“Astaga! Ma-maaf!” Jelita memalingkan mukanya yang merah padam digempur jengah. Demi apa! Dia melihat pemandangan tak senonoh sepagi ini. Jantungnya berdegup kencang dan lututnya gemetar. “A-aku cu-cuma … mau ambil … dompet, iya … cuma itu.” Jelita menjelaskan dengan terbata-bata seiring deru napasnya yang tersendat di tenggorokan. Jelita menunduk, menjaga matanya dari pemandangan yang tak enak buat dilihat. Tubuh bagian atas Dina sama sekali tak tertutup kain, demikian pula William. Jelita menatap lantai dan cepat-cepat menggerakkan kakinya yang gemetaran menuju tangga. ‘Duh, kenapa tangganya harus ada di dekat meja sialan itu sih!’ gerutunya. “Permisi!” Jelita menaiki anak tangga dua-dua sekaligus karena ingin kabur tak tahan jengah. Dia sampai tersandung setibanya di undakan tangga terakhir. “Awh!” pekiknya saat tersungkur, dia meringis mengusapi dengkulnya yang sakit membentur lantai. “Lita? Kamu jatuh?” tegur William dari bawah. “Nggak!” sahut Jelita sambil cepat-cepat ber
Pada hari yang ditunggu-tunggu, sinar mentari bersinar terang bagai menyambut wisuda Jelita. Dalam balutan toga wisudanya yang elegan, Jelita melangkah menuju panggung dengan penuh percaya diri ketika namanya dipanggil. Gelar sarjana dengan predikat cum laude menjadi tonggak keberhasilannya. Prestasi gemilang yang menggambarkan dedikasi dan ketekunan tanpa henti. Hatinya dipenuhi sukacita saat dia mendengar tepuk tangan meriah dari para hadirin yang kagum melihat prestasinya. Setelah ritual wisuda berakhir, suasana berubah menjadi riuh rendah di antara para tamu yang hadir. Bersama teman-teman seperjuangan, Jelita berpose di depan kamera yang siap menangkap momen bersejarah ini. Kebahagiaan Jelita terpancar jelas, memenuhi setiap pori-pori tubuhnya. Namun, kekosongan terasa menghampiri saat Jelita tak jua menemukan sosok William. Jelita mencari-carinya di antara kerumunan. Dia berusaha menelepon William, namun teleponnya hanya berdering panjang tanpa sahutan. Jelita menunggu, menole
Dina menyusul William yang sedang berada di Singapura untuk urusan bisnis. Rencananya William akan langsung kembali ke Jakarta sore ini, tapi Dina ingin mengajak William terbang bersamanya ke Paris untuk menghadiri sebuah acara yang sangat penting baginya. Mereka sedang berada di dalam kamar hotel tempat William menginap. Saat William pergi ke kamar mandi, Dina duduk di tepi tempat tidur dan tidak sengaja melihat ponsel William bergetar, menandakan adanya pesan masuk. Rasa penasaran menyelimuti Dina, dan tanpa sengaja dia membuka pesan tersebut. Dari Jelita.Dina terkejut melihat isi pesan itu. Jelita memberitahu bahwa dia menitipkan surat undangan wisudanya lewat resepsionis di gedung perusahaan William. Tidak hanya itu, foto surat undangan itu juga dilampirkan dalam pesan tersebut. Dina tercekat, tanggal wisuda Jelita bertepatan dengan acaranya di Paris.Dina mendadak cemas dan khawatir. William terlihat sangat menyayangi adiknya itu, bisa jadi William akan lebih memprioritaskan a
Dina menggenggam tangan William erat-erat, ingin menunjukkan kepada Nadya bahwa mereka sedang bersama, sebagai kekasih. Dia pura-pura tak tahu perasaan Nadya sebenarnya yang jelas-jelas terlihat terpukul melihat kebersamaannya dengan William.“Nad, kenalkan ini William.”“Kami sudah saling kenal kok, kami juga teman dekat. Makanya aku mengundang dia di acara gala dinner waktu itu.” Nadya menyahut dengan suaranya yang gemetar.Dina tertawa, menunjukkan kebahagiaannya secara terang-terangan. “Ah iya, berkat acara itu kami akhirnya bertemu lagi. Acara itu membawa keajaiban bagi kami, Nad. Kami dulu satu kampus. Setelah bertahun-tahun tak bertemu kami berjumpa lagi di acaramu itu. Dia malah menjadi pacarku sekarang.” Hati Nadya panas, sakit sekali. Ia sama sekali tidak menyangka hubungan mereka berdua telah berkembang sedemikian cepat sampai ke tahap pacaran. Perasaan cemburu dan marah semakin menggebu di dalam diri Nadya. Ia merasa seperti dunianya hancur, seolah-olah semuanya direncana
Pada akhirnya Jelita mengizinkan Bimo tinggal di apartemennya, tentunya setelah Bimo melakukan negosiasi yang ulet dengan Jelita. “Oke. Aku tidak akan tidur di ranjangmu tanpa izin, tidak akan mengintipmu mandi dan berganti pakaian, tidak akan menggerayangi dadamu … kecuali kau mengizinkan, terus apa lagi?” Bimo mengedipkan sebelah matanya. Jelita memutar bola mata ketika Bimo mengucapkan janji-janjinya itu dalam negosiasi alot mereka. “Ah, ya. Aku akan memberimu uang sewa harian setara dengan biaya sewa hotel tempatku menginap saat ini. Dibayar di muka.” Jelita seketika terdiam dan tampak berpikir keras. “Berapa harga menginap semalam di sana?” “Kisaran tiga juta per malam.” “Tiga juta?” Jelita terkesiap dan berkedip-kedip. “Yeah.” Bimo mengangguk-angguk sombong. Meskipun sebenarnya kamar di apartemen Jelita jauh lebih sempit dari kamarnya di hotel, tetapi Bimo tak menjadikan itu masalah. Tak penting tentang sempitnya kamar dan minimnya fasilitas yang dia terima jika pindah da
William duduk sendirian di meja pojok coffee shop, menyaksikan suasana yang riuh di sekelilingnya. Bau harum kopi dan desiran percakapan mengisi ruangan, menciptakan aura yang khas dari sebuah coffee shop. Mata William tiba-tiba terpaku pada layar televisi datar yang tergantung di salah satu dinding yang sedang menayangkan acara gosip selebriti. Di sana, berita tentang wisuda seorang artis muncul di layar. Dia mengerutkan kening saat menyadari bahwa kampus artis tersebut sama dengan kampus Jelita. William menyimak acara itu, bukan karena tertarik pada kehidupan si artis, melainkan ingin tahu kapan tepatnya hari wisuda itu terjadi. “Ternyata sudah seminggu yang lalu?” gumamnya bingung. Kilatan kesedihan langsung menyapu wajahnya. Jelita ternyata tak mengundangnya ke acara wisuda itu. Pria itu memejamkan matanya, mencoba merenung dalam-dalam. Pikirannya dipenuhi pertanyaan yang menggantung di udara. Mengapa Jelita tidak mengundangnya? Apakah gadis itu sangat marah melihat dirinya berm
Dina terduduk di ruang kerjanya, menggigit bibirnya dengan gelisah. Pemberitahuan dari direktur pengembangan bisnisnya masih terpampang di layar komputernya, mengingatkannya akan situasi yang semakin rumit. Perusahaan Nadya tiba-tiba memutuskan untuk mengakhiri kontrak kerja sama yang selama ini dianggapnya potensial dan menguntungkan. “Apa ini masuk akal?” gumamnya bingung. Namun, pukulan berikutnya datang dengan kekuatan yang lebih mengguncang. Tuan Adyatama, sang investor utama yang selama ini memberikan dukungan finansial kepada Harmonia Dreams, tiba-tiba menarik seluruh dana investasinya. Dina merasa seolah-olah lantai di bawah kakinya tiba-tiba retak dan keberhasilan perusahaannya terancam terjatuh ke jurang kehancuran. “Apa-apaan ini?” Dina merasakan darahnya mengalir dengan cepat, dan detak jantungnya berdentang dalam kegelisahan. Dia mencoba merenung, mencari tahu apa yang telah terjadi, apa yang telah membuat segalanya berubah dengan cepat dan tak terduga. Dina menging
Dina sibuk mempersiapkan proposal bisnis untuk William sambil mengomel kesal. Dia uring-uringan karena tidak pernah menghadapi situasi seperti ini sebelumnya. Setiap pria yang pernah dekat dengannya tidak pernah begitu berhati-hati dan perhitungan saat dia meminta bantuan investasi untuk Harmonia Dreams. Tetapi William berbeda. Pria itu terlalu mengutamakan profesionalismenya. "Kenapa semua ini harus begitu rumit?" gerutu Dina dalam hati. "Seharusnya, seorang pria yang tertarik padaku akan bersedia memberikan dukungan finansial tanpa banyak pertimbangan." Dia melihat kembali proposal bisnisnya, memastikan setiap detail terpenuhi dan berusaha menciptakan argumen yang meyakinkan untuk menarik minat William. Namun, di balik kekesalannya, dia juga menyadari sikap profesional William adalah kualitas yang tak boleh diabaikan. "Dia benar-benar tahu bagaimana menjaga keuangan dengan baik," pikir Dina sambil menghela napas. "Mungkin itulah sebabnya dia sukses dan kaya. Aku harus menghargai
Adam Ashford menikahi Laura dengan identitas barunya sebagai Keanu Royce. Hanya Laura dan Sam yang tahu bahwa Keanu Royce adalah Adam Ashford. Mereka menyimpan rahasia itu seumur hidup mereka. Demi melindungi rahasia itu, Laura memutuskan keluar dari lingkaran pertemanannya dengan para sosialita. Semakin sedikit teman yang mengenalnya, akan semakin aman bagi mereka. Laura tak mau terhubung dengan media sosial. Ia ingin hidupnya terlindungi dari mata publik dan jagat internet yang selalu penuh dengan gosip. Dia ingin melindungi sosok suaminya yang baru dari orang-orang yang mungkin memiliki niat jahat. Tak ada yang boleh tahu bahwa Adam masih hidup dalam sosok Keanu Royce. Karena itulah dia hanya mendaftarkan pernikahan resminya dengan Keanu Royce, tanpa perayaan pesta. Lagipula setiap malam bersama Adam adalah pesta baginya, suaminya itu menyentuhnya dengan penuh cinta dan mempersembahkan kepuasan yang tak tertandingi. Mereka berdua hidup bahagia dalam kedamaian dan kebahagiaan mer
Laura lega setelah bicara dengan Nicholas. Anak itu akhirnya melupakan permintaan hadiah ulang tahunnya berupa ‘daddy’. Sebagai gantinya, Laura mengajaknya pergi jalan-jalan ke taman safari. Nick senang sekali menikmati pemandangan satwa liar dari dalam mobil. Ditambah Keanu yang menjelaskannya tentang banyak hal tentang satwa-satwa itu. Nicholas semakin terpukau akan pengetahuan Keanu yang luas tentang dunia hewan.Sementara Laura yang berada di kursi belakang tersenyum melihat antusiasme Nicholas dan kesabaran Keanu dalam memaparkan wawasan tentang dunia satwa kepada Nicholas. Dalam hati Laura mengakui bahwa Keanu memiliki jiwa kebapakan yang sangat dibutuhkan putranya. Bukan hanya Nicholas, Laura juga merasa membutuhkan Keanu. Sejak kedatangan pria itu dalam hidupnya, hari-harinya mulai terasa berbeda. Ada satu ruang kosong di hatinya yang pelan-pelan mulai diisi oleh Keanu. Namun di sisi lain, Laura masih belum siap untuk melengserkan Adam Ashford yang selama ini bertahta dalam h
Ulang tahun Nicholas yang kelima menjadi sebuah perayaan yang berkesan. Meskipun pesta tersebut hanya dihadiri oleh teman-teman sekolah Nicholas, Laura telah merancang segalanya dengan sempurna. Rumahnya yang mewah dan luas menyediakan latar belakang yang indah untuk perayaan ini, tetapi Laura dan Nicholas tetap menjalankannya dengan kerendahan hati.Tamunya tiba dengan senyum penuh kekaguman saat mereka memasuki rumah besar Laura. Mereka melihat sentuhan berkelas dalam setiap sudut rumah Laura yang luas dan mewah. Dan Laura telah mendekor sebuah ruangan dengan dekorasi sederhana namun elegan. Souvenir yang disiapkan Laura untuk para tamu adalah barang-barang bermerk terkenal dan mahal, membuat semua orang terkesan, bahkan kado mereka untuk Nicholas saja tak semewah dan semahal ini. Tetapi mereka tahu, bahwa bagi Nicholas dan juga Laura, kehadiran mereka terasa lebih penting daripada kado apapun yang mereka bawa.Nicholas begitu bahagia, matanya berbinar-binar ketika ia menerima kado
Sambil bergandengan tangan, Laura dan Adam memasuki night club eksklusif dengan sinar lampu berkilauan yang memantulkan warna-warni ke seluruh lantai dansa. Musik berdentum keras menggema di seluruh ruangan, dan orang-orang berdandan glamor berdansa di lantai. Laura merasakan sensasi kebebasan yang luar biasa begitu ia melangkahkan kakinya ke dalam klub ini. Dia merasa begitu hidup, begitu bahagia, dan dia tak sabar untuk menari bebas seperti semasa mudanya dulu.Adam berdiri di sampingnya dengan sikap waspada yang tidak tergoyahkan. Dia berjanji untuk menjaga Laura malam ini, dan dia tak akan melupakan tugasnya. Laura tersenyum pada Adam dan menariknya ke tengah lantai dansa yang penuh dengan kerumunan.Segera setelah mereka tiba di lantai dansa, Laura mulai bergerak dengan bebas dan bersemangat. Laura mengekspresikan dirinya melalui gerakan tubuhnya yang meliuk indah mengikuti irama musik. Sementara itu, Adam berdiri di depannya dengan mata tajam yang memantau setiap gerakan di sek
“Laura, kenalkan ini sepupuku, namanya Nathan,” kata mamanya Carlos ketika Laura muncul di ruang tamu, menemui Mama Carlos yang sudah janjian dengannya untuk datang menjemput. Laura bersalaman dengan Nathan yang mengulurkan tangan padanya sambil tersenyum ramah. “Laura.” “Nathan.” Mama Carlos tersenyum memandangi keduanya secara bergantian. Dia berharap Laura akan tertarik dengan sepupunya yang tampan dan juga seorang artis terkenal asal Jakarta ini. “Sopirku sedang tidak enak badan dan Nathan dengan baik hati mau mengantar kita malam ini. Kebetulan dia baru menyelesaikan jadwal syuting filmnya di Bali dan dia tadi sedang mampir ke rumahku. Ayo, kau sudah siap, kan? Wah. Kau cantik sekali, Laura! Kau seperti masih gadis saja, tak ada yang menyangka kalau kau sudah menjadi seorang ibu,” puji Mama Carlos sambil melirik Nathan yang sedang memandang Laura dengan sorot kagum. Adam menyaksikan hal itu dari ruang tamu, rahangnya menggertak keras menahan marah dan cemburu. Rasanya dia in
Laura tercekat dan menggigit bibirnya.. Mendengar kata-kata Keanu, dia merasa buruk sekali sebagai ibu yang tak bisa menggali lebih dalam sisi psikologis putranya sendiri. Air mata Laura menggenang, merasa bersalah kepada Nick karena lebih mengkhawatirkan luka fisik Gabriel daripada luka batin yang dialami Nick hari ini.Melihat Laura menangis, Adam mengepalkan tangannya, menahan dirinya untuk tidak memeluk Laura detik itu juga. Dia tahu, bukan hal mudah bagi Laura untuk menjadi orang tua tunggal bagi anak lelaki yang aktif dan reaktif seperti Nicholas. “Bu Laura, tenanglah. Mungkin saat ini Anda merasa bersalah, tapi jangan larut dengan rasa bersalah itu. Anda hanya perlu bicara dan mengobrol dengan Nick setelah dia bangun nanti.”Laura mengangguk-angguk. “Terima kasih, Keanu. Kau telah membuka sebuah pemahaman penting yang sebelumnya tak pernah terpikirkan olehku.”Adam mengangguk dan tersenyum. Dan melihat senyum Adam yang lembut dan terasa menenangkan hatinya, perasaan Laura seke
Jantung Laura berdebar kencang saat Keanu meraihnya, menghindarkannya dari tabrakan dengan si pelayan. Sensasi tangan besar dan kuat Keanu yang mendekapnya membuat Laura merasa aman terlindungi. Namun, saat Keanu berbicara dan suaranya berubah menjadi rendah dan tajam, Laura merinding. Dia seperti dalam pelukan Adam Ashford yang telah tiada.Sementara itu, pelayan yang tadi menabrak Laura berdiri ketakutan oleh aura dingin yang dipancarkan Keanu alias Adam. Dia segera membersihkan sisa-sisa gelas yang pecah dengan gemetar, tidak berani melihat langsung ke arah mereka berdua.Laura bisa merasakan kemarahan Adam yang terasa berbahaya. Dia mencoba menenangkan keadaan. "Bukan hanya dia yang salah, aku juga salah,” katanya.“Anda tidak salah,” tegas Adam. “Dia berjalan tanpa melihat ke depan dan mengambil jalur yang tak seharusnya.”“Ma-maaf. Tadi saya terburu-buru.” Si pelayan mengakui kesalahannya, dia sedang tidak fokus bekerja hari ini karena pikirannya sedang kacau memikirkan masalah
Para pelayan di rumah Laura dibuat geger melihat ketampanan bodyguard pribadi Laura yang baru. Mereka bukan hanya mengagumi ketampanannya, tetapi juga merasa heran oleh kemiripan pria itu dengan mendiang sosok suami nyonya mereka yang fotonya terpajang besar di ruang meditasinya. Bahkan Nicholas sempat bengong dan berkali-kali memanggil Keanu dengan tanda tanya yang menggantung di ujung kalimatnya, “Daddy …?”“He’s not your daddy, baby …,” tegas Laura seraya tersenyum kepada putranya yang salah paham melihat sosok bodyguardnya yang begitu mirip dengan Adam Ashford yang dia ketahui sebagai ayahnya.“Halo, Nick. I’m your friend, my name is Keanu.” Adam membungkuk dan mengajak Nicholas melakukan tos dengannya.Nicholas mengerutkan keningnya dengan bingung. Dia menerima ajakan tos Adam dengan ragu-ragu. Tapi dia menyukai keramahan teman barunya ini yang begitu mirip dengan daddy-nya yang sering menjenguknya di malam hari. Bahkan suara Keanu terdengar sama dengan suara daddy yang sering me
Senyum Sam terpancar penuh makna ketika ia menatap Adam. Ia ikut merasa lega akhirnya Adam mendapatkan kesempatan kedua dalam hidupnya, menjalani kehidupan barunya sebagai pria biasa dengan identitas Keanu Royce. Sam memahami bahwa keputusan Adam untuk menjalani "kematian" sebagai Adam Ashford adalah tindakan yang berani demi keselamatan Laura dan Nicholas. Dengan kematian sosok Adam Ashford dalam dunia mafia, kedua orang yang dicintainya itu tidak lagi menjadi buruan musuh-musuh sesama mafia. Sam tahu bahwa Adam telah mengorbankan identitasnya sebagai sosok Adam Ashford yang berkuasa dan kaya raya demi melindungi mereka, dan itulah salah satu tindakan paling mulia yang bisa dilakukan seseorang yang memiliki ketulusan cinta. Sam mengingat lagi bagaimana “transformasi” Adam Ashford menjadi Keanu Royce itu terjadi. Hari itu, setelah John Wick membantai seluruh pasukan Michael dan pasukan Damon Redwood, Laura keluar dari persembunyiannya dan memeluk tubuh Adam Ashford yang bersimbah d