Share

Bab 983

Penulis: Vodka
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-26 18:00:01
"Segera bawa kami temui Gatot."

"Aku ...." Pemuda itu tidak berani banyak bicara lagi. Dia langsung membawa Yoga untuk mencari orang tersebut. Dia merasa sangat kesal.

'Sialan, padahal aku ini perampok, kamu ini keluarga sandera! Memangnya kamu nggak bisa sadar diri? Baru ketemu saja sudah menamparku dua kali. Orang yang nggak tahu mungkin akan mengira kamu perampoknya!'

'Ini berbeda sekali dengan yang ditayangkan di drama-drama! Sialan, tunggu saja. Aku pasti akan balas dendam!' batin pemuda itu.

Ambar mengalihkan pandangannya antara Yoga dan pemuda itu secara bergantian. Kemudian, dia bertanya, "Yoga, kamu punya dendam sama pemuda ini?"

Yoga mengangguk dengan perlahan.

Ambar langsung marah besar, "Yoga, apa mereka menangkap putraku ini ada hubungannya denganmu? Kamu yang mencelakai anakku! Pantas saja. Gatot adalah anak baik, mana mungkin dia akan menyinggung Geng Naga ...."

Karina buru-buru menyergah, "Ibu, jangan banyak bicara. Sekarang ini kita masih berharap sama Yoga untuk nolon
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 984

    "Sialan ...." Si Gemuk marah besar. Memangnya Yoga tidak bisa membiarkan dia bergaya sebentar? Dengan kehadiran Yoga di sini, si Gemuk juga tidak punya suasana hati untuk bermain biliar lagi.Dia pun meletakkan tongkat biliarnya dan berkata, "Sudahlah, kita langsung bicara urusan serius saja." Lebih baik segera selesaikan urusan ini, lalu usir si pembawa sial ini.Setelah menenangkan diri, si Gemuk berkata dengan nada bicara bagaikan seorang "penculik", "Si Gatot berjudi di kasinoku semalaman dan kalah total. Akhirnya dia berutang sama rentenir dan nggak bisa bayar. Jadi, wajar saja kalau aku cari keluarganya untuk bantu dia bayar, 'kan?"Lagi-lagi berjudi! Karina mengumpat dengan kesal, "Memang nggak bisa berubah! Katakanlah, berapa utangnya? Aku akan suruh bagian keuangan untuk transfer ke kalian."Ambar menghela napas lega. Kalau cuma utang judi, masalah ini lebih mudah diatasi.Si Gemuk menjawab, "20 triliun!""Apa?" Emosi Karina meledak. "20 triliun? Mana mungkin! Nggak mungkin di

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 985

    Si Gemuk membalas, "Sialan, kenapa kamu banyak sekali omong kosong. Pokoknya cepat serahkan uangnya saja ....""Kalau kamu nggak telepon, akan kuhajar kamu sekarang juga," balas Yoga.Sialan .... Si Gemuk benar-benar tidak bisa menyinggung Yoga sama sekali. Pada akhirnya, dia mengeluarkan ponselnya untuk menelepon bosnya. Tak lama kemudian, telepon itu pun tersambung.Si Gemuk berkata dengan nada hormat, "Tuan Sudiro, aku ini si Gemuk. Sementara ini berjalan mulus, tapi mereka mau bicara dengan Anda untuk memastikan keselamatan sandera."Sudiro memakinya, "Bodoh! Sandera apanya? Gatot itu orang yang berutang sama kita!"Si Gemuk membalas dengan penuh rasa bersalah, "Ya, benar. Aku yang salah bicara. Dia itu orang yang berutang, bukan sandera."Yoga mengambil ponsel itu dan bertanya, "Kamu bos Geng Naga?""Benar!" Sudiro melanjutkan, "Kamu keluarga Gatot? Si Gemuk sudah jelaskan kejadian detailnya padamu, 'kan? Sebaiknya kamu tahu diri."Yoga melanjutkan, "Dana kompensasi untuk relokasi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 986

    Di sisi lain, Ambar merasa sangat terluka sekaligus marah. Yang membuatnya sakit hati adalah melihat fondasi yang telah dibangun oleh Karina selama setengah hidupnya, kini lenyap begitu saja. Setelah ini, keluarga mereka tidak akan menjalani kehidupan yang baik lagi.Sementara itu, yang membuatnya marah adalah Yoga. Menurutnya, Yoga benar-benar tidak berguna. Dia datang bersama mereka, tetapi tidak memberikan kontribusi apa pun. Pada akhirnya, Karina tetap harus menyerahkan sahamnya.Saking marahnya, ingin sekali rasanya Ambar mencabik-cabik Yoga. Setelah dipikir-pikir, sejak Yoga mendekati Karina, keluarga mereka tidak pernah menemui hal yang baik. Orang ini benar-benar pembawa sial.Melihat tatapan penuh kebencian dari Ambar, Yoga bisa menebak dengan jelas apa yang dipikirkan wanita itu. Yoga merasa jengkel, sekaligus ingin tertawa.Di saat seperti ini, Ambar masih saja menyalahkannya? Bukankah seharusnya dia menyalahkan Gatot? Gatot yang menghancurkan keluarganya! Sudah setahun lebi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 987

    Yoga meledakkan auranya dan bersiap untuk menghabisi si Gemuk. Si Gemuk terintimidasi oleh aura Yoga hingga tidak berani lagi bersikap keras kepala. "Oke, oke, aku bilang ....""Suatu kali, aku kebetulan mendengar Tuan Sudiro menelepon seseorang yang misterius. Tuan Sudiro memanggil orang itu 'Tuan Husin'. Semua yang dilakukan Geng Naga adalah perintah dari Tuan Husin. Di hadapan Tuan Husin, Tuan Sudiro nggak ada apa-apanya."Yoga bertanya lagi, "Tuan Husin? Siapa itu?""Kalau itu aku benar-benar nggak tahu. Aku sumpah ...."Plak! Yoga kembali menampar wajah si Gemuk. Namun, si Gemuk tetap saja bersikeras mengatakan dia tidak tahu identitas Tuan Husin. Dari penampilannya, si Gemuk tampaknya memang tidak tahu hal ini.Yoga memperingatkan si Gemuk, "Pulang dan beri tahu Tuan Sudiro, Geng Naga harus menghilang dalam dua hari. Kalau dia berinisiatif datang untuk minta maaf, mungkin aku masih bisa memberinya kematian yang nggak menyiksa. Kalau nggak, kujamin dia akan mati tersiksa pelan-pel

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 988

    Yoga mengendarai mobilnya menuju Grup Yoga. Di perjalanan, dia menelepon Ayu. Namun saat teleponnya baru berdering dua kali, panggilan itu langsung terputus. Ketika Yoga meneleponnya kembali, ponselnya telah dinonaktifkan.Hati Yoga langsung mencelos. 'Sialan, Ibu mungkin saja dalam bahaya. Kalau nggak, nggak mungkin dia nggak angkat teleponku.'Di saat itu juga, Yoga menelepon Roselia, "Kak, aku butuh bantuanmu dengan mendesak."Roselia mendengus. "Huh! Waktu butuh bantuan kamu bisa teringat sama aku. Kenapa waktu tidur nggak ingat aku? Dasar nggak tahu terima kasih ....""Kak, sekarang aku nggak ada waktu untuk bercanda denganmu ...."Roselie membalas, "Kalau begitu kenapa kamu punya waktu untuk bercanda sama wanita berkostum kelinci semalam itu? Apalagi, bercandanya di ranjang yang sama."Yoga terdiam. "Kak, kamu ngutus orang untuk memata-mataiku?""Omong kosong!" Roselia menimpali, "Mana mungkin aku bisa tenang membiarkan kalian berduaan di ruangan yang sama? Kalau nggak awasi kamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 989

    "Ayu, adikku tersayang, Harsha ini keponakan kandungmu. Dia yang akan mewarisi posisi Kepala Keluarga Husin kelak. Kenapa kamu memperlakukannya sekejam ini? Kalian ini masih punya hati nurani nggak?"Ayu buru-buru menjelaskan, "Kak, masalahnya nggak seperti yang kamu bayangkan. Dengarkan dulu penjelasanku.""Persetan dengan penjelasan!" Farel melanjutkan, "Mau dijelaskan sampai gimana pun, nggak akan bisa mengubah kenyataan bahwa putraku sudah cacat!"Biasanya, hanya sepatah kata dari Farel saja sudah cukup untuk membuat Ayu tidak berani membantah atau berdebat. Namun hari ini, demi membela Yoga, Ayu bersikeras membela diri meskipun dengan hati yang berdebar."Kak, ini karena Harsha yang berbuat jahat duluan, makanya Yoga baru memberinya pelajaran. Harsha baru saja tiba, tapi dia tiba-tiba mendesakku menyerahkan tanah konstruksi Grup Yoga dan bahkan menyerangku setelah permintaannya kutolak.""Karena rencana buruknya nggak terealisasi, dia bersekongkol sama orang luar untuk membuat kek

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 990

    Farel berkata, "Huh! Apa hebatnya cuma tingkat jumantara? Beberapa waktu yang lalu, aku mendapat peluang di perbatasan dunia bela diri kuno dan dunia fana. Jangankan tingkat jumantara, aku mungkin saja bisa menerobos jadi kultivator jenderal dalam waktu dekat!""Begitu naik menjadi kultivator jenderal, Keluarga Husin pasti akan bisa menekan ketiga keluarga kultivator kuno lainnya dan jadi pemimpin! Selain itu, kalau keluarga kita bisa kerja sama dengan Tuan Bimo, pasti akan jadi lebih sukses lagi!""Benarkah?" tanya Harsha. "Selamat untuk Ayah!"Farel melanjutkan, "Hanya saja, Tuan Bimo ini sifatnya sangat penyendiri dan angkuh. Sulit sekali mau jalin kerja sama dengannya. Jadi, aku ingin memberikan tanah Grup Yoga itu kepada Tuan Bimo untuk menyenangkan hatinya. Dengan begitu, kita punya harapan untuk kerja sama."Harsha semakin terkejut. "Ayu, kamu sudah dengar itu? Cepat serahkan tanahnya! Masalah ini menyangkut masa depan Keluarga Husin. Kalau kamu menundanya, berarti kamu ini adal

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 991

    Yoga berkata, "Ibu, nggak perlu takut pada Keluarga Husin! Beraninya idiot ini memukulmu! Hari ini, aku pasti akan menghabisinya!"Ketika melihat Yoga hendak mengambil tindakan, Ayu bergegas menghentikannya dan menegur, "Yoga, berhenti! Jangan bersikap lancang pada seniormu!"Yoga menatap Farel. Ternyata pria yang bersikap sok mulia ini juga anggota Keluarga Husin?Saat ini, Farel ingin sekali membunuh Yoga. "Kamu Yoga? Kamu anak haram Ayu?""Tutup mulutmu!" hardik Yoga."Kamu ...." Farel naik pitam. Dengan dipenuhi niat membunuh, dia membentak, "Beraninya anak haram sepertimu berteriak padaku! Hari ini, kamu harus menanggung konsekuensi atas sikap lancangmu!"Harsha menggertakkan gigi dan berucap, "Ayah, anak haram ini yang memukulku. Kalau bukan karena aku beruntung, aku pasti sudah mati dibuatnya. Kamu harus membalaskan dendamku."Farel menghampiri Yoga selangkah demi selangkah. Dia berujar, "Oke. Hari ini, kita selesaikan semua perselisihan kita.""Rupanya kamu ayah Harsha. Kamu ng

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-30

Bab terbaru

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1197

    Hilda berkata, "Jangan terlalu terburu-buru, biarkan dia istirahat dulu."Wenny membalas, "Sekarang ada begitu banyak orang yang mengincarnya, dia masih ada waktu untuk beristirahat?"Keduanya hampir saja terlihat dalam pertengkaran.Yoga segera berkata, "Tenang saja. Kali ini nggak ada yang mendapatkan harta karun, nggak ada yang menemukan nadi naga juga."Jawaban ini jelas membuat kedua wanita itu tercengang dan saling menatap dengan ekspresi bingung.Wenny kembali bertanya, "Jadi, apa saja yang kalian lakukan kali ini?"Yoga menjawab dengan santai, "Hanya jalan-jalan saja, jangan khawatir."Hilda segera bertanya, "Kalau begitu, apa kita boleh pergi ke sana lagi untuk wisata?"Yoga menjawab dengan santai, "Pintu masuknya sudah tertutup, nggak ada yang bisa masuk ke sana lagi. Kalian boleh melaporkan kabar ini pada pihak Kota Terlarang."Dia sangat memahami bahwa kedua wanita ini menanyakan pertanyaan ini hanya demi pihak Kota Terlarang, para tetua di sana pasti ingin mengetahui infor

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1196

    Di ruangan VIP di sebuah hotel, Yoga duduk dan menatap Winola dan Sutrisno yang berada di depannya dengan tenang.Winola yang memulai pembicaraan, "Apa yang ingin kamu bicarakan?"Yoga berkata, "Sepanjang perjalanan ini, aku bisa melihat kamu dan Sutrisno adalah tipe orang yang sama."Winola langsung bertanya, "Tipe orang seperti apa?"Yoga menjawab, "Tipe orang yang diikat oleh keluarga dan terus ditekan. Ingin memberontak, tapi nggak berdaya."Winola langsung mengernyitkan alis dan ekspresinya terlihat terkejut, lalu melihat ke arah Sutrisno.Sutrisno berkata, "Benar. Aku memang nggak terlalu dihargai di Keluarga Salim, hanya bisa terus menerima tekanan."Yoga melanjutkan, "Jadi, bagaimana kalau kita bekerja sama untuk mendapatkan keinginan kita?"Winola menjawab, "Nasib kita yang generasi muda ini sungguh ironis. Ternyata nasib kita nggak jauh berbeda."Yoga kembali berkata, "Suatu hari nanti aku akan kembali ke dunia kultivator kuno. Pada saat itu, kalian juga pasti akan menerima k

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1195

    Tak lama kemudian, kerumunan itu pun tiba di rumah Keluarga Husin.Saat ini, tidak ada banyak orang yang berada di rumah itu, sehingga mereka tertegun saat melihat ada begitu banyak orang yang datang."Di mana Farel? Suruh dia keluar ke sini!" teriak Luna dengan marah dan aura yang menekan. Dia sudah mengalami begitu banyak hal saat berada di dunia rahasia, dia tidak mungkin membiarkan ini begitu saja. Sekarang Farel malam mendapatkan harta karun itu, bukankah ini kesempatan bagi tiga keluarga besar lainnya untuk bersatu?"Farel? Dia belum kembali. Bukannya dia pergi bersama kalian?" tanya orang-orang dari Keluarga Husin sambil menatap kerumunan itu dengan ekspresi bingung."Kamu yakin dia belum pulang?" tanya anggota Keluarga Husin yang baru saja kembali dengan segera."Belum. Kenapa?" tanya salah satu anggota di rumah itu lagi."Kalau begitu, segera hubungi pihak dunia kultivator kuno, bilang Farel sudah mendapatkan rahasia Pil Ketenangan Jiwa. Tapi, saat ini dia sedang melarikan dir

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1194

    "Semuanya jangan bergerak, berhenti!" Semua kultivator kuno langsung maju dan segera mengepung Yoga dan yang lainnya. Mereka menatap Yoga dan yang lainnya dengan sangat waspada, khawatir ada yang melarikan diri.Sutrisno langsung bertanya, "Kalian gila ya? Kalian nggak tahu siapa aku? Berani-beraninya kalian menghentikanku."Winola menambahkan, "Hanya dengan kalian saja pun ingin menangkapku? Kalian sudah gila ya?"Dalam sekejap, semua orang yang berada di tempat itu tercengang dan saling memandang."Ternyata ... kamu adalah Tuan Sutrisno. Kamu berhasil keluar ya?""Nona Winola juga baik-baik saja. Ada apa ini?""Aneh. Di mana orang dari Keluarga Kusuma itu? Cepat keluar!"Semua orang mulai berteriak dengan keras.Pada saat itu, Luna akhirnya keluar dari kerumunan. Dia juga terkejut dan menatap ketiga orang di depannya dengan bingung."Yoga, kenapa kalian semua baik-baik saja?" tanya Luna dengan bingung. Sesuai dengan apa yang dilihatnya di dunia rahasia, Yoga seharusnya sudah mati."I

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1193

    "Di zaman mereka itu tingkatan berkuasa, tapi semuanya sudah berubah di zaman kita," kata Yoga.Winola dan Sutrisno langsung saling memandang. Mereka sudah bisa melihat keputusan Yoga.Saat ini, Bimo yang berada di benak Yoga sudah tidak bisa menahan diri lagi. Pandangannya terpaku pada nadi naga itu dengan jantung yang berdebar.Bimo berkata, "Anak muda, kamu sudah gila ya? Ini adalah nadi naga!"Yoga bertanya, "Kenapa kalau ini nadi naga? Apa hubungannya denganku?"Bimo berkata lagi, "Nadi naga ini bisa mengubah situasi dunia ini dan membuat namamu tercatat dalam sejarah. Kamu benar-benar nggak tergoda?"Yoga menjawab, "Nggak tergoda. Beban dari benda ini terlalu besar, aku nggak sanggup menanggungnya."Bimo membalas, "Kalau kamu nggak mau, berikan saja padaku. Biar aku yang membangkitkan kembali kejayaan Daruna dan semua bangsa datang memberi hormat."Yoga langsung berkata, "Zaman sudah berubah, lebih baik kamu tidur saja."Bimo berkata dengan marah, "Anak muda, jangan memaksaku! Ke

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1192

    Cahaya berbentuk naga itu terpantul di mata mereka bertiga. Cahaya itu begitu memukau hingga terasa menyilaukan.Ekspresi mereka berubah drastis. Masing-masing dikuasai rasa kagum bercampur takjub. Tak pernah terbayangkan bahwa mereka akan menyaksikan pemandangan sehebat ini di sini.Sutrisno bertanya dengan kaget, "Yoga, apa kamu pernah lihat nadi naga sebelumnya? Kamu yakin ini benar-benar nadi naga?""Kalau berdasarkan fengsui, ini memang nadi naga," jawab Yoga dengan penuh keyakinan.Winola bertanya dengan penasaran, "Kalau begitu, apa fungsinya? Apa hubungannya dengan menyatukan dunia?"Yoga menjelaskan dengan tenang, "Nadi naga berkaitan dengan nasib dunia bela diri kuno. Ini bahkan bisa menentukan arah masa depan dunia.""Kalau benda ini disembunyikan di sini, apa sebenarnya yang diinginkan oleh kedua orang itu? Apa mereka masih ingin kita bikin pilihan lain?" tanya Winola sambil mengernyit. Dia jelas tidak memahami sepenuhnya.Saat ini, Yoga berpikir keras. Banyak hal memenuhi

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1191

    Yoga berucap, "Aku sudah memikirkan semuanya. Kalau mau menyatukan dunia, itu harus dilakukan dengan kekuatan sendiri. Bukan dengan cara segampang ini!""Tapi, bukannya Regan dan Aditya sudah kasih kesempatan ini pada kita?" tanya Sutrisno.Yoga menimpali, "Kalau begitu, kenapa mereka sendiri nggak menyelesaikan permainan catur ini? Bukannya itu karena mereka juga belum siap dan nggak bisa ambil keputusan?"Winola dan Sutrisno langsung terdiam dan terpaku di tempat. Sudah jelas, mereka mulai memahami maksud Yoga.Yoga menjelaskan lagi, "Yang paling penting adalah mereka ingin menyerahkan keputusan ini pada kita. Mereka benar-benar memperlakukan kita seperti alat. Main lepas tangan begitu saja!""Tapi kenyataannya, kita sama sekali belum punya kelayakan untuk menentukan nasib seluruh dunia. Apalagi, menyatukan dunia bukanlah sesuatu yang aku inginkan!" tambah Yoga.Mata Yoga bersinar tajam. Suaranya dipenuhi keyakinan ketika melanjutkan, "Kalaupun suatu hari ingin menyatukan dunia, aku

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1190

    "Kita sudah bikin pilihan?" Winola dan Sutrisno terkejut. Tatapan mereka tertuju pada Yoga dan bingung dengan pertanyaannya. Mereka sama-sama tidak mengerti. Sebenarnya Yoga bertanya kepada siapa?Yoga mengulangi pertanyaannya dengan serius, "Ya, aku bertanya pada kalian. Apa kalian sudah siap?" Raut wajahnya terlihat tegas dan penuh keyakinan. Dia menatap keduanya dengan tajam.Sutrisno membalas, "Aku nggak ngerti. Kenapa kami yang harus siap? Kalau kami tahu pilihan yang benar, tentu sudah bikin keputusan sejak tadi. Kami justru ingin tahu, apa keputusanmu?"Sutrisno mulai cemas dan berusaha menjelaskan. Dia tahu bahwa pemikiran Yoga mungkin jauh lebih matang daripada mereka. Kalau keputusan yang salah diambil dan itu berdampak pada masa depan dunia, mereka semua akan menjadi pendosa besar.Winola menatap Yoga dengan penuh rasa ingin tahu. Alisnya berkerut ketika berujar, "Benar sekali. Katakan saja keputusanmu. Kenapa kamu malah tanya balik pada kami?""Kami sudah lama berdebat di s

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1189

    Winola bertanya, "Gimana kalau kamu pergi saja? Makin lama kamu di sini, bahayanya akan makin besar."Sutrisno menimpali, "Benar juga, lebih baik kamu menjauh. Jangan sampai ikut terluka tanpa alasan."Melihat ekspresi tegang kedua orang itu, Yoga merasa sedikit tersentuh. Dalam situasi seperti ini, mereka masih saja memikirkan keselamatannya. Dia bertanya dengan penasaran, "Apa yang sebenarnya terjadi?"Sutrisno menghela napas panjang, lalu mulai menceritakan apa yang terjadi. Ternyata setelah sampai di tempat ini, kedua orang itu menemukan sebuah papan catur. Awalnya, papan itu hanyalah permainan yang belum selesai. Berhubung iseng, Sutrisno mulai bermain sendiri.Winola yang merasa penasaran ikut meletakkan beberapa bidak. Tanpa mereka sadari, permainan itu memicu sebuah mekanisme. Tangan mereka pun terjebak dan tidak bisa ditarik keluar. Satu-satunya cara untuk bebas adalah memutuskan tangan mereka."Kalian ini benar-benar terlalu kurang kerjaan. Bahkan, situasi seperti ini bisa ka

DMCA.com Protection Status