Yoga bertanya, "Aku selalu menepati janjiku. Apa pantas kamu menyuruhku ingkar janji?""Ini ...." Sutrisno merasa kesulitan.Yoga mengingatkannya, "Sejujurnya, aku lebih berharap bisa kerja sama dengan Keluarga Salim, tapi nggak enak hati ingkar janji. Kalau kamu bisa membuat Keluarga Bramasta berinisiatif membatalkan kerja sama denganku, bahkan ... menghancurkan mereka. Berarti bukan aku yang ingkar janji."Sutrisno langsung memahami maksudnya, "Aku mengerti, Tuan Bimo. Tunggu saja kabar baik dariku.""Ya," ucap Yoga sambil tersenyum. "Kamu cukup pintar juga."Setelah Sutrisno pergi, dia langsung memberi perintah pada anggota Keluarga Salim. Tidak peduli apa pun yang terjadi, mereka harus membinasakan Keluarga Bramasta.Dengan musnahnya Keluarga Bramasta, peluang untuk bekerja sama dengan Bimo akan jatuh di tangan Keluarga Salim. Selain itu, dia juga bisa sekalian mendapatkan Winola. Sekali mendayung, dua pulau terlampaui.Yoga tersenyum dingin, 'Winola, kamu berulang kali ingin membu
Widya merasa kesulitan. "Ini dimasak Lili untuk menghargaimu, mana boleh aku meminumnya?"Nada bicara Ayu mulai serius, "Kamu sudah bekerja keras, sudah sepantasnya minum sesuap." Setelah berkata demikian, Ayu menyodorkan sup jamur itu kepadanya. Intan dan Lili yang melihat adegan ini mengerutkan alis dengan kebingungan.Mereka baru menyadari bahwa sup jamur ini mungkin bermasalah. Apakah Bu Widya telah menaruh sesuatu pada sup jamur itu? Wajah Intan langsung menjadi muram. Dia sangat setia terhadap Ayu, mana mungkin bisa bersabar melihat ada yang ingin mencelakai Ayu?Intan berkata dengan nada dingin, "Bu Widya, ini adalah niat baik Nona. Kamu nggak boleh menyia-nyiakannya. Minumlah sup ini.""Baiklah!" Melihat dirinya tidak bisa lagi menolak, Widya terpaksa menerima sup itu. Dia berpura-pura meminumnya, tiba-tiba langsung menyiramkannya ke arah Ayu saat mangkuk itu baru saja hendak menyentuh bibirnya. Setelah itu, Widya mencari kesempatan untuk melarikan diri dari jendela.Ayu langsu
Lili bergegas menelepon Karina.Pada saat bersamaan, di makam Keluarga Kusuma. Yoga melihat makamnya sendiri dengan perasaan hampa. Bagaimana rasanya merokok di hadapan makam sendiri?Yoga membuang puntung rokok dan mengumpat keras, "Bimo sialan, kamu membuat hidupku berantakan! Kalau bukan gara-gara kamu, memangnya aku bisa sampai nggak punya tempat untuk pulang dan nggak bisa menjumpai keluargaku?Yoga membuat kesadaran roh Bimo kesal. "Bajingan. Kalau bukan karena aku, kamu masih disiksa di kawah lava gunung berapi sekarang. Padahal aku sudah menolongmu. Bukannya berterima kasih, kamu malah nyalahin aku dan menekan kesadaran rohku. Kamu benar-benar pantas mati!"Yoga membalas, "Lebih baik mati daripada hidup seperti ini."Bimo memaki, "Dasar nggak tahu balas budi! Akan kuhabisi kamu!"Yoga menghardik, "Kamu saja nggak punya badan sekarang, cuma tersisa sedikit kesadaran roh, mau bagaimana menghabisiku? Sudah, tidur sana! Berisik sekali!""Kamu ....""Aku ...."Ucapan Yoga benar-bena
Saat ini, suasana terasa sangat hening. Keheningan ini berlangsung sekitar hampir dua jam lebih. Namun tiba-tiba, ponsel Karina berdering. Peneleponnya adalah Lili.Setelah menjawab panggilan itu, terdengar Lili bertanya dengan panik, "Kak, di mana kalian sekarang? Lagi di kantor nggak?"Karina menjawab, "Nggak. Aku dan Nadya mengunjungi makam Yoga. Kenapa, Lili? Nada bicaramu sepertinya cemas sekali."Lili bergegas berkata, "Kak, kalian cepat ke rumahku. Mungkin kalian dalam bahaya.""Hm?" Karina mengernyitkan alisnya. "Lili, ada apa sebenarnya?"Lili menjawab, "Musuh kakakku dulu mengutus mata-mata di sekitar kalian. Setelah Kakak meninggal, mereka mau menghabisi kalian."Karina sontak menjadi tegang. "Oke, kami ke sana sekarang."Setelah menutup telepon, Karina menarik Nadya dan berlari ke arah mobil mereka. Setelah masuk ke mobil, Karina berkata dengan panik, "Pak, kita ke Perusahaan Farmasi Abadi sekarang."Namun, sopirnya malah tidak bereaksi sama sekali dan tidak menyalakan mesi
Karina dan Nadya segera tiba di Perusahaan Farmasi Sehat Abadi. Karina memapah Nadya sambil berlari masuk dan memanggil, "Tolong, ada yang terluka. Cepat bawakan obat luka terbaik di sini ...."Ketika Ayu dan Lili melihat Nadya yang terluka, mereka sontak merasa cemas. Kemudian, mereka segera mengambilkan obat terbaik dan membantunya membalut luka.Karina tampak sangat khawatir. Hal ini membuat Lili dan Intan merasa heran. Bukankah kedua wanita ini terus berselisih karena Yoga? Lantas, mengapa sekarang mereka malah terlihat seperti sahabat? Mata Karina sampai berkaca-kaca seperti ingin menangis.Sesaat kemudian, luka Nadya selesai dibalut. Karina memapahnya dengan hati-hati dan berucap, "Maaf, Nadya. Kamu terluka gara-gara aku. Aku janji akan merawatmu sampai lukamu sembuh. Aku juga akan membantumu mengurus perusahaanmu.""Nggak apa-apa. Aku yakin kamu juga akan melakukan hal yang sama kalau di posisiku," hibur Nadya sambil tersenyum."Ya." Karina mengangguk.Ayu menatap kedua wanita i
Selanjutnya, Ayu mulai membuat perencanaan. Ketika dia sedang serius bekerja, tiba-tiba pintu ruangannya diketuk oleh seseorang. Ayu berkata, "Masuk."Terlihat seorang pemuda dengan setelan bermerek melangkah masuk. Pemuda itu menyapa, "Bibi, lama nggak ketemu."Ayu tak kuasa mengernyit melihatnya. Ternyata yang datang adalah keponakannya, putra sulung dari kakaknya, Harsha. Kenapa dia meninggalkan dunia kultivator kuno dan turun ke dunia fana?Ayu berpura-pura bersikap tenang saat bertanya, "Harsha, kenapa kamu kemari?"Harsha menyahut, "Kamu menghilang bertahun-tahun. Kami bersusah payah mencarimu. Sekarang kamu akhirnya menampakkan diri, jadi Keluarga Husin mengutusku kemari.""Oh ya?" Ayu terkekeh-kekeh. Keluarga Husin adalah keluarga besar di dunia kultivator kuno. Kalau mereka benar-benar peduli pada Ayu, mereka pasti sudah mengeluarkannya dari Penjara Jahanam sejak awal.Ayu tahu Keluarga Husin tidak peduli padanya, bahkan tidak benar-benar mencarinya. Ini karena Ayu adalah seor
"Kamu ...." Ketika melihat token utama, Ayu tidak berani melawan lagi. Harsha memang berhak menamparnya jika memiliki token utama.Harsha mengeluarkan kontrak yang telah disiapkan sejak awal, lalu menginstruksi, "Tanda tangan di sana. Serahkan lahan itu kepada Keluarga Husin secara gratis."Ayu menarik napas dalam-dalam dan berkata dengan tegas, "Jangan mimpi. Lahan itu milik seluruh pemegang saham Grup Yoga. Aku nggak punya hak untuk memberikannya kepada kalian.""Masih belum kapok ya? Jangan menggunakan Grup Yoga sebagai alasan. Para pemegang saham itu cuma manusia biasa yang bodoh. Aku bisa menangani mereka dengan mudah. Sebaiknya bersikap patuh atau kamu akan mendapat akibatnya sendiri," ancam Harsha.Ayu tentu memahami ancaman ini. Dia memperingatkan, "Harsha, jangan sembarangan. Ada aturan di dunia kultivator kuno yang melarang kultivator kuno menyerang manusia biasa. Kalau kamu melanggar aturan, aku berhak menghukummu."Harsha terkekeh-kekeh sebelum menimpali, "Kamu kira aku aka
Harsha menimpali, "Benar. Aku putra sulung sekaligus cucu pertama Keluarga Husin, Harsha. Aku sudah lama mendengar tentang kehebatanmu. Hari ini, aku kemari khusus untuk mengunjungimu.""Ada urusan apa?" tanya Yoga.Harsha menyahut, "Kepala keluarga mengutusku kemari untuk mempersembahkan hadiah. Keluarga Husin ingin memberi selamat atas keberhasilan kultivasimu. Selain itu, Keluarga Husin ingin bekerja sama denganmu. Mohon restunya.""Hadiah apa yang akan kalian berikan?" tanya Yoga lagi.Harsha segera menyerahkan peta perencanaan lahan di dekat pemakaman Keluarga Kusuma. Begitu melihat sekilas, Yoga langsung menampar Harsha.Tamparannya itu sungguh kuat, sampai-sampai Harsha terjatuh dan 2 giginya copot. Sudut bibirnya juga berdarah. Yoga merasa sangat puas! Ini jauh lebih kuat daripada tamparan Harsha untuk Ayu!Harsha memegang pipinya, lalu bertanya dengan bingung, "Tuan, kenapa kamu menamparku?""Huh! Aku sudah berjelajah selama ribuan tahun. Aku sudah melihat banyak harta karun.