Yoga mengernyit dan bertanya, "Cecil, kenapa kamu belum tidur?"Wajah Cecil sontak memerah. Dia menjawab dengan terbata-bata, "Pak Yoga, aku ... bersedia tidur denganmu."Jantung Yoga sontak berdetak kencang. Dia menegur, "Jangan sembarangan bicara. Sebaiknya kamu tidur."Cecil seketika berlinang air mata. Dia bertanya, "Pak, apa kamu keberatan karena aku kerja di bar? Tenang saja, aku baru bekerja beberapa hari. Aku masih suci."Yoga segera menyahut, "Cecil, jangan bicara omong kosong. Aku nggak berpikiran seperti itu kok.""Jadi, kamu khawatir aku akan terus mengganggumu? Aku janji nggak bakal mengganggumu. Kalau kamu bersedia, aku bisa saja menjadi wanita simpananmu. Kalau kamu nggak mau, aku bakal menemuimu lagi lain kali. Kamu sudah memberiku bantuan besar, aku cuma bisa membalasmu dengan cara ini," ujar Cecil.Yoga merasa pusing mendengarnya. "Cecil, kalian menderita seperti ini karena perusahaanku. Sudah seharusnya aku membantumu. Jangan pikir yang aneh-aneh. Cepat istirahat san
Yoga langsung menarik tangan Cecil dan berkata, "Ikut aku."Yoga membawa Cecil turun ke lantai bawah. Di lantai bawah, Markus sedang bertransaksi dengan tamu.Tamu itu berkata, "Halo, kami datang untuk membeli barang pribadi Tuan Bimo.""Kalian mau beli barang yang mana?" balas Markus.Tamu itu menyahut, "Kudengar rambut Tuan Bimo sama efektifnya dengan obat mujarab. Beri kami beberapa helai rambutnya.""Rambut bagian atas atau bawah?" tanya Markus."Yang bawah," jawab tamu itu. Markus bertanya lagi, "Mau berapa helai?"Tamu itu menyahut, "Lima helai.""Kalau begitu, harganya 1 triliun. Tolong ditransfer," ujar Markus.Uang 1 triliun segera masuk ke rekening Markus. Markus pun tersenyum lembar. Sebelum ke kamarnya, Markus berkata, "Tunggu sebentar ya."Begitu melihat Markus, Yoga langsung memanggilnya, "Markus, apa kamu melihat ibu Cecil semalam?""Kamu nggak lihat aku sibuk berbisnis? Aku nggak punya waktu mengurus wanita tua. Aku nggak lihat," sahut Markus dengan tidak acuh.Setelah
"Mereka menekan dana kompensasi serendah mungkin. Bukan cuma nggak bisa bangun rumah, yang sakit pun nggak bisa berobat.""Wanita tua itu pasti ingin memberi uangnya untuk putrinya. Dia nggak ingin uang itu habis karena pengobatannya.""Sebenarnya tindakannya agak bodoh. Kalian masih ingat wanita yang pergi ke kantor relokasi? Dia langsung bunuh diri di sana. Uangnya pun cair."Yoga mengepalkan tangannya dengan erat. Amarah hampir membuatnya kehilangan akal sehatnya. Geng Naga ini benar-benar biadab!Kompensasi itu adalah jaminan hidup para penduduk ini. Sementara itu, Geng Naga malah tidak memberikannya. Bukankah ini sama dengan ingin membunuh para penduduk? Sampai-sampai ada yang pergi ke kantor untuk bunuh diri? Sungguh keterlaluan! Geng Naga harus mendapat ganjaran!Ketika melihat Cecil menangis tersedu-sedu, Yoga merasa tidak tega. Dia segera memeriksa denyut nadi ibu Cecil. Siapa sangka, ternyata masih ada sedikit denyutan.Yoga merasa senang. Dia segera berkata kepada Cecil, "Ce
"Yoga, kamu di mana?" tanya Ambar dengan kesal."Kenapa? Apa ada urusan?" tanya Yoga balik."Tentu saja ada! Masa aku mencarimu untuk ngobrol santai? Datang ke rumahku. Ada yang ingin kubicarakan," sahut Ambar dengan jengkel."Ya sudah, aku segera ke sana," ucap Yoga. Setelah ke rumah Karina, Yoga baru akan mencari Geng Naga untuk memberi mereka pelajaran.Segera, Yoga tiba di rumah Karina. Hanya ada Karina dan Ambar di rumah. Jelas, kedua wanita ini sedang bertengkar. Mereka duduk berjauhan dan tidak menghiraukan satu sama lain. Sarapan di atas meja juga belum habis dimakan.Karena suasana yang suram, Yoga tak kuasa merasa gugup. Dulu ketika kedua wanita ini bertengkar dan Yoga belum bercerai dari Karina, dirinya selalu terkena imbasnya.Yoga bertanya dengan hati-hati, "Bibi, Karina, ada apa?""Kamu tanyakan saja padanya," sahut Karina dengan marah. Sepertinya masalah ini lebih rumit dari yang dibayangkan Yoga.Yoga bertanya kepada Ambar, "Bibi, ada masalah apa?"Ambar menyahut dengan
Ambar tersenyum sinis dan menyindir, "Huh! Sudah kubilang kamu bakal rugi kalau nggak dengar nasihatku! Sekarang sudah kapok, 'kan?""Karina, ada masalah apa?" tanya Yoga dengan penuh perhatian.Karina menatap Ambar dan tampak ragu-ragu. Ambar berkata, "Katakan saja, apa yang terjadi? Kamu putriku. Aku nggak mungkin mengabaikanmu. Aku galak juga demi kebaikanmu."Karina berucap dengan hati-hati, "Bukan aku, tapi Gatot.""Apa? Apa yang terjadi padanya?" Ambar sontak bangkit dari sofa.Karina menyahut, "Tadi Geng Naga yang meneleponku. Mereka menculik Gatot dan minta kita menebusnya dengan uang.""Apa? Geng Naga? Astaga!" Pandangan Ambar sontak menggelap. Dia terduduk kembali di sofa."Ibu!" Karina buru-buru menghampiri dan menepuk dada Ambar untuk menenangkannya. "Jangan panik. Mereka menyuruh kita menebusnya, berarti mereka ingin uang. Mereka nggak bakal macam-macam pada Gatot. Ayo, kita pergi sekarang.""Tapi ... mereka Geng Naga. Mereka punya kekuasaan besar dan sangat kejam. Mereka
"Segera bawa kami temui Gatot.""Aku ...." Pemuda itu tidak berani banyak bicara lagi. Dia langsung membawa Yoga untuk mencari orang tersebut. Dia merasa sangat kesal.'Sialan, padahal aku ini perampok, kamu ini keluarga sandera! Memangnya kamu nggak bisa sadar diri? Baru ketemu saja sudah menamparku dua kali. Orang yang nggak tahu mungkin akan mengira kamu perampoknya!''Ini berbeda sekali dengan yang ditayangkan di drama-drama! Sialan, tunggu saja. Aku pasti akan balas dendam!' batin pemuda itu.Ambar mengalihkan pandangannya antara Yoga dan pemuda itu secara bergantian. Kemudian, dia bertanya, "Yoga, kamu punya dendam sama pemuda ini?"Yoga mengangguk dengan perlahan.Ambar langsung marah besar, "Yoga, apa mereka menangkap putraku ini ada hubungannya denganmu? Kamu yang mencelakai anakku! Pantas saja. Gatot adalah anak baik, mana mungkin dia akan menyinggung Geng Naga ...."Karina buru-buru menyergah, "Ibu, jangan banyak bicara. Sekarang ini kita masih berharap sama Yoga untuk nolon
"Sialan ...." Si Gemuk marah besar. Memangnya Yoga tidak bisa membiarkan dia bergaya sebentar? Dengan kehadiran Yoga di sini, si Gemuk juga tidak punya suasana hati untuk bermain biliar lagi.Dia pun meletakkan tongkat biliarnya dan berkata, "Sudahlah, kita langsung bicara urusan serius saja." Lebih baik segera selesaikan urusan ini, lalu usir si pembawa sial ini.Setelah menenangkan diri, si Gemuk berkata dengan nada bicara bagaikan seorang "penculik", "Si Gatot berjudi di kasinoku semalaman dan kalah total. Akhirnya dia berutang sama rentenir dan nggak bisa bayar. Jadi, wajar saja kalau aku cari keluarganya untuk bantu dia bayar, 'kan?"Lagi-lagi berjudi! Karina mengumpat dengan kesal, "Memang nggak bisa berubah! Katakanlah, berapa utangnya? Aku akan suruh bagian keuangan untuk transfer ke kalian."Ambar menghela napas lega. Kalau cuma utang judi, masalah ini lebih mudah diatasi.Si Gemuk menjawab, "20 triliun!""Apa?" Emosi Karina meledak. "20 triliun? Mana mungkin! Nggak mungkin di
Si Gemuk membalas, "Sialan, kenapa kamu banyak sekali omong kosong. Pokoknya cepat serahkan uangnya saja ....""Kalau kamu nggak telepon, akan kuhajar kamu sekarang juga," balas Yoga.Sialan .... Si Gemuk benar-benar tidak bisa menyinggung Yoga sama sekali. Pada akhirnya, dia mengeluarkan ponselnya untuk menelepon bosnya. Tak lama kemudian, telepon itu pun tersambung.Si Gemuk berkata dengan nada hormat, "Tuan Sudiro, aku ini si Gemuk. Sementara ini berjalan mulus, tapi mereka mau bicara dengan Anda untuk memastikan keselamatan sandera."Sudiro memakinya, "Bodoh! Sandera apanya? Gatot itu orang yang berutang sama kita!"Si Gemuk membalas dengan penuh rasa bersalah, "Ya, benar. Aku yang salah bicara. Dia itu orang yang berutang, bukan sandera."Yoga mengambil ponsel itu dan bertanya, "Kamu bos Geng Naga?""Benar!" Sudiro melanjutkan, "Kamu keluarga Gatot? Si Gemuk sudah jelaskan kejadian detailnya padamu, 'kan? Sebaiknya kamu tahu diri."Yoga melanjutkan, "Dana kompensasi untuk relokasi
Seiring terdengarnya suara Yoga, mata hijau besar di langit tiba-tiba meledakkan cahaya yang luar biasa terang. Cahaya hijau yang menyilaukan langsung menerangi seluruh langit, lalu menciptakan suasana yang terasa sangat aneh dan menakutkan.Prajna dan yang lainnya terdiam di tempat. Mereka menatap kosong ke arah langit. Ekspresi mereka dipenuhi keterkejutan yang tidak bisa disembunyikan."Apa yang terjadi? Apakah makhluk ini benar-benar akan menunjukkan kekuatannya?""Ya ampun! Gimana dia bisa memancarkan cahaya sekuat ini? Apa yang sebenarnya terjadi?""Mengerikan, benar-benar terlalu mengerikan! Apa ini berarti wujud aslinya akan segera muncul?"Dalam sekejap, hati mereka semua dipenuhi kecemasan yang mendalam. Pikiran mereka kacau. Semuanya saling bertanya-tanya tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.Namun, Yoga tetap berdiri di tempatnya dengan tenang. Tatapannya dingin dan penuh keyakinan saat memandang ke arah langit.Yoga sudah lama menyadari bahwa mata hijau di atas sana b
Tiba-tiba Yoga berseru demikian. Semua orang makin terkejut. Raut wajah mereka penuh keterkejutan dan keraguan. Di saat genting seperti ini, Yoga menyuruh mereka keluar untuk mengambil Bunga Putih? Bukankah itu sama saja dengan mengirim mereka ke kematian?Dalam sekejap, hati semua orang dipenuhi rasa takut. Wajah mereka menjadi pucat, sementara tubuh mereka gemetar. Tidak ada yang berani maju.Yoga pun mengernyit. Suaranya meningkat dengan nada perintah ketika berseru, "Cepat!" Mendengar itu, wajah semua orang makin menunjukkan ekspresi kebingungan dan dilema.Kemudian, Yoga menambahkan dengan nada dingin, "Makhluk di langit ini urusanku. Kalian jangan jadi pengecut!"Semua orang saling berpandangan. Mereka tidak tahu harus berbuat apa. Tentu saja mereka tidak ingin mati. Hanya saja jika Yoga sudah memberikan perintah, mereka tidak berani menolaknya."Ayo kita lakukan bersama! Jangan sampai Bos meremehkan kita!" seru Prajna sambil menggertakkan giginya dengan penuh tekad.Orang-orang
Sungguh kekuatan yang mengejutkan. Salah satu orang bertanya, "Apa ini? Kenapa kelihatannya seperti mata?"Alis Yoga terangkat sedikit. Dia menunjukkan ekspresi terkejut. Benar-benar seperti yang dikatakan Prajna dan yang lainnya, ini terlalu mirip.Prajna dan yang lainnya terlihat sangat cemas. Salah satu dari mereka memanggil Yoga dengan suara pelan, "Bos, cepatlah kembali! Kalau nggak, ini bisa jadi sangat berbahaya!"Mereka sudah mengingatkan sebelumnya agar Yoga tidak muncul di tempat terbuka. Kalau dia terlihat, itu bisa membahayakan nyawanya.Namun, Yoga tetap tidak mendengarkan dan dengan sengaja menampakkan diri. Dia justru membalas dengan tenang, "Nggak apa-apa."Jika ada yang ingin membunuh Yoga, mereka setidaknya harus memiliki kekuatan setara dengan kultivator raja. Mata di langit itu memang membawa aura bahaya, tetapi Yoga tidak merasa itu cukup untuk mengancam dirinya.Melihat sikapnya yang begitu santai, Prajna dan yang lainnya hanya bisa menghela napas dengan perasaan
Boom!Hardi langsung terlempar dan menghantam permukaan tanah dengan keras. Terdapat cekung di antara dada dan perutnya dan memuntahkan darah, lalu terjatuh ke tanah dan tidak bergerak lagi. Dia mati dengan kedua mata yang terbuka dan terlihat penuh dengan penyesalan. Dia merasa dia tidak seharusnya menyinggung pria ini, sehingga dia tidak akan mati."Kamu nggak boleh membunuhku, aku adalah anggota Keluarga Husin. Ini sama saja kamu mencari mati," kata Girbet yang ketakutan sampai kedua kakinya gemetar, lalu terjatuh ke tanah dan terus mundur.Yoga yang berdiri di depan mengamati Girbet dari atas ke bawah dengan tatapan yang meremehkan, lalu berkata dengan tenang, "Aku nggak akan membunuhmu."Mendengar perkataan itu, ekspresi Girbet menjadi ganas dan juga gembira. Sepertinya, pria ini juga takut dengan reputasi Keluarga Husin. Di dunia kultivator kuno ini, tidak ada yang berani melawan keluarganya ini."Huh. Kalau sekarang kamu berlutut di depanku dan minta maaf, aku akan memaafkanmu,"
Pada saat itu, suasana di seluruh tempat itu menjadi sunyi. Mereka semua tercengang dan berdiri dengan diam di tempatnya. Mereka tidak menyangka pria di depannya mereka ini ternyata memiliki kekuatan yang begitu menakutkan. Hanya dengan satu serangan saja, Yoga berhasil membantai orang-orang dari Keluarga Husin.Yoga berdiri dengan gagah di tubuh orang yang sudah mati itu dan mengamati semua orang di depannya dengan tenang. Sementara itu, tubuh yang berada di bawah kakinya sudah menjadi lubang darah karena diinjak. Pemandangan itu terlihat sangat berwibawa dan menakutkan."Kenapa kalian masih berdiri saja? Dia hanya sendirian, mana mungkin bisa mengalahkan begitu banyak orang. Dia hanya sampah yang bersekongkol dengan manusia hantu, apa haknya sombong di sini?" teriak Girbet dengan marah dan ekspresinya sangat muram.Selama ini, tidak ada orang yang berani melukai orang-orang dari Keluarga Husin. Apalagi Yoga di depan mereka ini hanya sampah yang bersekongkol dengan manusia hantu."Ser
Saat melihat orang-orang di belakang, mata Prajna dan yang lainnya langsung membelalak. Tatapan mereka terlihat terkejut dan gelisah."Bukankah orang-orang ini ... dari Keluarga Husin?""Gawat, mereka datang secepat ini. Bahkan membawa begitu banyak orang.""Orang itu juga ada, pasti dia yang bilang pada mereka. Kali ini kita sepertinya sudah salah melepaskan orang itu."Semua orang mengeluh dan melampiaskan ketakutan mereka. Mereka merasa tidak ada peluang untuk menang melawan orang-orang dari Keluarga Husin."Bos ...." Semua orang hanya bisa menatap pada Yoga dan menaruh harapan mereka pada kekuatan Yoga. Bagaimanapun juga, mereka semua mengandalkan kekuatan Yoga untuk sampai di sini."Tuan, orang ini yang membunuh orang-orang dari Keluarga Teungku," kata Hardi yang langsung marah saat melihat Yoga dan segera menunjuknya. Ekspresinya yang marah sampai menggertakkan gigi, seolah-olah ingin mengoyak Yoga sampai berkeping-keping."Hehe!" Girbet melirik Yoga dengan sikap yang meremehkan
"Manusia hantu?" Ekspresi Girbet langsung terlihat meremehkan dan penuh dengan kebencian.Orang-orang di belakangnya langsung saling memandang dan mendengus.Bagi empat keluarga besar, manusia hantu ini dianggap sebagai kelompok yang menjijikkan. Siapa pun yang berteman dengan mereka sama saja merendahkan martabatnya sendiri."Huh. Sampah seperti ini juga bisa membunuh orang juga? Jadi, kamu lebih parah daripada sampah ini?" sindir Girbet."Aku ...." Hardi terbata-bata dengan ekspresi yang sangat muram. Bagaimanapun juga, Keluarga Husin adalah tuan dari Keluarga Teungku. Mereka adalah bawahan seumur hidupnya, sehingga Hardi tidak berani membantah."Ayo pergi. Aku kebetulan sedang senggang, nggak ada salahnya melihat-lihat. Memukul anjing juga harus melihat siapa tuannya. Orang itu pasti mati," kata Girbet dengan santai, lalu langsung membawa orang-orangnya untuk mengejar."Orang itu sepertinya belum bermutasi, mungkin baru saja dibuang ke sini. Kalau kamu yang turun tangan, kamu pasti
Semua orang segera membujuk Yoga karena merasa sangat cemas. Merasa sangat ketakutan, khawatir Hardi benar-benar akan kembali dan menyampaikan pesan itu pada Keluarga Husin. Melihat bayangan Hardi yang makin menjauh dan hampir menghilang dari pandangan mereka, mereka pun gelisah sampai tidak bisa berdiri dengan tenang."Aku memang sengaja membiarkan dia pulang. Cepat atau lambat aku akan mengendalikan Keluarga Husin dan membuat mereka tunduk padaku. Kalian takut? Meskipun takut, kalian tetap harus berdiri dengan tegak," kata Yoga dengan nada datar sambil menatap semua orang dengan tenang. Aura yang menekan pun perlahan-lahan menyebar ke sekitar dan ekspresinya dingin serta penuh tekad.Prajna dan yang lainnya langsung tertegun sejenak dan tidak bisa berkata apa-apa. Tidak ada satu pun dari mereka yang menyangka sikap Yoga akan begitu tegas seperti ini. Melihat sikapnya yang begitu, mereka hanya bisa menutup mulut dan tidak mencoba untuk membujuknya lagi.Namun, dalam hati Prajna dan ya
"Dari mana datangnya keberanianmu ini sampai berani begitu angkuh?" kata Hardi dengan sudut bibir yang berkedut dan ekspresi yang sangat jijik. Dia menatap Yoga dengan tajam dan penuh dengan niat membunuh.Orang-orang di sekitar Hardi semuanya menyerbu dan bersiap untuk membunuh Yoga.Prajna dan yang lainnya juga tidak mungkin hanya diam dan melihat Yoga dihina.Namun, saat Prajna dan yang lainnya hendak bergerak, Yoga berkata dengan tenang dan tersenyum dingin, "Biar aku saja."Setelah datang ke dunia kultivator kuno, Yoga belum pernah melawan orang-orang di tempat ini. Dia masih tidak tahu apakah kekuatan mereka yang ada di sini berbeda dengan dirinya.Melihat situasinya, Prajna dan yang lainnya juga berhenti bergerak lagi dan segera mundur. Mereka menunggu untuk menonton pertunjukan karena orang yang sudah berani menyinggung Yoga sama saja mencari mati.Tepat pada saat itu, orang-orang dari Keluarga Teungku di sekitar sudah berdiri di depan Yoga dan langsung melayangkan serangan-ser