Di sisi lain, Ambar merasa sangat terluka sekaligus marah. Yang membuatnya sakit hati adalah melihat fondasi yang telah dibangun oleh Karina selama setengah hidupnya, kini lenyap begitu saja. Setelah ini, keluarga mereka tidak akan menjalani kehidupan yang baik lagi.Sementara itu, yang membuatnya marah adalah Yoga. Menurutnya, Yoga benar-benar tidak berguna. Dia datang bersama mereka, tetapi tidak memberikan kontribusi apa pun. Pada akhirnya, Karina tetap harus menyerahkan sahamnya.Saking marahnya, ingin sekali rasanya Ambar mencabik-cabik Yoga. Setelah dipikir-pikir, sejak Yoga mendekati Karina, keluarga mereka tidak pernah menemui hal yang baik. Orang ini benar-benar pembawa sial.Melihat tatapan penuh kebencian dari Ambar, Yoga bisa menebak dengan jelas apa yang dipikirkan wanita itu. Yoga merasa jengkel, sekaligus ingin tertawa.Di saat seperti ini, Ambar masih saja menyalahkannya? Bukankah seharusnya dia menyalahkan Gatot? Gatot yang menghancurkan keluarganya! Sudah setahun lebi
Yoga meledakkan auranya dan bersiap untuk menghabisi si Gemuk. Si Gemuk terintimidasi oleh aura Yoga hingga tidak berani lagi bersikap keras kepala. "Oke, oke, aku bilang ....""Suatu kali, aku kebetulan mendengar Tuan Sudiro menelepon seseorang yang misterius. Tuan Sudiro memanggil orang itu 'Tuan Husin'. Semua yang dilakukan Geng Naga adalah perintah dari Tuan Husin. Di hadapan Tuan Husin, Tuan Sudiro nggak ada apa-apanya."Yoga bertanya lagi, "Tuan Husin? Siapa itu?""Kalau itu aku benar-benar nggak tahu. Aku sumpah ...."Plak! Yoga kembali menampar wajah si Gemuk. Namun, si Gemuk tetap saja bersikeras mengatakan dia tidak tahu identitas Tuan Husin. Dari penampilannya, si Gemuk tampaknya memang tidak tahu hal ini.Yoga memperingatkan si Gemuk, "Pulang dan beri tahu Tuan Sudiro, Geng Naga harus menghilang dalam dua hari. Kalau dia berinisiatif datang untuk minta maaf, mungkin aku masih bisa memberinya kematian yang nggak menyiksa. Kalau nggak, kujamin dia akan mati tersiksa pelan-pel
Yoga mengendarai mobilnya menuju Grup Yoga. Di perjalanan, dia menelepon Ayu. Namun saat teleponnya baru berdering dua kali, panggilan itu langsung terputus. Ketika Yoga meneleponnya kembali, ponselnya telah dinonaktifkan.Hati Yoga langsung mencelos. 'Sialan, Ibu mungkin saja dalam bahaya. Kalau nggak, nggak mungkin dia nggak angkat teleponku.'Di saat itu juga, Yoga menelepon Roselia, "Kak, aku butuh bantuanmu dengan mendesak."Roselia mendengus. "Huh! Waktu butuh bantuan kamu bisa teringat sama aku. Kenapa waktu tidur nggak ingat aku? Dasar nggak tahu terima kasih ....""Kak, sekarang aku nggak ada waktu untuk bercanda denganmu ...."Roselie membalas, "Kalau begitu kenapa kamu punya waktu untuk bercanda sama wanita berkostum kelinci semalam itu? Apalagi, bercandanya di ranjang yang sama."Yoga terdiam. "Kak, kamu ngutus orang untuk memata-mataiku?""Omong kosong!" Roselia menimpali, "Mana mungkin aku bisa tenang membiarkan kalian berduaan di ruangan yang sama? Kalau nggak awasi kamu
"Ayu, adikku tersayang, Harsha ini keponakan kandungmu. Dia yang akan mewarisi posisi Kepala Keluarga Husin kelak. Kenapa kamu memperlakukannya sekejam ini? Kalian ini masih punya hati nurani nggak?"Ayu buru-buru menjelaskan, "Kak, masalahnya nggak seperti yang kamu bayangkan. Dengarkan dulu penjelasanku.""Persetan dengan penjelasan!" Farel melanjutkan, "Mau dijelaskan sampai gimana pun, nggak akan bisa mengubah kenyataan bahwa putraku sudah cacat!"Biasanya, hanya sepatah kata dari Farel saja sudah cukup untuk membuat Ayu tidak berani membantah atau berdebat. Namun hari ini, demi membela Yoga, Ayu bersikeras membela diri meskipun dengan hati yang berdebar."Kak, ini karena Harsha yang berbuat jahat duluan, makanya Yoga baru memberinya pelajaran. Harsha baru saja tiba, tapi dia tiba-tiba mendesakku menyerahkan tanah konstruksi Grup Yoga dan bahkan menyerangku setelah permintaannya kutolak.""Karena rencana buruknya nggak terealisasi, dia bersekongkol sama orang luar untuk membuat kek
Farel berkata, "Huh! Apa hebatnya cuma tingkat jumantara? Beberapa waktu yang lalu, aku mendapat peluang di perbatasan dunia bela diri kuno dan dunia fana. Jangankan tingkat jumantara, aku mungkin saja bisa menerobos jadi kultivator jenderal dalam waktu dekat!""Begitu naik menjadi kultivator jenderal, Keluarga Husin pasti akan bisa menekan ketiga keluarga kultivator kuno lainnya dan jadi pemimpin! Selain itu, kalau keluarga kita bisa kerja sama dengan Tuan Bimo, pasti akan jadi lebih sukses lagi!""Benarkah?" tanya Harsha. "Selamat untuk Ayah!"Farel melanjutkan, "Hanya saja, Tuan Bimo ini sifatnya sangat penyendiri dan angkuh. Sulit sekali mau jalin kerja sama dengannya. Jadi, aku ingin memberikan tanah Grup Yoga itu kepada Tuan Bimo untuk menyenangkan hatinya. Dengan begitu, kita punya harapan untuk kerja sama."Harsha semakin terkejut. "Ayu, kamu sudah dengar itu? Cepat serahkan tanahnya! Masalah ini menyangkut masa depan Keluarga Husin. Kalau kamu menundanya, berarti kamu ini adal
Yoga berkata, "Ibu, nggak perlu takut pada Keluarga Husin! Beraninya idiot ini memukulmu! Hari ini, aku pasti akan menghabisinya!"Ketika melihat Yoga hendak mengambil tindakan, Ayu bergegas menghentikannya dan menegur, "Yoga, berhenti! Jangan bersikap lancang pada seniormu!"Yoga menatap Farel. Ternyata pria yang bersikap sok mulia ini juga anggota Keluarga Husin?Saat ini, Farel ingin sekali membunuh Yoga. "Kamu Yoga? Kamu anak haram Ayu?""Tutup mulutmu!" hardik Yoga."Kamu ...." Farel naik pitam. Dengan dipenuhi niat membunuh, dia membentak, "Beraninya anak haram sepertimu berteriak padaku! Hari ini, kamu harus menanggung konsekuensi atas sikap lancangmu!"Harsha menggertakkan gigi dan berucap, "Ayah, anak haram ini yang memukulku. Kalau bukan karena aku beruntung, aku pasti sudah mati dibuatnya. Kamu harus membalaskan dendamku."Farel menghampiri Yoga selangkah demi selangkah. Dia berujar, "Oke. Hari ini, kita selesaikan semua perselisihan kita.""Rupanya kamu ayah Harsha. Kamu ng
Yoga tanpa sadar menghentikan langkah kakinya, lalu berbalik dan berkata kepada Ayu, "Ibu, percaya padaku. Mereka bukan tandinganku ....""Diam! Cepat kemari! Aku nggak main-main denganmu!" bentak Ayu. Tangannya yang menggenggam belati mengerahkan tenaga yang makin besar.Yoga merasa kesal, tetapi tidak berdaya. Dia terpaksa kembali ke sisi ibunya.Farel terkekeh-kekeh dan mengejek, "Hehe! Ternyata kamu tahu diri juga. Kalau bukan karena ibumu, aku pasti sudah menghabisimu. Ayu, kenapa diam saja? Cepat serahkan saham Grup Yoga kepadaku!"Ayu menghela napas, hanya bisa menyerahkan saham miliknya di Grup Yoga kepada Farel.Ketika melihat tingkah Farel yang begitu tercela, Yoga menggertakkan gigi dan berkata, "Hei! Dengar baik-baik, kalian nggak bakal bisa bertahan sampai hari esok. Kalau nggak, aku akan mengganti marga menjadi Husin!""Dasar nggak tahu diri! Anak haram sepertimu nggak pantas bermarga Husin!" hardik Farel."Kalau aku nggak salah, Geng Naga adalah orang-orangmu, 'kan? Kamu
"Dengan kemampuan kita, kita nggak mungkin bisa melawan Keluarga Husin," balas Ayu.Yoga tidak berbicara lagi, hanya menyusun rencana di dalam hatinya. Besok, Geng Naga, Farel, dan Harsha harus mendapat ganjaran atas perbuatan mereka.Setelah mengantar Ayu pulang, Yoga langsung pergi ke rumah Nadya. Saham Karina dan Ayu telah direbut oleh Keluarga Husin. Itu artinya, Nadya akan menjadi target selanjutnya.Di perjalanan, Yoga menelepon Nadya untuk memperingatkannya. Panggilan segera tersambung. Siapa sangka, yang terdengar malah suara seorang pria. "Yoga?"Yoga sontak berwaspada. Dia bertanya, "Siapa kamu? Kenapa kamu memegang ponsel Nadya?"Pria itu segera menjawab, "Aku ayah Nadya. Lain kali kamu nggak perlu mencari Nadya lagi. Nadya sudah punya pacar baru."Ayah Nadya? Nadya sudah punya pacar baru? Yoga terkejut mendengarnya. Dia bertanya lagi, "Mana Nadya? Suruh Nadya jawab panggilanku."Ayah Nadya membalas, "Maaf sekali, Nadya sangat sibuk. Dia nggak punya waktu menjawab panggilanm
Mereka semua sedang mencari keberadaan Farel, tetapi hasilnya nihil. Bahkan, anggota dari empat keluarga besar lainnya pun mulai berdatangan dan memenuhi ruang tamu Keluarga Husin.Di antara mereka, Sutrisno dan Winola juga berada di sana. Sementara itu, Luna berdiri dengan raut raut wajah dingin. Matanya tajam ketika menatap anggota Keluarga Husin.Luna berujar dengan suara dingin, "Sudah sejauh ini, Keluarga Husin masih belum menemukan keberadaan Farel? Jangan-jangan kalian sudah bawa harta itu kembali ke dunia kultivator kuno?""Keluarga Husin benar-benar punya siasat bagus. Di permukaan, kalian menyebarkan kabar bahwa Farel berkhianat, tapi diam-diam membawanya kembali ke dunia kultivator kuno!" ucap Sutrisno. Tatapan penuh ejekan dan penghinaannya tertuju pada mereka.Winola berbicara dengan nada tajam dan penuh amarah, "Kalian dulu bilang mau bekerja sama, tapi sekarang berbuat seperti ini. Apa kalian nggak seharusnya kasih penjelasan?"Empat keluarga besar bersatu dan bekerja sa
"Apa harta-harta ini benaran untuk Yoga?""Kenapa bisa begitu? Apa haknya? Dengan status dia, mana mungkin Sutrisno kasih dia hadiah?""Sutrisno, kamu pasti tertipu. Yoga itu terkenal licik dan nggak segan melakukan kejahatan!"Semua orang mulai panik dan berteriak. Mereka menuduh Yoga tanpa ampun. Dalam pandangan mereka, Sutrisno memiliki latar belakang luar biasa.Orang selevel Sutrisno tidak mungkin memberikan harta sebanyak ini kepada Yoga tanpa alasan. Mereka yakin Yoga pasti telah melakukan sesuatu untuk memanipulasi situasi ini."Sutrisno, kalau harta-harta ini memang mahar pernikahan, kamu bisa bawa Nadya hari ini juga. Tolong bilang bahwa semua ini memang untuk Keluarga Wibowo!" ucap Yuli dengan nada penuh harap. Matanya tak lepas dari menatap Sutrisno.Hanya saja, Sutrisno menatap mereka dengan penuh kejengkelan. Dia membalas, "Berapa kali aku harus menjelaskan sih? Apa hubungannya semua ini sama kalian?"Setelah mengatakan itu, Sutrisno langsung berbalik dan pergi. Dia bahka
Kotak-kotak itu ternyata berisi emas, perak, permata, serta senjata-senjata luar biasa. Semuanya terlihat memancarkan cahaya.Cahaya itu memantul di mata semua orang yang melihatnya. Pada saat itu, semua orang tertegun. Terutama para anggota Keluarga Wibowo di sekitarnya. Mereka bahkan tak lagi bisa duduk tenang.Yuli berucap dengan penuh semangat, "Sutrisno, apa semua ini mau kamu berikan untuk putriku? Sebenarnya apa istimewanya putriku hingga mendapat perhatian seperti ini darimu?"Jafar langsung menimpali, "Apa semua ini adalah mahar pernikahan? Sutrisno, kamu terlalu baik. Kami benar-benar merasa terhormat! Jangan khawatir, kami menerima lamaran ini!"Yuli melanjutkan dengan penuh antusias, "Gimana kalau kamu langsung bawa dia ke kamar? Dengan mahar sebanyak ini, sungguh nggak pantas kalau kami bersikap nggak tahu diri."Jafar menambahkan, "Benar sekali. Kita harus bikin Sutrisno senang. Harta sebanyak ini pasti nilainya nggak terhitung!"Kedua orang itu terus berceloteh tanpa hen
Sampai saat ini, Sutrisno masih belum tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia mengira semua ini hanyalah percakapan biasa. Sambil berdiri di tempat, Sutrisno menyapa orang-orang di sekitarnya. Raut wajahnya terlihat sangat ramah, seperti sudah kenal akrab.Namun, sikap anggota Keluarga Wibowo di sekitarnya tiba-tiba berubah menjadi sangat bersemangat dan langsung maju mendekatinya."Wah, ada apa kamu kemari?""Sutrisno, kamu pasti datang untuk menemui Nadya, 'kan? Dia ada di sini. Dia sudah menunggumu dari tadi!""Aduh, ini benar-benar jodoh. Kalian memang pasangan yang ditakdirkan!"Kerumunan itu langsung melontarkan serangkaian pujian. Mereka berusaha menjodohkan Sutrisno dengan Nadya.Sutrisno memandang mereka semua dengan ekspresi seperti sedang melihat orang-orang bodoh. Dia mengernyit, lalu bertanya dengan nada dingin, "Apa kalian salah paham tentang sesuatu?""Apa?" Kerumunan itu saling memandang dengan raut wajah bingung dan heran.Jafar maju sambil bertanya, "Sutrisno, bukannya
Yoga bertanya, "Negosiasi? Apa kata-kata ini nggak terlalu berlebihan?"Nadya menghela napas dan berkata dengan tak berdaya, "Aku pun nggak bisa menghentikan mereka."Kelihatan jelas, Keluarga Wibowo sudah beberapa kali mendesak Nadya dan membuatnya dalam posisi yang sulit.Pada saat itu, mobil-mobil melaju dengan cepat dan langsung berhenti di depan vila. Suaranya sangat ribut sampai membuat Yoga dan Nadya keluar dari vila. Ternyata, di luar sudah penuh dengan orang-orang dari Keluarga Wibowo.Saat melihat Nadya, Jafar dan Yuli langsung menjadi sangat bersemangat.Jafar berkata, "Bagus sekali. Kita akhirnya bisa bertemu denganmu, ini adalah kesempatan yang sangat bagus."Yuli menambahkan, "Kami mendapat informasi kalau Sutrisno dari Keluarga Salim sudah kembali dan banyak orang yang mengincarnya."Mendengar keduanya menjelaskan panjang lebar dengan nada yang sangat serius, Yoga mengernyitkan alis dan merasa bingung. Saat semalam kembali bersama dengan Sutrisno dan Winola, dia tidak me
Yogi sangat terkejut dengan tindakan Yoga ini. Bisa mengucapkan kata-kata seperti ini, menunjukkan betapa besar ambisi dan tekad di dalam hati Yoga. Setelah terdiam cukup lama, Yogi berkata, "Aku nggak ingin menghancurkan keinginanmu, tapi aku harus beri tahu kekuatanmu yang sekarang belum cukup untuk masuk ke dunia kultivator kuno."Yoga pun bertanya, "Kenapa? Bahkan orang-orang yang dikirim empat keluarga besar di dunia kultivator kuno pun bukan tandinganku, mengapa harus takut pada mereka?"Yogi menjawab, "Hanya karena berhasil mengalahkan orang dari empat keluarga besar saja sudah begitu angkuh? Kamu tahu, kekuatan mereka di dunia kultivator kuno yang sebenarnya belum dikerahkan."Mendengar perkataan itu, Yoga sangat terkejut dan mengernyitkan alis.Yogi melanjutkan, "Kekuatanmu yang sekarang nggak akan cukup untuk melawan kekuatan empat keluarga besar yang sebenarnya. Lagi pula, kamu juga berselisih dengan Pelindung Kebenaran."Yoga langsung berkata, "Kalau begitu, aku nggak akan
Hilda berkata, "Jangan terlalu terburu-buru, biarkan dia istirahat dulu."Wenny membalas, "Sekarang ada begitu banyak orang yang mengincarnya, dia masih ada waktu untuk beristirahat?"Keduanya hampir saja terlihat dalam pertengkaran.Yoga segera berkata, "Tenang saja. Kali ini nggak ada yang mendapatkan harta karun, nggak ada yang menemukan nadi naga juga."Jawaban ini jelas membuat kedua wanita itu tercengang dan saling menatap dengan ekspresi bingung.Wenny kembali bertanya, "Jadi, apa saja yang kalian lakukan kali ini?"Yoga menjawab dengan santai, "Hanya jalan-jalan saja, jangan khawatir."Hilda segera bertanya, "Kalau begitu, apa kita boleh pergi ke sana lagi untuk wisata?"Yoga menjawab dengan santai, "Pintu masuknya sudah tertutup, nggak ada yang bisa masuk ke sana lagi. Kalian boleh melaporkan kabar ini pada pihak Kota Terlarang."Dia sangat memahami bahwa kedua wanita ini menanyakan pertanyaan ini hanya demi pihak Kota Terlarang, para tetua di sana pasti ingin mengetahui infor
Di ruangan VIP di sebuah hotel, Yoga duduk dan menatap Winola dan Sutrisno yang berada di depannya dengan tenang.Winola yang memulai pembicaraan, "Apa yang ingin kamu bicarakan?"Yoga berkata, "Sepanjang perjalanan ini, aku bisa melihat kamu dan Sutrisno adalah tipe orang yang sama."Winola langsung bertanya, "Tipe orang seperti apa?"Yoga menjawab, "Tipe orang yang diikat oleh keluarga dan terus ditekan. Ingin memberontak, tapi nggak berdaya."Winola langsung mengernyitkan alis dan ekspresinya terlihat terkejut, lalu melihat ke arah Sutrisno.Sutrisno berkata, "Benar. Aku memang nggak terlalu dihargai di Keluarga Salim, hanya bisa terus menerima tekanan."Yoga melanjutkan, "Jadi, bagaimana kalau kita bekerja sama untuk mendapatkan keinginan kita?"Winola menjawab, "Nasib kita yang generasi muda ini sungguh ironis. Ternyata nasib kita nggak jauh berbeda."Yoga kembali berkata, "Suatu hari nanti aku akan kembali ke dunia kultivator kuno. Pada saat itu, kalian juga pasti akan menerima k
Tak lama kemudian, kerumunan itu pun tiba di rumah Keluarga Husin.Saat ini, tidak ada banyak orang yang berada di rumah itu, sehingga mereka tertegun saat melihat ada begitu banyak orang yang datang."Di mana Farel? Suruh dia keluar ke sini!" teriak Luna dengan marah dan aura yang menekan. Dia sudah mengalami begitu banyak hal saat berada di dunia rahasia, dia tidak mungkin membiarkan ini begitu saja. Sekarang Farel malam mendapatkan harta karun itu, bukankah ini kesempatan bagi tiga keluarga besar lainnya untuk bersatu?"Farel? Dia belum kembali. Bukannya dia pergi bersama kalian?" tanya orang-orang dari Keluarga Husin sambil menatap kerumunan itu dengan ekspresi bingung."Kamu yakin dia belum pulang?" tanya anggota Keluarga Husin yang baru saja kembali dengan segera."Belum. Kenapa?" tanya salah satu anggota di rumah itu lagi."Kalau begitu, segera hubungi pihak dunia kultivator kuno, bilang Farel sudah mendapatkan rahasia Pil Ketenangan Jiwa. Tapi, saat ini dia sedang melarikan dir