Share

120. Ini Rumah Siapa

Penulis: Mkarmila
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-30 23:55:01

Nia mengeram kesal. Bagaimana tidak, Bara berbuat sesuka hatinya sendiri tanpa meminta persetujuannya dahulu.

“Harusnya kamu tanya dulu sama aku, Mas!” ucapnya menahan emosi. “ Bukan seperti ini, itu sama aja kamu melakukan penculikan sama kita berdua.”

Sudut bibir Bara tertarik ke atas sedikit membentuk seringai. “Gimana ceritanya aku nyulik anakku sendiri, hah?”

“Iya, tapi selama ini itu Bima tinggalnya sama aku dan di rumah aku, paham gak sih, Mas!” suara Nia malah terdengar manja di telinga Bara hingga pria itu merasa gemas ingin menarik dan memeluknya. Bukannya meminta maaf, Bara malah membuat kesal Nia. Bima sedang tidur makanya Nia tidak berani keras-keras bersuara.

“Ya, karena sekarang sudah ada aku Papanya jadi dia bisa ke sana kemari kan?” Tetap saja Bara tidak mau disalahkan karena telah membawa putra dan mantan istrinya itu ke rumah. “Jadi aku gak perlu minta ijin sama kamu, karena aku juga punya hak atas Bima!”

Nia yang semula berbicara di kamar, ia beranjak pergi. Melan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   121. Yang Penting Itu

    “Tuh, kan kamu bikin aku kesel lagi!” desis Nia menahan kesal pada Bara. Menghadapi Bara yang semaunya sendiri membuat kekesalan dalam diri Nia semakin bertambah. “Kalau semalam kamu antar aku pulang kan gak sampai telat begini, Mas!”“Kalau aku sampai dipecat sama rumah sakit itu semua gara-gara kamu!” lanjut Nia mengomeli Bara.Di situasi seperti ini adalah keuntungan buat Bara karena waktu bersama dengan wanita itu lebih banyak daripada biasanya. Sebenarnya pria itu sudah bangun pagi-pagi sekali. Demi untuk bisa mendapatkan waktu yang lebih banyak saat memandangi wajah ayu mantan istrinya itu, ia sengaja tidak membangunkan Nia. Padahal mereka harus segera berangkat ke rumah sakit.“Sabar, Sayang!” ucap Bara santai, padahal ia juga tengah gelisah kalau saja sepupunya itu tahu bahwa ia dan Nia terlambat pasti pria arogan, Dirut rumah sakit itu akan mengambil tindakan tegas. Ah, Bara tidak akan kaget kalau nanti Andra akan memberi SP atau bisa jadi memecatnya. “Kamu tenang saja, kita

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-31
  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   122. Membahayakan

    Sampai di rumah Nia. Wanita itu langsung bergegas menuju kamar untuk mengganti baju karena tadi di rumah Bara sudah mandi. Sedangkan Bara membantu Bima untuk berganti baju. Mungkin lain kali Bara akan menyiapkan baju-baju Bima dan Nia saat mereka menginap dirumahnya.Beberapa menit berlalu, Bara masih dengan sabar menunggu Nia menyelesaikan aktifitasnya di kamar. Tapi selama itu pula Nia belum muncul dihadapannya. Bara mulai gelisah.“Sabar ya, maklum wanita lama dandannya!” celetuk Maria yang melihat kegelisahan mantan menantunya itu sedang menunggu.Bara tersenyum tidak enak, harusnya ia tidak memperlihatkan hal itu di depan Maria. Tetapi sejak lima menit yang lalu ia menerima panggilan dari poli UGD bahwa ada pasien kecelakaan beruntun dan sedang butuh penanganan segera. Harusnya Bara bertindak cepat mengingat profesinya seorang Dokter. Jika dibutuhkan harus segera datang.“Kamu gak sarapan dulu, Mas!”Bara merasa lega akhirnya Nia datang. Pria itu mengeleng. “Gak nutut.”“Kamu bil

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-31
  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   123. Tentu Saja

    “Tin, kamu kenapa?” teriak Nia panik ketika mendengar suara aneh lalu setelahnya sambunganpun mati.Nia mencoba menelponpun tidak bisa karena sudah tidak aktif. “Ada apa denganmu, Tin” gumam Nia mendadak perasaannya tidak tenang.“Nia!” Bara tiba-tiba datang dan mengagetkan Nia. Tanpa menatap Nia karena ia sedang meneliti berkas pasien di tangannya lalu berikutnya memberikan pada seorang suster. “Ayo, makan. Mumpung gak ada pasien, kalau rame kita nanti gak bisa makan!” lanjutnya setelah berkas ditangan sudah berpindah ke suster.Bara sudah melangkah lebih dulu, biasanya Nia akan mengikutinya tapi kali ini berbeda. Hingga ia menoleh ke belakang dan mendapati Nia sedang terpaku dengan gelisah.“Nia, ada apa?” tanya Bara lirih dan Nia hanya mendengar dengan gerakan bibir.Nia langsung berjalan mendekati Bara. “Dokter makan dulu aja, saya nanti saja!”“Kenapa?”“Ehm, Tina tadi telepon terus aku denger ada suara … seperti … ah, seperti suara ….” Nia binggung menjelaskan suara apa itu tapi

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-01
  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   124. Ada Apa Dengan Aldo

    “Apakah Anda suami pasien?”Bara melontarkan pertanyaan pada seorang pria yang baru saja ditemui ketika ia membuka pintu ruang perawatan UGD. Berdasarkan informasi dari suster, pria ini yang bertanggung jawab pada gadis yang bernama Tina. Gadis itu juga merupakan yang diketahui sebagai sabahat Nia.Pria yang belum diketahui namanya itu, mengeleng pelan. “Bukan! Nama saya, Alvian,” Pria itu mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan Bara. Setelah melepaskan ia melanjutkan ucapannya. “Saya hanya yang bertanggung jawab atas kecelakaan yang menimpanya saja karena saat itu mobil saya yang menabraknya.”Bara mengangguk paham. Tetapi gadis itu sedang hamil lalu siapakah suaminya. Ia memang belum ada pembicaraan lagi dengan Nia. Mantan istrinya itu masih terpukul dengan kondisi Tina dan belum bisa diajak bicara.“Oh, seperti itu,” jawab Bara, meskipun begitu ia bersyukur jika di jaman seperti ini masih ada orang yang bersedia bertanggung jawab. Kebanyakan kasus, mereka melarikan diri, toh tid

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-02
  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   125. Hamil Anak Aldo

    “Mas, ikut aku deh!” Mengabaikan sikap formalnya, Nia menarik pergelangan tangan pria itu lalu membawanya keluar ruangan dan sebelumnya melirik canggung pada Tina, menyisahkan gadis itu sendirian. “Kenapa?” Mereka berdua sekarang sedang berdiri berhadapan tak jauh dari kamar inap Tina. Kedua tangan Bara dilipat di depan dada dengan tatapan mata tidak suka pada Nia karena menyebut nama pria yang menjadi saingannya. Meski hubungan mereka berdua masih belum ada perubahan ke jenjang yang lebih baik tetapi Bara akan posesif ketika mendengar hal yang tidak disukainya. Nia mengerjap kemudian mengambil napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Ia tidak ingin Bara tahu aib sahabatnya itu. Sebisa mungkin ia akan tutupi masalah Tina. “Gak ada! Dan jangan kepo!” jawab Nia seraya meninggalkan Bara. Pria itu hampir saja mengumpat kalau saja tidak ada Alvian yang tiba-tiba datang dan menghampirinya. Alvian memang akan datang untuk melihat keadaan Tina. “Siang, Dok?” sapanya kemudian mengang

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-04
  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   126. Jangan Kepo

    “Hamil? Anak Aldo?”Bara dan Nia tersentak ketika mendapati Alvian sudah berdiri tidak jauh dari tempatnya dalam wajah kebinggungan.“Bang!”Kali ini Bara yang melebarkan bola matanya, menatap tidak suka pada Nia karena memanggil Alvian dengan sebutan yang tak biasa. Sebagai seorang suster, harusnya Nia bisa lebih sopan jika berucap.Nia mengabaikan tatapan mantan suaminya itu. Ia bergerak maju dan mendekati Alvian yang masih terpaku dengan kebinggungan.“Bisa cari tempat untuk kita bicara, Bang?” Nia merasa harus menjelaskan pada Kakak Aldo itu agar tidak berpikiran buruk pada Tina saja tetapi juga pada Aldo. Meskipun sejujurnya dalam hal ini Tina juga salah. Mau-mau saja melakukan hubungan diluar kewajaran walaupun berkedok kata cinta yang pada akhirnya ia ditinggalkan.Alvian terlanjur sudah mengetahui keburukan sang Adik, jadi sekalian saja ia menyetujui ajakan Nia. Hubungannya dengan Aldo memang tidak terlalu dekat, daripada ia bertanya pada Aldo yang pastinya tidak akan diberita

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-05
  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   127. Menemui Aldo

    Pria itu menghentikan mobilnya di salah satu taman bermain, tempat yang sesuai dengan yang dikatakan di pesan Aldo. Langsung memarkirkannya di area yang aman. Tujuannya ingin menemui Aldo meski pesan itu ditujukan untuk Nia. Ia tidak rela saja kalau sampai Nia yang datang.Bara memang tidak mengenal sosok Aldo secara dekat tapi dari kejauhan Bara bisa menilai sikap Aldo yang sangat menyayangi Bima. Akan tetapi, sejujurnya ia tidak rela kalau Bima bersama dengan orang lain yang tampak sangat bahagia seperti itu. Bara melihat Aldo mengantar Bimadi salah satu wahana yang aman untuk anak seusia Bima. Kemudian setelah berbicara sebentar, Bima berlari menuju wahana tersebut. Putranya itu mengembangkan senyum sembari melambaikan tangan ke arah Aldo.“Apa yang anda lakukan dengan anak saya?” suara Bara yang sudah berada di dekat Aldo. “Mau menculik Bima dan menjadikan sandera, hah?” tuduh Bara.Padahal pria itu tengah memberikan kebahagiaan lain pada Bima atas batalnya rencana berenang tempo

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-09
  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   128. Jangan Ulangi

    “Sus, Dokter Bara di mana?” tanya Nia ketika berpapasan dengan salah satu suster di poli UGD.Sejak kembali dari berbicara dengan Alvian, Nia tidak melihat keberadaan pria itu. Entah ada apa dengannya tiba-tiba ada rasa khawatir jika tidak bertemu, padahal mereka selalu tidak akur jika sedang bersama.“Oh, tadi bilangnya mau keluar sebentar karena ada urusan yang harus di selesaikan.”Nia mengerutkan keningnya seolah sedang berpikir masalah apa yang harus pria itu selesaikan hingga sanggup meninggalkan pekerjaannya.Di tengah Nia berpikir, seorang suster tadi mendekat dan menepuk pelan bahu Nia untuk menyadarkan dari lamunan. “Tadi Dokter Bara juga terlihat cemas sekali, bahkan beliau masih mengenakan jas putihnya saking keburunya.”Nia makin penasaran apa masalah yang menimpa mantan ssuaminya itu, ia sengaja mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan dan tidak ada pasien yang datang. “Gak ada pasien ya, aku coba hubungin Dokter deh.”“Kamu khawatir ya? Memangnya kamu ada hubungan ya

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-09

Bab terbaru

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   146. Bhalendra Al Ghifari

    Pyar!Aldo berlari kencang ketika suara benda jatuh seperti pecahan kaca terdengar pada indera pendengarannya ketika ia baru saja masuk ke dalam kamar. Pikirnya sesuatu telah terjadi pada istri dan anaknya.“Hun …!”Tina menoleh pada suara seseorang yang memanggilnya dengan lembut.“Mas, kamu koq sudah pulang?”Mengabaikan ucapan sang istri, Aldo mendekat dengan wajah panik. Kemudian menatap sekitarnya dan mendapati sang anak sedang tertidur pulas di atas tempat tidurnya. Tetapi mendapati pigura foto istrinya dengan sahabatnya ada di lantai. Dari situ Aldo paham kalau yang jatuh tadi pigura tersebut.“Kamu kenapa?” tanya Aldo setelah menatap sekilas wajah wanita masa lalunya yang sudah tidak ada lagi di hatinya sekarang.Tina tidak paham ucapan Aldo sampai ia melihat manik Aldo yang melirik pigura tersebut.“Oh, tadi aku gak sengaja menjatuhkannya,” jawab Tina. “Ah, maaf ya, kamu khawatir ya?” Wanita itu beranjak berdiri dan hendak memungguti pecahan kaca tersebut.Aldo menahan tangan

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   145. Kontraksi Palsu

    “Sayang,” sapaan itu masuk berbarengan dengan pintu kamar terbuka dan menampilkan sesosok pria yang selalu Nia rindukan. Siapa lagi kalau bukan Bara, sang suami.Setelah beraktifitas seharian di rumah sakit, ia selalu bersiap untuk pulang ke rumah lebih cepat untuk menemui istri tercintanya.Ya, Nia telah membuat keputusan untuk berhenti bekerja. Nia ingin fokus menjadi ibu rumah tangga daan mengurus bayinya sendiri. Menjadi kebanggaan tersendiri ketika ia bisa mengurus keluarganya sendiri bukan ditangan seorang ART.Toh, uang Bara masih sanggup membiayai hidupnya dengan anak-anak mereka. Jadi untk maasalah keuangan Nia yakin sejauh ini tidak ada yang perlu dikhawatirkan.“Mas …!”Nia merentangkan kedua tangannya, bersiap memeluk suaminya itu. Tanpa ragu pria itu merangkak naik dan ikut berbaring di sebelah Nia. Memeluk wanita itu dari samping dan melabuhkan kecupan-kecupan di keningnya.Sekarang usia kandungan Nia sudah mendekati HPL.“Kenapa gak bangun, hmm?” tanya Bara setelah meng

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   144. Bye, Papa

    “Gak kerja?”Nia mendengus sambil menatap kesal pada sang suami ketika pria itu keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggangnya. Berjalan menuju tempat tidur untuk mendekati istrinya yang duduk bersandar di tepi tempat tidur.Kalau bukan karena kejujuran Bara kemarin mungkin Nia akan dengan senang hati berangkat kerja hari ini. Tetapi saat ini sepertinya ia belum bisa berhadapan langsung dengan penghuni rumah sakit yang pastinya akan memberondong dengan banyak pertanyaan.“Kalau saja kamu gak bil-”Ucapan Nia terhenti karena Bara mencuri kecupan pada bibir wanita itu. “Semalam sudah dibahas jadi gak perlu diulang lagi!”Semalam memang membahas tentang bagaimana Nia akan menjawab seputar hubungannya dengan Bara dan mereka berdua setuju dengan keputusan yang dibuat, cuman Nia merasa tidak yakin dengan itu.“Mas!” hardik Nia sambil memukul keras dada sang suami karena Bara kembali mencuri ciuman saat Nia akan melempar sanggahan. “Kamu tuh, bisa diem gak? Jangan sentuh-sentu

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   143. Menjaga Miliknya

    “Dokter Bara, Suster Nia pingsan di cafetaria. Saya binggung harus memberitahu siapa, mungkin Dokter bisa membantu saya karena dulu kan Suster Nia adalah asisten, Dokter.”Bara tersentak kaget mendengar serentetan kata dari salah seorang suster yang bertugas di poli UGD.“Koq bisa?” Pria itu beranjak berdiri dari meja kerjanya kemudian menghampiri Suster tersebut. Sekarang Bara sudah tidak lagi bertugas di poli UGD karena ia sudah pindah ke poli Jantung sesuai dengan spesialisnya, sedangkan Nia masih tetap menghuni poli UGD. “Sekarang masih di cafetaria?”Belum juga mendapat jawaban Dokter spesialis Jantung itu berjalan lebih dulu namun langkahnya terhenti ketika Suster tersebut menyebutkan tempat yang lain dari yang tadi.“Sekarang sudah di UGD, Dok.”Bara pada akhirnya memutar haluan untuk menuju poli UGD, karena poli tersebut berbeda arah dengan jalan yang sudah dilalui tadi.Sampai di poli UGD.Bara langsung masuk begitu saja sembari bertanya pada Dokter yang ada di sana. “Dimana

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   142. Perlakuan Manis

    “Mas, Tina sudah melahirkan. Aku boleh jeguk kan?”Satu pertanyaan Nia berhasil mengusik konsentrasi sang suami. Pria itu sedang serius menatap layar laptop untuk membaca riwayat kesehatan pasien-pasiennya yang hendak dioperasi.“Tanya dulu apa suaminya itu ada atau tidak! Aku gak mau kamu ketemu dengan pria itu.”Bara memang sudah antipati dengan yang namanya Aldo. Ia hanya sedang menjaga miliknya agar tetap berada di batasnya.Nia mendesis kesal, suaminya itu kalau sudah cemburu seperti itu membuatnya tidak bebas. Tetapi paham juga kekhawatiran Bara. Beruntung Bara tidak tahu kalau Aldo saat itu pernah mengatakan kalau masih mencintainya. Kalau tahu, mungkin pria itu sudah melarang sepenuhnya berhubungan dengan Tina.“Ish … terus kalau Aldo di rumah suruh pergi gitu?”“Sekarang sudah di rumah?” tanya Bara memastikan.“Eh, gak tahu ya. Tina cuman bilang kalau dia sudah melahirkan, bayinya perempuan, cantik kayak dirinya,” sahut Nia tanpa mengalihkan tatapannya dari layar ponsel. “Ben

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   141. Bantu Aku

    Enam bulan kemudian.Tepat pukul satu siang, Tina melahirkan anak pertamanya. Bayi berjenis kelamin perempuan itu tampak cantik sekali, perpaduan wajah Tina dan Aldo. Suara tangisnya terdengar keras sekali di ruangan persalinan. Wajah Aldo juga terlihat lega setelah menemani sang istri yang masih lemas itu.Aldo mengambil alih untuk mengumandangkan adzan di telinga putri kecilnya itu. Rasa haru dan takjub menyelimuti pria itu. Tidak menyangka ada anak yang akan memanggilnya dengan sebutan Papa di hidupnya.Beberapa menit berlalu. Pria itu menyandarkan bayi mungilnya di dada dan ia dapat merasakan hangat nafas bayi tersebut. Selama ini ia hanya mengenal Bima saja dan ketika melihat putrinya ini Aldo lebih sangat bahagia.Sedangkan, Tina sendiri hanya melihat dengan bibir yang sedikit tertarik antara bahagia dan sedih. Bahagia karena anaknya sudah lahir ke dunia, sedih karena belum ada perubahan yang lebih baik, hubungannya dengan sang suami.Meski cinta belum hadir di hati suaminya itu

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   140. Memintanya Lagi

    “Wah, cucu Oma sudah pulang ya? Gimana acaranya seru gak?”Suara Maria sudah terdengar ketika Bara membuka pintu dengan mengendong Bima yang sudah tertidur pulas. Kebetulan hari ini akhir Minggu dan waktunya berlibur ke rumah Maria.“Eh, Bima tidur ya?” Maria melanjutkan bertanya.“Iya, Bun,” jawab Bara singkat. Suasana hatinya masih buruk sejak melihat Aldo mengenggam tangan istrinya. “Maaf, Bunda. Bima boleh tidur sama Bunda gak?”Tanpa bertanyapun, Maria setuju saja. Lagian dengan adanya Bima dia jadi tidak sendirian tidurnya.“Boleh dong, ya sudah cepat bawa ke kamar Bunda!” pinta Maria pada Bara.Kaki panjang Bara melangkah menuju kamar sang mertua. Tidak lama Nia datang dan melihat Bara yang berjalan tidak ke kamar mereka.“Lho, Bima mau dibawa ke mana, Mas?” teriaknya. Namun, Bara tidak peduli pertanyaan wanita itu. Sedangkan Maria yang sudah berjalan di depan Bara tidak mendengar ucapan putrinya itu.Kesal, lagi-lagi Bara melakukan tindakan tanpa memberitahukannya. Nia berjala

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   139. Sekali Kamu Melangkah

    “Om Ayah!”Teriakan bocah yang mengema itu membuat Aldo tersentak kaget. Bukannya tidak suka tapi ia tidak akan menyangka kalau dipertemukan lagi dengan Bima setelah semua masalah diantara dirinya dengan Nia. Bima, bocah yang ia sayangi dan sudah dia anggap seperti anak kandungnya sendiri.Manik Aldo menyiratkan kebahagiaan. Pria itu seketika berjongkok dan merentangkan kedua tangannya ke samping agar bocah tersebut masuk ke dalam dekapannya. Benar saja, begitu melihat yang dilakukan Aldo, Bima langsung berlari kemudian membenamkan wajahnya di leher Aldo. Seolah mereka tidak bertemu puluhan tahun.“Aku kangen sama Om Ayah!” celetuk Bima yang membuat Aldo makin teriris hatinya.Aldo membisu, tidak menjawab ucapan Bima. Membiarkan indera penciumannya untuk beberapa saat menikmati aroma minyak telon yang ada di tubuh Bima.“Kata Mama, aku sudah gak boleh ganggu Om Ayah lagi! Karena Om Ayah mau punya adik bayi.”Aldo semakin menekan tubuhnya pada tubuh Bima. Detak jantungnya berpacu lebi

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   138. Tatapan Penyesalan

    Di ruangan Bara.Baik Nia dan Bara terkesiap menatap isi amplop coklat pemberian Dokter Kalandra.“Mas, sepupu kamu itu ternyata diluarnya saja yang galak ya tapi dalamnya … tidak diragukan lagi,” puji Nia sambil terkikik, masih sulit mempercayai sikap Dokter Kalandra.“Dalamnya?” Bara mengulangi ucapan istrinya itu sambil menatap curiga. “Memang kamu sudah tahu dalamnya dia seperti apa, hah?”“Yee … malah sewot ini orang! Maksud aku itu kan secara yang terlihat diluar itu dia adalah pria galak, buktinya marahin OG tadi seperti punya salah besar banget padahal kan cuman terlambat saja. Itupun beberapa menit saja. Tetapi koq dia bisa-bisanya ngasih kado seperti ini. Sehingga aku mikirnya dia itu pria yang perhatian gitu lho!” Nia menjelaskan dengan panjang lebar agar Bara mengerti maksudnya.Bukannya tidak paham, Bara hanya sedikit tidak suka kata dalamnya yang diucapkan Nia seolah wanita itu tahu seperti apa sosok sang sepupu.“Iya, aku sudah tahu maksudmu!” balas Bara santai. Pria it

DMCA.com Protection Status