Setelah bercerai dari Aryo, Indah mulai menata hidupnya kembali. Ia tinggal di rumah ibunya bersama Arinna dan Charles. Bapak Indah sudah meninggal dunia tiga tahun yang lalu.
Indah harus berusaha mencukupi kebutuhannya dan anak-anaknya. Ia tidak berharap kalau Aryo akan memberinya uang. Ia harus kuat dan bertahan demi kedua buah hati yang sangat ia cintai.Indah kembali fokus berjualan kue dan makanannya secara online. Ia memasarkan produknya melalui media sosial dan rajin melakukan promosi. Ibu membantu dan mendukung Indah dalam usahanya. Ibu berjualan kue dan masakan Indah di depan rumah. Sementara Indah berbelanja, memasak, dan mengantar makanan yang telah dipesan oleh pelanggannya. Kue dan masakan yang dijual oleh Indah memang enak dan tidak terlalu mahal, karena itu pelanggan lamanya tetap memesan padanya, sekalipun Indah sudah pindah ke rumah ibunya. Suatu hari, saat Indah sedang duduk di depan rumah sambil mencatat pesanan kue, seorang teman lama Indah datang ke rumah. "Halo, Indah. Masih ingat aku, kan?" tanya Desy. Indah terkejut dan menatap wanita yang berdiri di hadapannya. "Desy, apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu," ujar Indah sambil menjabat tangan Desy. "Baik, Ndah. Aku sengaja datang kemari untuk bertemu denganmu," kata Desy. "Oh, ayo silakan duduk. Aku ambilkan minum, ya," kata Indah. Desy duduk di kursi kayu yang ada di teras sederhana itu. Tak lama kemudian Indah kembali menemui Desy dengan membawa nampan berisi dua gelas teh hangat."Ndah, aku baru tahu kalau kamu dan Aryo sudah bercerai. Aku turut prihatin, ya. Padahal kalian dulu sangat serasi dan harmonis," kata Desy. Indah dan Desy sudah berteman sejak lama. Mereka saling mengenal saat bekerja di sebuah pusat perbelanjaan. Sebelum menikah, Indah memang sempat bekerja sebagai kasir di situ."Terimakasih, Des. Bagaimana kabar suami dan anakmu?" tanya Indah. "Suami dan anakku baik, Ndah. Anakku sudah berumur lima tahun, sekarang sudah bersekolah di Taman Kanak-kanak," jawab Desy. "Wah, aku ikut senang mendengarnya. Apa kamu masih bekerja?" tanya Indah. Desy menjawab, "Aku sekarang bekerja di sebuah restoran, Ndah,""Lalu bagaimana dengan anakmu kalau kamu sedang bekerja?" "Pagi sampai sore hari, anakku kutitipkan di rumah neneknya. Ibu mertuaku sangat baik dan mendukung aku. Ia mau mengasuh anakku dengan penuh kasih sayang," jawabnya. Indah terdiam sejenak, ia teringat bagaimana sikap ibu mertuanya yang suka menghasut suaminya. Ibu mertuanya secara tidak langsung turut andil dalam perceraiannya dengan Aryo. Selama menikah dengan Aryo, Indah memang tidak dekat dengan ibu mertuanya. Indah pernah mengirimkan kue atau makanan ke rumah mertuanya, tetapi ternyata makanan itu di buang begitu saja ke tempat sampah. Ibu Aryo juga tidak terlalu menyayangi Arinna dan Charles.Sejak Aryo memperkenalkan Indah pada ibunya saat masih pacaran dulu, Ibu Aryo memang kurang menyukai Indah. Ibu Aryo mengatakan pada Aryo bahwa ia ingin mempunyai menantu yang bekerja di kantor, pintar, dan kaya. Ibu Aryo kecewa ketika mengetahui bahwa Indah hanya bekerja sebagai seorang kasir di pusat perbelanjaan."Ndah, sebenarnya pemilik restoran tempat aku bekerja ingin membuka restoran baru. Dia ingin membuat tempat makan yang menjual masakan Indonesia. Saat ini beliau sedang mencari orang untuk memasak sekaligus mengelola restoran tersebut. Sebenarnya sudah ada beberapa kandidat, tapi sepertinya belum menemukan yang cocok. Beberapa hati yang lalu, aku melihat postinganmu di media sosial, dan sempat menunjukkan pada beliau. Lalu pemilik restoranku tertarik dan ingin bertemu denganmu," kata Desy. Indah terkejut dan menjawab, "Aku? Apa gak salah, Des? Aku hanya menjual masakan rumahan sederhana, bukan makanan restoran yang pasti mahal dan enak. Aku gak percaya diri, Des. Masih banyak koki dengan pengalaman dan kemampuan yang lebih daripada aku,""Apa salahnya dicoba, Ndah? Siapa tahu ini bisa menjadi jalan rezeki untuk kamu. Apa kamu bisa bertemu dengan beliau besok pagi?" tanya Desy.Indah berpikir sejenak, memang tidak ada salahnya untuk mencoba peluang itu. Indah memutuskan akan mencoba yang terbaik, demi Arinna, Charles, dan juga ibunya."Baiklah," jawab Indah."Aku akan kirim alamat restoran itu padamu, Ndah. besok pagi kamu langsung datang saja, ya. kita bertemu di sana. Aku akan memperkenalkan kamu dengan pemilik restoran itu. Aku doakan semuanya lancar dan kamu bisa lebih sukses.""Terimakasih, Des," jawab Indah.Desy dan Indah berbincang mengenai banyak hal, sebelum akhirnya Desy berpamitan untuk pulang ke rumahnya.---Keesokan paginya, Indah menuju restoran tempat Desy bekerja. Indah sangat terpukau melihat restoran yang besar dengan desain modern itu. Desy bekerja sebagai kasir di restoran itu. Ada banyak pelayan dan pekerja yang mulai sibuk beraktivitas. Beberapa pelanggan juga sudah ada di restoran itu dan menyantap makanan pesanan mereka.Desy langsung menyambut Indah dan mengantarnya ke ruangan pemilik restoran itu. Indah merasa gelisah dan tegang saat mereka tiba di depan ruangan itu. Desy mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan untuk memberitahukan bahwa Indah sudah datang. Setelah itu, Desy keluar dari ruangan dan mempersilakan Indah masuk.Indah melangkah masuk ke dalam ruangan itu. Ia melihat seorang wanita paruh baya yang masih cantik duduk di belakang meja. "Selamat pagi, Bu," sapa Indah. "Selamat pagi, silakan duduk," kata wanita berkacamata itu. "Terimakasih, Bu," kata Indah. Indah duduk di kursi itu dan tersenyum menatap wanita di hadapannya. Ia meremas jemarinya sendiri dan berusaha menenangkan diri. Wanita di hadapan Indah itu sangat berkharisma, keibuan, dan juga tegas."Saya Ratna, pemilik restoran ini. Saya sudah banyak mendengar tentang kamu dari Desy. Saya berencana untuk membuka sebuah restoran di dekat pabrik dan sekolah. Saya mempunyai konsep restoran dengan masakan sederhana, murah, tapi tetap enak, bersih, dan sehat. Saya ingin menawarkan kerjasama dengan kamu, jadi kamu akan mengelola penuh restoran tersebut, dan mendapat bagian keuntungan. Kamu juga bisa menjual kue atau produk lain yang kamu buat," kata Bu Ratna. "Tapi saya masih kurang percaya diri, Bu. Saya ragu apakah makanan yang saya buat bisa memenuhi harapan dan keinginan Ibu, atau tidak.""Saya akan mencoba masakan kamu terlebih dahulu. Setelah itu, baru kita akan membicarakan mengenai rencana kita selanjutnya. Oke?" kata Bu Ratna. "Baik, saya setuju, Bu," jawab Indah. Saat itu juga Bu Ratna meminta Indah memasak beberapa menu di dapur restoran. Ia akan menguji apakah masakan Indah bisa memenuhi standar yang ia harapkan.Sebelum mulai memasak, Indah berdoa sejenak dan berusaha menenangkan diri, ia berharap hasil masakannya bisa memuaskan Bu Ratna.Indah menghela nafas panjang, lalu masuk ke dalam dapur restoran itu. Indah menyapa koki dan beberapa karyawan yang sedang sibuk menyiapkan pesanan konsumen. Semua karyawan itu menyambut Indah dengan ramah. Lalu Indah memakai celemek yang tersedia dan mulai mempersiapkan bahan-bahan untuk memasak. Bu Ratna ingin Indah memasak soto ayam, ayam goreng, dan sambal. Semua bahan dan bumbu tersedia di dalam lemari pendingin dan lemari dapur itu. Indah mulai mengolah bahan-bahan mentah itu menjadi masakan yang nikmat. Indah harus bekerja dengan efisien dan menggunakan waktu yang ada untuk mengolah tiga menu masakan itu. Setelah hampir dua jam berkutat di dapur, akhirnya semua masakan Indah matang. Indah segera menyajikannya di piring saji dan mangkuk. Bu Ratna masih menunggu hasil masakan Indah di ruangannya. Indah mengetuk pintu ruangan Bu Ratna dan menghidangkan masakan itu.Indah sangat tegang menunggu Bu Ratna mencicipi masakannya. Indah tahu pasti bahwa Bu Ratna pasti orang yang mahi
Indah mulai menikmati aktivitas barunya, pukul lima pagi ia berangkat ke restoran dan memasak. Ada dua orang asisten yang membantu Indah memasak di dapur. Kemampuan memasak Indah terus berkembang dan bakatnya semakin terasah. Indah mendengar dari Clara bahwa Aryo akan menikah dengan Tania. Namun Aryo tidak memberi tahu Indah mengenai rencana pernikahannya itu. Sejak pertemuan terakhirnya dengan Aryo, pria itu tidak pernah memberi kabar atau menemui Indah.Aryo tidak pernah menanyakan kabar mengenai Arinna dan Charles, atau memberi mereka sesuatu. Aryo sudah melupakan istri dan anak-anak dari pernikahannya yang terdahulu.Untuk melaksanakan acara pernikahan yang mewah seperti keinginan Tania, Aryo terpaksa meminjam uang sejumlah lima puluh juta rupiah. Ibu Aryo juga membujuk Aryo untuk menuruti kemauan Indah, karena semua tetangga dan saudara sudah mendengar rencana pernikahan Aryo itu. Mereka berhutang demi harga diri dan gengsi."Tidak apa-apa, Nak. Nanti pasti kalian bisa membayar
Pagi itu Bu Ratna datang untuk meninjau restoran yang dikelola oleh Indah. Bu Ratna melihat aneka menu masakan yang sudah tersedia, kebersihan ruangan, dan cara pelayan untuk melayani pembeli. Setelah selesai memasak, Indah menemui Bu Ratna di salah satu ruangan yang digunakan sebagai kantor. "Bu, maaf menunggu lama. Ini saya bawakan makanan dan kue buatan saya," kata Indah sambil menghidangkannya di hadapan Bu Ratna. "Terimakasih. Wah, kuenya terlihat enak. Kamu hebat, bisa membagi waktu untuk melakukan semuanya," puji Bu Ratna. "Terimakasih, Bu. Silakan dicoba, Bu kuenya," kata Indah. Bu Ratna mengambil satu kue yang tersedia di atas piring dan mencicipinya."Wah, enak sekali kuenya. Kamu memang pintar,"Indah tersenyum mendengar pujian Bu Ratna. "Restoran ini cukup maju dan berkembang," kata Bu Ratna sambil tetap mengunyah kuenya. "Ini karena Ibu jeli melihat peluang yang ada," ucap Indah. "Ini juga karena masakanmu enak, sehingga pembeli yang mencobanya selalu ingin kembal
Aryo dan Tania saat ini tinggal di sebuah rumah kontrakan sederhana. Tania menjadi sering merasa marah dan kesal. Wanita yang dulunya lembut, cantik, dan selalu tersenyum itu kini menjadi ketus dan sering mengomel karena merasa hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat. Hari itu adalah hari ulang tahun Tania. Ia menyindir Aryo, mengharap suaminya itu akan memberi hadiah mewah dan mahal seperti dulu. "Mas, kamu gak lupa hari ini hari apa, kan?" Tania tersenyum ceria. "Iya, aku ingat. Selamat ulang tahun, istriku. Semoga kamu selalu sehat dan bahagia," kata Aryo sambil mengecup kening Tania. "Itu saja?" ujar Tania. "Maksudmu?" tanya Aryo sambil mengerutkan keningnya. "Mana hadiahnya, Mas? Kamu selalu memberi aku hadiah setiap aku berulang tahun," jawab Tania terus terang. "Maaf, Sayang. Kamu pasti mengerti bahwa kondisi keuangan kita saat ini sedang gak baik. Kalau tahun depan kondisi kita sudah pulih, aku pasti akan memberi kamu hadiah, apapun yang kamu inginkan," jawab Ary
Setelah tiga hari, akhirnya keluarga Tania pulang juga ke rumah mereka. Aryo merasa lega, karena hanya dalam tiga hari uangnya terkuras habis. Belum lagi adik Tania yang masih duduk di bangku SMA merengek meminta dibelikan ponsel terbaru. Dengan terpaksa Tania menggunakan kartu kreditnya lagi untuk memenuhi keinginan adik iparnya itu. "Mas, kepalaku sakit sekali, aku juga merasa mual dan gak berselera makan," keluh Tania malam itu. "Mungkin kamu kelelahan, istirahatlah supaya besok pagi kondisimu lebih baik," kata Aryo. Tania kali ini menuruti perkataan suaminya. Ia langsung masuk ke kamar dan membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Tak lama kemudian Tania sudah tidur dengan pulas. Aryo menatap wanita yang kini telah menjadi istrinya itu, lalu menyelimuti tubuhnya. Menjelang pagi Aryo terbangun karena terkejut mendengar Tania lari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya. Aryo segera menyusul Tania ke kamar mandi. "Kamu kenapa, Sayang?" tanya Aryo. "Aku gak tahu, Mas. Ras
Di bulan kelima kehamilannya, tubuh Tania mulai membesar, perutnya membuncit. Wajah Tania juga berjerawat, karena ia tidak melakukan perawatan wajah dan menggunakan krim wajahnya. Tubuh seksi, wajah cantik terawat, kini untuk sementara menghilang dari sosok Tania yang selalu Aryo kagumi. Selain itu, Tania semakin manja dan keras kepala. Seringkali Aryo merasa kesal karena permintaan Tania yang rumit dan sifatnya yang keras kepala. Aryo berusaha bersabar, terkadang ia teringat pada Indah dan anak-anaknya. Aryo merasa rindu pada Arinna dan Charles, tetapi tidak punya alasan untuk menemui mereka. Suatu sore, Indah sedang berbelanja di sebuah pusat perbelanjaan bersama dengan Arinna dan Charles. Arinna sangat senang melihat tempat yang ramai dan besar itu. Indah mendorong troli, sambil sesekali mengambil beberapa barang yang ia butuhkan. Indah membeli beras, sayuran, buah, perlengkapan mandi, kebutuhan dapur, dan sebagainya. Indah merasa senang, kini dengan penghasilan dan keuntunga
Siang itu Indah sedang berada di restoran. Ia membantu karyawan menyiapkan makanan pesanan mereka. Kondisi restoran cukup ramai di jam makan siang tersebut. Tiba-tiba seorang karyawan restoran mendekati Indah dengan wajah panik. "Mbak Indah, ada pelanggan yang mau bertemu," katanya. "Siapa? Apa ada masalah?" tanya Indah. Karyawan yang masih muda itu menundukkan kepalanya, dari wajahnya Indah mengetahui bahwa ada sesuatu yang salah. "Maaf, Mbak. Orang itu marah-marah dan merasa kecewa dengan makanan yang dipesan. Saya sudah mencoba minta maaf, tapi orang itu ingin bertemu dengan orang yang memasak hidangan itu," jawabnya. Indah berdiri dan melihat dirinya di cermin. Ia harus memastikan penampilannya bersih dan rapi ketika bertemu dengan pelanggan. Indah berjalan mengikuti karyawan itu ke sebuah meja. Indah melihat dua orang pria sedang duduk berhadapan. Keduanya memakai kemeja lengan panjang seperti layaknya pekerja kantoran. Seorang pria di antaranya hanya mempermainkan makana
Pagi itu setelah memasak, Indah mendapatkan panggilan telepon dari Bu Ratna. Bu Ratna meminta Indah menemuinya di restoran lama miliknya. Indah tidak mengerti apa yang akan dibicarakan oleh Bu Ratna. Indah berpikir dan bertanya dalam hati, apakah Bu Ratna sudah mengetahui keributan yang terjadi di restoran kemarin siang?Indah harus memberikan jawaban yang tepat jika memang Bu Ratna meminta penjelasan darinya. Indah segera menyelesaikan pekerjaannya, lalu memberi pengarahan pada para karyawan. Setelah itu Indah segera menuju ke restoran milik Bu Ratna.Indah baru saja tiba di restoran itu. Ia menyempatkan diri untuk menyapa Desy dan berbincang sejenak. Desy mengatakan bahwa Bu Ratna sudah menunggu Indah di ruangannya. Indah bergegas menuju ruangan Bu Ratna. Dari sela-sela jendela Indah melihat Bu Ratna sedang berbincang dengan seseorang. Indah mengetuk pintu ruangan itu dan mendengar suara Bu Ratna mempersilakan ia masuk ke dalam. "Selamat siang, Bu," sapa Indah. Bu Ratna dan tamu
Pagi itu Indah masih meringkuk menghadap ke dinding. Kepalanya berdenyut pening jika ia mencoba bangun dari tempat tidurnya. Ia mendengar ibu membuka pintu kamar dan menghampirinya."Nak, suamimu datang. Dia menunggumu di teras.""Mau apa dia, Bu? Kalau mau membuat keributan lagi, suruh saja dia pergi," jawab Indah dengan malas."Sepertinya gak begitu, Nak. Dia tadi sudah minta maaf sama Ibu. Ada sesuatu yang penting yang harus dia sampaikan padamu. Temui saja dulu, Nak!" kata Ibu Indah."Iya, Bu." Indah bangkit dan duduk di tempat tidurnya. Indah menatap dirinya di cermin, penampilannya sangat menyedihkan karena wajahnya pucat, pipinya tirus karena porsi makan berkurang, dan hanya mengenakan daster. Indah segera mengganti pakaiannya, menyisir dan mengikat rambutnya, dan memakai lipstik agar tidak terlihat seperti mayat hidup.Setelah itu ia menarik nafas dalam-dalam dan kembali melihat dirinya di cermin. Tak lupa ia memasukkan alat tes kehamilan di sakunya. Indah berpikir, seandainy
"Masih mual, Nak? Bagaimana kalau ke dokter saja?" Ibu Indah menatap Indah yang berjalan perlahan keluar dari kamar mandi dengan cemas. Sudah lebih dari sepuluh kali Indah bolak-balik ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya. Wajahnya pucat, karena Indah tidak bisa menyantap makanan apapun. Ibu Indah sudah mencoba membuatkan sup ayam kampung kesukaan Indah. Namun baru saja Indah menyuapkan suapan kedua nasi dan sayurnya, ia kembali muntah. Begitupun dengan roti, buah, atau biskuit, Indah tidak sanggup menelannya. "Nak, apa mungkin.." kata Ibu Indah sambil berpikir."Apa, Bu?" tanya Indah.Ibu Indah menatap putrinya beberapa saat dan berkata, "Apa ini gejala hamil? Kemarin kamu juga mengalami gejala seperti ini, kan?" Mata Indah terbelalak, ia lalu mengambil ponselnya. Ia membuka kalender tempat ia mencatat tanggal terakhir datang bulannya. Ternyata memang tanggal itu sudah terlewat. Masalah yang terjadi bertubi-tubi membuat Indah lupa dan tidak curiga sama sekali pada gejala y
"Ini upah untukmu! Aktingmu cukup bagus, sampai berhasil membuat Sandy marah dan cemburu buta." Aryo menyerahkan satu amplop coklat di hadapan Hadi.Hadi membuka amplop itu dan menghitung sepintas isinya."Tambah donk, Bos! Lihat nih, aku sampai luka karena pukulan suaminya Indah itu. Aku butuh dana lebih untuk mengobati lukaku." Hadi mengelus pipinya yang masih lebam."Eh, enak saja! Itu sudah sesuai dengan perjanjian kita," tolak Aryo."Tapi kan kemarin pernjanjiannya gak ada adegan pukul-pukulan seperti ini, Bos. Kalau tahu akan luka begini, aku pasti minta tarif lebih tinggi," ujar Hadi."Sudah, terima saja dulu uangnya. Nanti aku lapor sama Nona Daisy dulu."Aryo dan Daisy sudah membuat sebuah siasat untuk membuat Sandy dan Indah salah paham. Aryo meminta Hadi untuk berpura-pura menjadi pengusaha yang ingin menjalin kerja sama dengan Indah. Hadi sebenarnya hanya seorang pengangguran yang biasa mengerjakan pekerjaan apapun, halal ataupun tidak.Setelah memberi upah untuk Hadi, Ary
"Apa?! Indah selingkuh? Itu gak mungkin, Sandy. Mama tahu Indah paling membenci perselingkuhan. Mana mungkin dia bisa melakukan itu, Nak?" seru Bu Ratna."Ma, apa yang gak mungkin di jaman sekarang ini? Indah itu sengaja membalas perlakuan Sandy. Indah menyangka Sandy sudah berselingkuh dengan Daisy. Mama lihat sendiri foto-foto ini!" Sandy menyodorkan ponselnya. "Sandy juga sudah melihat sendiri mereka sedang berduaan di rumah Ibu Indah. Hati Sandy sangat sakit melihatnya, Ma. Semua cinta dan ketulusan Sandy untuk Indah sudah gak ada artinya."Bu Ratna menatap foto-foto itu dengan mata terbelalak. "Ini gak mungkin! Mama tetap gak bisa mempercayai ini. Apa kamu sudah tanyakan baik-baik sama Indah? Siapa tahu pria itu saudaranya?""Ma, Indah saja gak menyangkal tuduhan Sandy. Dia hanya diam dan gak menjelaskan apapun. Sandy sudah mantap akan menceraikan Indah, Ma. Secepatnya Sandy akan mengurus proses perceraian ini." Sandy menatap nanar ke depan."Nak, kamu harus bicara baik-baik dan
"San, dimana Indah? Kenapa beberapa hari ini Mama gak lihat dia?" tanya Bu Ratna saat sarapan pagi itu.Sandy tak langsung menjawab, ia mengunyah makanannya perlahan sembari mencari jawaban yang tepat."Dia ada di rumah ibunya, Ma. Kasihan anak-anak, sudah beberapa hari mereka harus bersama neneknya, " jawab Sandy."Kenapa? Kalian bertengkar? Tolong jujur dan jangan menyembunyikan apapun dari Mama!""Gak ada apa-apa, Ma. Mama gak perlu cemas. Sekarang Mama fokus saja sama kesehatan Mama, jangan terus larut dalam kesedihan!" Sandy berusaha tersenyum.Perbincangan mereka terhenti ketika Daisy tiba-tiba datang dan langsung duduk di samping Sandy. Tanpa ragu Daisy langsung memegang lengan Sandy dan mencium pipinya. Sandy terlihat segan, tetapi ia membiarkan tindakan Daisy itu. Bu Ratna menatap Daisy dan Sandy bergantian. Ia mulai bisa membaca situasi itu."Ma, aku bawa makanan untuk Mama dan Sandy." Daisy meletakkan kantung plastik yang cukup besar di meja makan."Gak perlu repot-repot. B
Indah berlari keluar dari kantor itu dan masuk kembali ke mobilnya. Ia tidak menghiraukan tatapan para karyawan yang melihat reaksi dan air matanya yang terlanjur jatuh."Jahat kamu, Mas! Pantas saja kamu membela wanita itu mati-matian dan memaksa aku minta maaf padanya. Ternyata kamu masih menyimpan perasaan cinta untuknya. Lalu kamu anggap aku ini apa? Figuran? Pelampiasan?""Aku merendahkan diri, datang ke kantormu untuk membawakan makan siang dan memperbaiki hubungan kita. Tapi apa? Ternyata kamu malah menikmati waktu saat jauh dariku.""Bodoh kamu, Indah! Kenapa bisa jatuh kembali di lubang yang sama? Ternyata semua pria memang penipu!" rutuk Indah.Indah memukul-mukul setir mobilnya dan menangis. Setelah bisa sedikit menguasai diri, ia segera meninggalkan halaman kantor suaminya. 'Mas Sandy atau siapapun gak boleh melihat aku menangis. Aku gak akan menangis lagi untuk seorang pria.' Indah menghapus kasar air mata yang membasahi pipinya.Indah kembali ke restoran dan masuk ke ru
"Argh.. kenapa pernikahanku jadi kacau seperti ini?" Sandy menjambak rambutnya sendiri dan duduk di sofa ruang tamu.Bi Ijah menatapnya prihatin dan menggelengkan kepalanya. Dalam sekejap rumah tangga yang harmonis menjadi retak dan nyaris hancur."Sabar, Nak, setiap rumah tangga harus melewati ujian. Coba tenangkan diri dan jangan mengedepankan emosi!" saran Bi Ijah."Bi, apa kurangnya aku selama ini? Aku selalu berusaha menerima, menyayangi, dan mendukung Indah. Aku juga menerima Indah apa adanya meskipun dia sudah pernah menikah dan menyayangi anak-anaknya seperti anakku sendiri. Dengan mudahnya dia pergi dari rumah saat kami ada masalah kecil seperti ini. Aku masih berduka karena papa, Bi. Pikiranku kalut, seharusnya dia bisa mengerti dan memahami aku."Bi Ijah menghela nafas panjang. "Jangan mengambil keputusan saat sedang marah, Nak! Nanti kalau emosi kalian sudah membaik, bicaralah dengan lebih tenang dan jangan saling menyalahkan!""Iya, Bi. Aku akan mencoba mengikuti saran Bi
Indah mengemudi mobilnya sambil menangis. Ia tidak pernah menyangka jika hal buruk yang pernah terjadi dalam pernikahannya terdahulu akan terulang kembali. Indah meraba pipinya yang terasa sakit, ia melihat ke cermin dan menemukan tanda merah di sana. Tak henti Indah bertanya dalam hatinya, apa kegagalan kisah cintanya dengan Aryo membuatnya trauma dan sangat sensitif seperti sekarang ini?Saat berhenti di lampu merah, Indah mengambil ponselnya, ia melihat tidak ada pesan atau permintaan maaf dari Sandy padanya.'Bukannya mencegah aku pergi, dia malah berteriak dan marah seperti itu! Baiklah, aku gak akan kembali ke rumah itu!' ucap Indah dalam hatinya.Indah tak habis pikir, kenapa ada orang bermuka dua seperti Irene dan Daisy, yang terlihat sangat manis di luar, tetapi hatinya licik dan berbisa.Tanpa ia sadari, Indah tiba di depan rumah ibunya. Ia menghapus air matanya dan memakai masker untuk menutupi bekas tamparan Sandy di wajahnya. Indah mengerti, tidak mungkin ia bisa menyemb
Dua jam berlalu, Indah tetap berada di kamar dengan perasaan tak menentu. Bayangan Sandy sedang berbincang dan berpegangan tangan dengan Daisy tak pernah bisa hilang dari benaknya. Tak biasanya Sandy membiarkannya kesal dan marah seperti ini. Biasanya, Sandy akan kembali ke kamar dan memeluk Indah sampai amarahnya surut. Indah duduk sambil memeluk bantal. Sekalipun beberapa hari ia lelah dan mengantuk karena kurang tidur, ia sama sekali tidak bisa memejamkan matanya.'Apa aku yang keterlaluan? Terlalu sensitif dan cemburu di saat yang gak tepat?''Tapi bagaimana bisa Mas Sandy berbuat seperti itu padaku? Dia seolah gak menghargai perasaanku?'Indah menarik nafas dalam-dalam, ia mencuci mukanya dan berpikir untuk pulang dahulu ke rumahnya.'Seandainya Mas Sandy masih ingin menemani mama, biar saja dia di sini dulu,' pikir Indah.Indah keluar dari kamar, tak disangka, Daisy masih ada di ruang tamu dan sedang berbincang dengan Irene. Sementara Sandy sedang tertidur di lantai beralaskan