung membukakan pintu, mereka tersenyum dengan tangan menangkup di depan. “Selamat datang, Nyonya Maharani.”Aku mengangguk, Rima yang di belakangku langsung mensejajari.“Hai, Bu Rani. Lama tidak kesini!” seru Claudia kemudian mengalihkan pandangan ke arah Rima.“Kenalkan ini Rima, calon mantu,” ucapku kemudian mendekat, “calonnya Wisnu.”Claudia langsung mengarahkan

DMCA.com Protection Status