Yoga mengendarai mobilnya menuju Grup Yoga. Di perjalanan, dia menelepon Ayu. Namun saat teleponnya baru berdering dua kali, panggilan itu langsung terputus. Ketika Yoga meneleponnya kembali, ponselnya telah dinonaktifkan.Hati Yoga langsung mencelos. 'Sialan, Ibu mungkin saja dalam bahaya. Kalau nggak, nggak mungkin dia nggak angkat teleponku.'Di saat itu juga, Yoga menelepon Roselia, "Kak, aku butuh bantuanmu dengan mendesak."Roselia mendengus. "Huh! Waktu butuh bantuan kamu bisa teringat sama aku. Kenapa waktu tidur nggak ingat aku? Dasar nggak tahu terima kasih ....""Kak, sekarang aku nggak ada waktu untuk bercanda denganmu ...."Roselie membalas, "Kalau begitu kenapa kamu punya waktu untuk bercanda sama wanita berkostum kelinci semalam itu? Apalagi, bercandanya di ranjang yang sama."Yoga terdiam. "Kak, kamu ngutus orang untuk memata-mataiku?""Omong kosong!" Roselia menimpali, "Mana mungkin aku bisa tenang membiarkan kalian berduaan di ruangan yang sama? Kalau nggak awasi kamu
"Ayu, adikku tersayang, Harsha ini keponakan kandungmu. Dia yang akan mewarisi posisi Kepala Keluarga Husin kelak. Kenapa kamu memperlakukannya sekejam ini? Kalian ini masih punya hati nurani nggak?"Ayu buru-buru menjelaskan, "Kak, masalahnya nggak seperti yang kamu bayangkan. Dengarkan dulu penjelasanku.""Persetan dengan penjelasan!" Farel melanjutkan, "Mau dijelaskan sampai gimana pun, nggak akan bisa mengubah kenyataan bahwa putraku sudah cacat!"Biasanya, hanya sepatah kata dari Farel saja sudah cukup untuk membuat Ayu tidak berani membantah atau berdebat. Namun hari ini, demi membela Yoga, Ayu bersikeras membela diri meskipun dengan hati yang berdebar."Kak, ini karena Harsha yang berbuat jahat duluan, makanya Yoga baru memberinya pelajaran. Harsha baru saja tiba, tapi dia tiba-tiba mendesakku menyerahkan tanah konstruksi Grup Yoga dan bahkan menyerangku setelah permintaannya kutolak.""Karena rencana buruknya nggak terealisasi, dia bersekongkol sama orang luar untuk membuat kek
Farel berkata, "Huh! Apa hebatnya cuma tingkat jumantara? Beberapa waktu yang lalu, aku mendapat peluang di perbatasan dunia bela diri kuno dan dunia fana. Jangankan tingkat jumantara, aku mungkin saja bisa menerobos jadi kultivator jenderal dalam waktu dekat!""Begitu naik menjadi kultivator jenderal, Keluarga Husin pasti akan bisa menekan ketiga keluarga kultivator kuno lainnya dan jadi pemimpin! Selain itu, kalau keluarga kita bisa kerja sama dengan Tuan Bimo, pasti akan jadi lebih sukses lagi!""Benarkah?" tanya Harsha. "Selamat untuk Ayah!"Farel melanjutkan, "Hanya saja, Tuan Bimo ini sifatnya sangat penyendiri dan angkuh. Sulit sekali mau jalin kerja sama dengannya. Jadi, aku ingin memberikan tanah Grup Yoga itu kepada Tuan Bimo untuk menyenangkan hatinya. Dengan begitu, kita punya harapan untuk kerja sama."Harsha semakin terkejut. "Ayu, kamu sudah dengar itu? Cepat serahkan tanahnya! Masalah ini menyangkut masa depan Keluarga Husin. Kalau kamu menundanya, berarti kamu ini adal
Yoga berkata, "Ibu, nggak perlu takut pada Keluarga Husin! Beraninya idiot ini memukulmu! Hari ini, aku pasti akan menghabisinya!"Ketika melihat Yoga hendak mengambil tindakan, Ayu bergegas menghentikannya dan menegur, "Yoga, berhenti! Jangan bersikap lancang pada seniormu!"Yoga menatap Farel. Ternyata pria yang bersikap sok mulia ini juga anggota Keluarga Husin?Saat ini, Farel ingin sekali membunuh Yoga. "Kamu Yoga? Kamu anak haram Ayu?""Tutup mulutmu!" hardik Yoga."Kamu ...." Farel naik pitam. Dengan dipenuhi niat membunuh, dia membentak, "Beraninya anak haram sepertimu berteriak padaku! Hari ini, kamu harus menanggung konsekuensi atas sikap lancangmu!"Harsha menggertakkan gigi dan berucap, "Ayah, anak haram ini yang memukulku. Kalau bukan karena aku beruntung, aku pasti sudah mati dibuatnya. Kamu harus membalaskan dendamku."Farel menghampiri Yoga selangkah demi selangkah. Dia berujar, "Oke. Hari ini, kita selesaikan semua perselisihan kita.""Rupanya kamu ayah Harsha. Kamu ng
Yoga tanpa sadar menghentikan langkah kakinya, lalu berbalik dan berkata kepada Ayu, "Ibu, percaya padaku. Mereka bukan tandinganku ....""Diam! Cepat kemari! Aku nggak main-main denganmu!" bentak Ayu. Tangannya yang menggenggam belati mengerahkan tenaga yang makin besar.Yoga merasa kesal, tetapi tidak berdaya. Dia terpaksa kembali ke sisi ibunya.Farel terkekeh-kekeh dan mengejek, "Hehe! Ternyata kamu tahu diri juga. Kalau bukan karena ibumu, aku pasti sudah menghabisimu. Ayu, kenapa diam saja? Cepat serahkan saham Grup Yoga kepadaku!"Ayu menghela napas, hanya bisa menyerahkan saham miliknya di Grup Yoga kepada Farel.Ketika melihat tingkah Farel yang begitu tercela, Yoga menggertakkan gigi dan berkata, "Hei! Dengar baik-baik, kalian nggak bakal bisa bertahan sampai hari esok. Kalau nggak, aku akan mengganti marga menjadi Husin!""Dasar nggak tahu diri! Anak haram sepertimu nggak pantas bermarga Husin!" hardik Farel."Kalau aku nggak salah, Geng Naga adalah orang-orangmu, 'kan? Kamu
"Dengan kemampuan kita, kita nggak mungkin bisa melawan Keluarga Husin," balas Ayu.Yoga tidak berbicara lagi, hanya menyusun rencana di dalam hatinya. Besok, Geng Naga, Farel, dan Harsha harus mendapat ganjaran atas perbuatan mereka.Setelah mengantar Ayu pulang, Yoga langsung pergi ke rumah Nadya. Saham Karina dan Ayu telah direbut oleh Keluarga Husin. Itu artinya, Nadya akan menjadi target selanjutnya.Di perjalanan, Yoga menelepon Nadya untuk memperingatkannya. Panggilan segera tersambung. Siapa sangka, yang terdengar malah suara seorang pria. "Yoga?"Yoga sontak berwaspada. Dia bertanya, "Siapa kamu? Kenapa kamu memegang ponsel Nadya?"Pria itu segera menjawab, "Aku ayah Nadya. Lain kali kamu nggak perlu mencari Nadya lagi. Nadya sudah punya pacar baru."Ayah Nadya? Nadya sudah punya pacar baru? Yoga terkejut mendengarnya. Dia bertanya lagi, "Mana Nadya? Suruh Nadya jawab panggilanku."Ayah Nadya membalas, "Maaf sekali, Nadya sangat sibuk. Dia nggak punya waktu menjawab panggilanm
Orang itu adalah seorang pemuda. Dia mengenakan pakaian mewah dan perhiasan. Sosoknya penuh karisma.Seluruh Keluarga Wibowo mengelilinginya dan menyanjungnya. Semuanya merendahkan sikap di hadapan di pemuda itu.Sementara itu, si pemuda justru hanya memasang ekspresi dingin dan tidak bereaksi. Dia terus bermain ponsel tanpa memedulikan orang-orang di sekitar.Meskipun demikian, anggota Keluarga Wibowo tetap bersikap ramah padanya. Pemuda itu tidak lain adalah Sutrisno dari Keluarga Salim, salah satu dari empat keluarga besar kultivator kuno.Ketika melihat Nadya, angota Keluarga Wibowo segera berkata."Nadya, kenapa kamu baru datang? Pak Sutrisno sudah menunggu kalian sejak tadi lho. Dasar kalian ini.""Kamu harus bersulang untuk Pak Sutrisno nanti. Anggap saja sebagai permohonan maaf.""Pak Sutrisno, ini Nadya. Gimana? Cantik, 'kan? Nadya, ini Pak Sutrisno. Ayo sapa dia."Jafar dan Yuli menghampiri Sutrisno, lalu berucap sambil tersenyum minta maaf, "Maaf ya, jalanan macet tadi.""Ak
Nadya berulang tahun, tetapi pria yang dicintainya tidak menemaninya. Bahkan, Yoga melupakan ulang tahunnya. Sungguh menyebalkan!'Yoga, kalau hari ini aku melihatmu, aku pasti akan mencabik-cabikmu!' gerutu Nadya dalam hati.Yuli menarik Nadya untuk duduk. Kemudian, dia berkata, "Semuanya sudah sampai. Pak Sutrisno, ayo kita mulai makan."Sutrisno tersenyum dan berujar, "Sepertinya suasana hati Nadya kurang baik hari ini. Begini saja, aku akan memberinya hadiah supaya dia senang."Seluruh anggota Keluarga Wibowo merasa tersanjung."Kedatanganmu sudah membuat kami merasa sangat terhormat. Kamu malah menyiapkan hadiah lagi. Keluarga Wibowo benar-benar beruntung.""Terima kasih banyak atas kebaikanmu. Aku rasa hadiah yang diberikan pasti tak ternilai harganya.""Begini saja, kita keluarkan semua hadiah kita untuk Nadya."Saat berikutnya, adik sepupu Nadya mengeluarkan sebuah kotak perhiasan dan berkata, "Kak, ini set perhiasan yang kupesan khusus untukmu. Kamu suka nggak?"Begitu melihat