Dalam keadaan seperti ini. Pikiran dan hatinya masih dibutakan oleh cinta. Tentu saja dia tidak akan peduli dengan hal lain selain Natan. Gadis itu lebih memilih memilih mengutak-atik ponselnya. Kembali mencoba menghubungi sang kekasih.
"Apa?" tanyanya seperti malas untuk mendengarkan.
"Jutek amat sih? Gak penasaran dia bilang apa? Dia lumayan ganteng Lo, mirip Oppa yang lo suka." Bayu mendengus memeluk tubuhnya sendiri.
"Gak … gue lagi mikirin kak Natan, susah banget dihubungi."
Bayu pun menepuk jidatnya sendiri, tak habis pikir dengan temannya itu. "Hadehhh, bukannya mikirin bokap, lo malah mikirin pacar?"
"Ya gue mikirin bokap lah. Tapi gue lebih kepikiran pacar gue, nasib hubungan gue sama dia itu gimana? Apalagi Mama dan Paman berencana mau bawa gue ke luar negeri. Trus anak ini gimana?"
Pada usianya yang masih muda. Dianara sudah didatangkan dengan banyak masalah dalam hidupnya. Namun, semua itu juga tak lepas dari kesalahannya sendiri, karena dia yang ingin selalu bebas.
"Bener juga. Gue pikir, Lo harus kasih tau secepatnya deh Nara. Jangan biarkan masalah ini berlarut-larut. Kalau lo butuh bantuan, bilang aja."
"Iya, makasih ya Bay.” Raut wajahnya tampak sendu. “Gue seneng lo udah mau datang dukung gue. Gue nungguin kak Natan buat terus terang ke keluarga gue. Tapi gue sekarang gak tau dia ada di mana, gue gak tau harus gimana. Gue pasrah gimana nantinya aja. Kalau mama bener mau misahin gue dan kak Natan, gue mau kabur aja."
Bayu menegakkan tubuhnya. "Nekat amat sih, Lo? Pikirin dulu Nara, jangan gegabah ambil keputusan."
"Iya, gue tau. Tapi kalau keluarga gue tetap menentang hubungan kami. Gue terpaksa Bay."
"Jangan macam-macam! Ingat loh. Semua masalah pasti ada jalan keluarnya."
Akankah Dianara mendengarkan nasihat Bayu. Dilihat dari karakternya yang keras kepala, Bayu menjadi tidak yakin bahwa Dianara akan patuh. Mengingat dengan kejadian yang sudah terjadi.
Bayu sebenarnya datang untuk menyampaikan sesuatu yang dia dapat dua hari lalu di rumah sakit. Ketika dia pergi menebus obat dan menyelesaikan biaya administrasi Dianara tempo hari. Dia didatangi seorang dokter, yang ternyata adalah orang yang membawa Dianara ke rumah sakit saat gadis itu pingsan di jalan.
Dokter itu menanyakan tentang Dianara. Lebih ke meminta informasi tentang gadis itu. Bayu merasa tidak berhak untuk memberikan identitas Dianara secara detail. Hanya mengatakan sebatas gadis itu adalah teman sekampusnya. Namun, dokter itu mengatakan pernah bertemu dengan Dianara sehari sebelum kejadian, saat di apotik. Dokter itu kelihatannya tertarik pada Dianara. Sebab itulah dia merasa perlu bicara langsung pada gadis itu. Tetapi, sepertinya Dianara tak berniat untuk mendengarkan.
Semua itu dapat dimaklumi. Dianara dihadapi dengan brbagao masaah. Dan kini Dianara tampak enggan untuk membahas hal itu. Bayu juga tak dapat banyak membantu. Dianara juga dikendalikan oleh keluarganya. Yang dapat dia lakukan sekarang hanyalah menjadi teman bicara gadis itu saja.
***
Sementara itu, di lantai bawah tempat Mama dan Tante Dianara berada. Kecurigaan mulai terlihat. Clarissa mulai melihat sesuatu yang beda dari diri Dianara. Hal ini pun langsung dibicarakan pada sang kakak ipar– Asmarini.
"Maksud kamu apa, Rissa?"
Clarissa mengatakan bahwa dia curiga dengan tubuh Dianara yang seperti orang hamil. Asma sempat marah sesaat, walau itu tak dia tunjukkan, tapi dia sudah sedikit emosi dalam batinnya.
"Kakak perhatikan tubuh Dianara. Kelihatan beda kak," ucap wanita keturunan Italia itu dengan aksen yang beda.
"Dia memang sedang bernafsu makan. Tapi itu kan karena dia masih dalam masa pertumbuhan," bantah Asma berusaha sabar.
Dalam hatinya, kenapa Clarissa bisa lancang mengatakan hal itu. Apakah karena pergaulan putrinya sudah melampaui batas? Dia tidak pernah tau selama ini, bagaimana sang putri di luar sana. Dia juga sibuk dengan urusan organisasi dan yayasan yang dijalankan.
"Tidak kak, lihatlah di bagian-bagian tertentu. Seperti bagian dada dan belakangnya." Clarissa tetap pada pendiriannya, matanya tak salah menilai.
Asmarini jadi berpikir. Dua hari ini Dianara memang hanya di kamar saja. Yang mengantar makanan juga selalu ART rumah itu. Namun, setiap pagi dan malam dia masuk untuk melihat putri sematawayangnya itu. Dia memang melihat tubuh putrinya itu terlihat semakin subur. Pertumbuhannya sangat berbeda dari dua bulan yang lalu. Tapi Asma tak merasa curiga sama sekali, dia berpikir itu adalah hal yang wajar.
Setelah Clarissa berkata demikian. Asma akan kembali memastikan bahwa apa yang dimaksud oleh adik iparnya itu, salah. Tidak mungkin kan? Dianara sampai seperti itu. Jika memang benar, berarti dia sudah sangat gagal menjadi seorang ibu yang tak mampu menjaga anak gadisnya.
"Kak … kak Asma?" Clarissa menepuk pelan bahu sang kakak ipar.
Lamunannya buyar seketika. "Hmmm, iya Rissa?"
"Kakak baik-baik saja?" Clarissa sedikit khawatir. Asma memiliki riwayat penyakit jantung. Dia harus waspada setiap saat.
"Kakak gak kenapa-kenapa," jawabnya lirih.
"Maaf, kak. Saya tidak bermaksud lancang. Saya hanya menyampaikan apa yang saya lihat."
"Gak apa-apa, Riss. Kamu gak salah, kakak yang kurang perhatian selama ini. Kita lihat nanti, mungkin kita harus melakukan tes secara diam-diam."
"Iya, kak. Lebih baik seperti itu."
Terlalu banyak kejutan akhir-akhir ini. Belum selesai dengan masalah suaminya yang sangat rumit. Setelah berita penangkapan sang suami dia juga mendapat masalah di yayasan. Sekarang Dianara juga membawa masalah baru. Entah bagaimana nasib keluarganya kelak?
***
Keesokan harinya, Dianara di bangunkan secara paksa oleh Asmarini dan Clarissa. Waktu yang tepat untuk melakukan tes kehamilan adalah di pagi hari. Hasilnya akan jauh lebih akurat dan tepat. Dalam keadaan setengah sadar, Dianara dibawa ke kamar mandi dan di suruh buang air kecil pada sebuah wadah kecil. Gadis itu menurut, matanya terlalu mengantuk untuk paham dengan apa yang dia lakukan. Kesadarannya belum bekerja dalam keadaan seperti itu.
Setelah selesai, Dianara meninggalkan kamar mandi dan menyerahkan wadah kecil itu pada sang Mama. Lalu dia kembali berbaring dan kembali hanyut dalam mimpinya. Kedua wanita itu pun melakukan niatnya semula.
Beberapa menit kemudian….
"Astaga … Dianara!" teriak Asma tiba-tiba. Terdapat dua garis di alat tes itu. Asma langsung syok dan terduduk lemas di lantai.
"Kak?" Clarissa ikut berjongkok di samping kakak iparnya.
Wanita paruh baya itu hampir pingsan akibat kenyataan di depan matanya. Sementara Dianara masih terbuai dalam mimpinya. Asma memegangi dadanya yang terasa sedikit sesak. Matanya menatap nanar anak perempuannya di atas kasur sana. Marah, tentu saja dia marah! Hal memalukan seperti ini kenapa bisa terjadi?
Asmarini bangkit. Dengan marah dia menghampiri Dianara. "Dianara! Bangun …!" teriaknya lagi.
Teriakan yang pertama tak berhasil membangunkan gadis itu. Kali ini gadis itu hanya mengeliat kecil. Asmarini kemudian mengguncangkan tubuh gadis itu dengan kasar.
"Dianara! Bangun!"
"Emm, ada apa sih, Ma?"
"Cepat bangun! Jelaskan apa ini?"
Dianara punterpaksa membuka matanya. Sebuah benda yang tidak asing tampakdi depan wajahnya. Seketika itu dia terbelalak. Tangan mamanya tampak bergetar memegang benda itu."I–ini?""Iya, ini punya kamu!Jelaskan, kenapa kamu melakukan hal kotor seperti itu? Dan lihat hasil perbuatan kamu!"Gadis itu tak dapat berkata-kata. Dia diam terpaku melihat kemurkaan sang mama. Melihat wajah wanita kesayangannya itu pun, Dianarasudah tak berani. Rahasia yang disimpan akhirnya terkuak sebelum dia ungkapkan. Dalam benaknya, kenapa mamanya bisa tau hal ini? Dia pun akhirnyasadar, buang air kecil yang dia lakukan tadi adalah untuk hal ini."Kak Asma?"Tubuh Asma kembali goyah. Clarissa yang bersiaga di samping, dengan cepat menopang tubuh itu. Dianaramelihat hal itu dan ikut menahan mamanya agar tidak jatuh."Mama!"D
Malam harinya.Dianarabenar-benar berencana untuk kembali kabur dari rumah. Mumpung pengawasan sedang longgar, dan paman juga tidak ada di rumah. Di akan nekat untuk datang langsung ke apartemen Natan, kekasihnya. Sudah beberapa hari dia tak dapat kabar. Terlebih lagi sekarang mereka dipaksa untuk berpisah. Dianaratak dapat menahan lagi keinginannya untuk segera pergi.Dia harus meminta Natan untuk mengasi masalah ini.Diam-diam Dianaramenyelinap dari pintu belakang. Bibinya sendang lengah, dan para penjaga hanya berjaga di pintu depan. Diapunpunya kesempatan untuk kabur.Dianarapun baru tau, ternyata Gunawan telah pulang dari Jakarta. Melihat mobil pria yang dia panggil paman Igun itu ada di garasi. Dianaratak peduli, dia langsung meraih kunci, membuka pintu mobilnya dan masuk. Beruntung, pintu garasi masih terbuka, jadi dia tak perlu membuat orang dalam rumah menyadari kep
Di kediaman Gunawan.Kepergian Dianara menjadi masalah besar dan penyebab kekhawatiran semua orang. Gadis keras kepala itu lagi-lagi membuat ulah. Seperti tidak pernah sadar sikap egoisnya itu telah menyusahkan semua orang. Dia selalu bertindak sesuka hati tanpa berpikir panjang. Terkadang dia tau salah, tapi tidak belajar dari kesalahan. Keyakinannya sendiri telah menutupi kepintaran yang dia miliki selama ini. Dia terlalu dibutakan oleh cinta yang ternyata telah merusak segalanya.Bayu kini sudah duduk berhadapan dengan keluarga Dianara. Dia diminta datang untuk menceritakan semua yang dia tau tentang gadis itu. Mendengar Dianara kembali nekat untuk kabur, Bayu merasa harus berterus terang kali ini. Toh, keluarga Dianara sudah tahu akan rahasia itu."Maaf, Om, Tante. Saya tidak begitu mengenal Natan, Dianara hanya sesekali bercerita tentang kedekatan mereka. Dianara tidak pernah memberitahu lebih dari itu," akunya setelah ditanyai mengenai Natan."Lalu, apa kamu tau siapa yang sela
“Apa yang telah terjadi, siapa yang melakukan ini?”Dianara benar-benar ketakutan. Beberapa waktu lalu dia masih bersama Natan, lalu sekarang sudah seperti ini.Meski berteriak sekuat apa pun, tidak akan ada yang bisa mendengarnya. Tubuh gadis malang itu hanya bisa meronta. Dia bergerak sekuat tenaga agar terlepas dari tali-tali yang membelenggunya. Namun, semua usahanya itu sia-sia karena sekeras apa pun dia mencoba tali itu terlalu erat melingkar di badannya.Kap depan mobil tertutup, memperlihatkan sebuah sosok yang sangat dia kenal. Mata Dianara pun terbuka lebar, membelalak tidak percaya. Seketika tubuhnya bergetar melihat sosok yang ada di depan sana.Pria itu menatap lurus pada Dianara yang ketakutan melihat dirinya. Lalu menyeringai tersenyum pada gadis itu. Dengan langkah yang pelan pria itu mendekat. Membuka pintu mobil dan memasukkan setengah badannya.Dianara ingin berteriak, tapi tidak bisa mengeluarkan suaranya sama sekali. Dengan menggerakkan kakinya dia berusaha untuk m
Di bibir jurang maut itu.Natan berdiri dengan santai memasukkan sebelah tangannya ke kantong celana. Sementara tangan satu lagi menggenggam tali yang tadi digunakan untuk mengikat Dianara. Kobaran api besar yang dia lihat di dasar jurang, membuatnya tersenyum puas. Natan punberbalik dan meninggalkan tempat itu.Tak jauh dari tepatnya berada, sebuah mobil terparkir. Ada seseorang di dalam sana, entah sudah berapa lama. Mungkin orang itu telah menjadi saksi atas apa yang Natan lakukan. Pria itu kembali menyeringai, jelas orang itu pasti ada di pihaknya.Natanmelangkah menghampiri mobilmiliknya. Mengetukbagasi belakang, memerintahkan orang pihaknya untuk membuka. Tali di tangan dia simpan di bagasi, lalu berjalan ke pintu sisi penumpang, membuka pintu dan membungkuk. Pria itu tampak santai, seolah kejahatan yang baru saja dia lakukan bukanlah apa-apa. Justru dia tersenyum pada wanita yang menj
'Kecelakaan tragis terjadi di Kota Batu Jawa Timur ( Jatim ). Sebuah mobil sport dengan nomor polisi L-XXXX-DN terjun masuk ke dalam jurang. Sopir yang diduga adalah seorang wanita dari Surabaya, telah dilaporkan meninggal dunia. Peristiwa ini terjadi di kawasan Hutan Kota Batu Jawa Timur. Identitas korban belum diketahui hingga saat ini.''Seperti dikatakan Kapolres Batu AKBP I Nyoman Budi Irawan melalui Kasat Lantas AKP Bambang Yudhoyono di Kota Batu, Jumat (19/04/2023). Ia mengatakan mobil yang dikemudikan korban tersebut masuk ke jurang dengan kedalaman kurang lebih 50 meter.''Kecelakaan lalu lintas di jalan Raya Payung. Kendaraan jenis sport masuk jurang dengan kedalaman kurang lebih 50 meter. Kejadian kurang lebih pukul 23.30 WIB. Setelah masuk ke dalam jurang, mobil itu meledak dan terbakar.''Mobil itu diduga melaju di Jalan Raya Payung, Kelurahan Songgokerto, Kecamatan Batu, dengan kecepatan tinggi. Kemudian, pada saat melalui jalanan yang sedikit menurun dan berliku, diduga
Hinggasiang hari, proses identifikasi pun terusberlanjut. Dokter forensik menyatakan bahwa korban telah hangus terbakar dan sulit untuk dikenali. Namun, mereka tak perlu banyak bekerja. Asmarini telah mengklaim terlebih dahulu bahwa mayat yang bersangkutan memang adalah Dianara. Dengan alasan dia tak sanggup membiarkan jasad anaknya di bedah lebih lanjut. Polisi pun akhirnya menyetujui permintaan keluarga korban.Setelah pihak polisi dan rumah sakit mengizinkan keluarga untuk membawa jasad pulang. Pemakaman palsu untuk Dianarapun segera dilakukan. Asmarini mengantar kepergian jasad putri palsunya. Dengan tangisan dia melihat peti jenazah dimasukkan ke liang lahat. Dia hanya ditemani Bayudan Clarissa, sedangkan Gunawan sudah sibuk mengurus Dianara yang asli.Sebenarnya, hatiwanita paruh baya juga sangat teriris. Mengumumkan pada dunia bahwa Dianaratelah meninggal juga merupakan beban berat untuknya. Menerim
Di perjalanan pulang, Bayu masih memikirkan kenapa Widya menghilang. Saat berhenti di lampu merah, dia mengeluarkan ponsel. Mencoba menghubungi orang yang seharusnya tau mengenai kematian Dianara. Berita telah tersebar, dan dia diberitau untuk tidak mempercayai siapa pun lagi.Meski kabar yang akan disampaikan adalah kebohongan, tapi setidaknya dia ingin melihat reaksi Widya secara langsung.Namun, wanita itu benar-benar menghilang.Bayu mencobabeberapa kali, tapi panggilannya tak ada jawaban sama sekali. Dia pun membuka sosial media, mencari tahu dimana kini Widya berada. Namun, baru saja Bayu membuka aplikasi jutaanumat itu, keningnya mengerut."Widya dalam status online. Kenapa tadi telponku gak diangkat?"Bayu kembali terkejut dengan postingan yang baru saja Widya kirim. Terpampang foto wanita itu sedang berpesta. Dia pun berpikir, Widya tak seharusnya melakukan ini, berp