Share

Bab 772

"Rugi besar! Sialan!" Dewa Digdaya mengepalkan tangannya dengan erat. "Yoga, berani-beraninya kamu mempermainkanku. Akan kukuliti kamu hidup-hidup!"

"Hehe ...." Terdengar suara Yoga dari ujung telepon, "Perang nggak mengenal tipu muslihat. Lagi pula, kalian yang mulai duluan, aku hanya balas dengan setimpal. Kenapa? Memangnya cuma kalian yang boleh menyerang, aku nggak boleh membalas?"

Panggilan itu masih belum terputus, Dewa Digdaya memakinya lewat ponsel, "Yoga, aku mau lihat kamu bisa sombong sampai kapan! Jangan lupa ibumu masih ada di tanganku. Kamu nggak takut aku melukainya?"

"Hehe!" Yoga membalas, "Kalau kamu bisa menyakiti ibuku, bukannya sedari awal kamu sudah pasti akan menggunakan hal itu untuk mengancamku? Ingatlah, saat aku menolongnya, itulah hari kematianmu!"

Tut! Telepon itu langsung dimatikan. Dewa Digdaya melempar ponselnya dengan marah hingga hancur. Memang benar kata Yoga, karena dibatasi oleh aturan, Dewa Digdaya hanya bisa mengambil darah ibunya sesekali. Selainn
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status