Terdengar seruan kagum yang beruntun di lokasi itu."Astaga, cepat sekali! Dia itu ... manusia atau dewa!""Omong kosong, mana mungkin manusia biasa bisa secepat dan sekuat itu?""Bisa melempar mobil dengan satu tangan, sudah pasti itu nggak bisa dilakukan manusia biasa.""Ternyata benar-benar ada dewa di dunia ini.""Halo? Perusahaan asuransi? Mobilku hancur dilempar orang .... Ya, dilempar sama dewa."Yoga sengaja berkeliling di daerah sekitar Penginapan Surya untuk melihat Agnes. Dia merasa penasaran, wanita seperti apa yang bisa membuat Peramal Jitu memiliki hubungan mesra dengannya?Begitu mendekati penginapan tersebut, dia mendengar suara perkelahian. Yoga lantas mempercepat langkahnya. Namun baru saja keluar dari gang, Yoga melihat sebuah sosok bayangan yang terbang ke arahnya.Yoga langsung menghindar. Bayangan itu mendarat dengan keras di tanah hingga jatuh pingsan. Wajahnya telah babak belur dan sulit untuk dikenali, tetapi Yoga masih tetap bisa melihat dengan jelas wajah ora
Nadine adalah ahli bela diri kuno, memang tidak mudah untuk mengorek informasi darinya. Selain itu, Agnes dan Peramal Jitu juga bukan musuhnya. Mungkin meninggalkan Nadine di sini juga bukan sebuah keputusan yang buruk.Pada akhirnya, Yoga mengangguk. "Kalau begitu mohon bantuan Senior."Agnes memicingkan matanya sambil tersenyum, "Kita bukan orang asing, nggak usah sungkan-sungkan." Setelah itu, dia langsung membawa Nadine ke penginapannya.Yoga mengerutkan alisnya. Ucapan Agnes yang terakhir membuatnya penasaran. Siapa sebenarnya wanita ini dan Peramal Jitu itu!Sementara itu, Scorpio yang tadinya pingsan, kini telah sadar perlahan-lahan. Dia melihat ke sekeliling dengan waspada. Setelah melihat sosok Yoga, dia langsung terkejut dan buru-buru berlutut."Saya Scorpio, memberi hormat kepada Raja Agoy yang perkasa."Yoga mengangguk. "Berdirilah."Scorpio berkata dengan merasa bersalah, "Aku nggak berani. Aku lalai menjalankan tugas, mohon Tuan beri hukuman padaku." "Bukan salahmu, dia
Yoga merasa agak gusar. "Sudah ketemu pelakunya belum?"Raja Naga membalas, "Pelakunya nggak meninggalkan jejak apa pun. Kami belum berhasil menemukan petunjuk sampai sekarang.""Bawa aku ke gudang untuk lihat-lihat," pinta Yoga akhirnya."Baiklah!" Raja Naga membawa Yoga masuk ke gudang material. Gudang yang awalnya ditimbun dengan berbagai sumber daya yang menumpuk, kini terlihat kosong melompong. Semua material untuk kultivasi telah dipindahkan hingga habis.Yoga memeriksa dengan teliti, tetapi tetap tidak menemukan petunjuk apa pun. Dia mengerutkan alis sambil berkata, "Mau memindahkan sumber daya sebanyak ini dalam waktu semalaman, pasti akan menimbulkan kegaduhan yang besar. Apa kalian nggak merasa ada yang aneh sama sekali?"Raja Naga membalas dengan perasaan bersalah, "Pak Yoga, kami curiga ini adalah perbuatan Raja Pencuri Hantu yang terkenal di dunia persilatan.""Orang itu adalah warga Negara Thailey dan mahir menggunakan 10 sihir hitam. Kami curiga dia menggunakan ilmu sihi
Dewa Digdaya berkata, "Kalau kugunakan semua material ini untuk ahli bela diri kuno yang telah kumodifikasi, kualitas fisik mereka pasti akan meningkat pesat dan bisa mengerahkan semua potensi dengan sepenuhnya! Tiba saatnya nanti, peluang kemenangan kita mungkin akan meningkat jadi 80%!"Berita ini membuat semua orang menjadi bersemangat. Keempat kepala keluarga itu tampak sangat senang.Apri bertanya, "Dewa Digdaya, dari mana kamu bisa dapat harta sebanyak ini? Bahkan di dunia bela diri kuno sekalipun, semua harta ini pasti sangat berharga.""Pertanyaan bagus!" Dewa Digdaya bertepuk tangan, "Mari kita sambut orang yang berjasa untuk semua ini!"Petugas mendorong seorang pria bertubuh kurus dan berkulit gelap dengan kursi roda. Pria itu adalah Raja Pencuri Hantu. Saat ini, dia terkulai lemas di kursi roda itu.Apri langsung mengenalinya, "Dia Pencuri Raja Hantu! Dewa Digdaya, jangan-jangan semua harta ini hasil curiannya?""Benar sekali!" balas Dewa Digdaya.Apri bertanya lagi, "Bukan
Dewa Digdaya langsung mencegahnya, "Jangan tutup dulu! Lihat apa ini!" Dia kemudian mengarahkan kamera ke material yang dicuri.Melihat semua benda itu, Yoga langsung tersadar. "Kukira entah tikus dari mana yang mencuri sampah-sampah di gudang materialku. Nggak kusangka ternyata kalian yang mencurinya. Aku justru penasaran, apa yang mau kalian lakukan dengan sampah-sampah itu?""Hehe! Jangan mengeyel lagi! Aku tahu pasti nggak mudah bagimu untuk mengumpulkan semua material ini. Gimana rasanya memberikan jerih payahmu untuk orang lain?" tanya Dewa Digdaya."Memang benar, aku bersusah payah demi mendapatkan semua benda itu. Tapi, barang-barang itu nggak bisa memberi manfaat bagi kalian, melainkan mengantarkan kematian kalian.""Apa maksudmu?" tanya Dewa Digdaya."Kalian akan tahu sebentar lagi," jawab Yoga. Setelah itu, dia mengeluarkan Raja Serangga Giok Putih dan menyentilnya dengan perlahan. "Nak, mulai kerja."Tubuh Raja Serangga Giok Putih menggeliat dengan kuat. Pada saat bersamaan
"Sisanya, bunuh! Hancurkan semua serangga ini," perintah Dewa Digdaya.Ahli bela diri kuno adalah senjata pemungkasnya. Dia tidak berharap mereka dibunuh serangga-serangga ini sebelum mengerahkan kekuatan yang sesungguhnya. Mendengar perintah Dewa Digdaya, semua orang langsung mengerti betapa seriusnya situasi saat ini.Para ahli bela diri kuno yang berhasil dimodifikasi pun langsung mencari tempat persembunyian. Sementara itu, yang lainnya berusaha menyerang Serangga Perenggut Nyawa .... Meski mereka enggan melakukan perlawanan karena menyadari betapa berbahayanya ini, tetap saja mereka tidak bisa membantah perintah Dewa Digdaya.Namun, mereka langsung menyadari bahwa target musuh mereka ini terlalu kecil. Serangan mereka sama sekali tidak berguna. Sebaliknya, para serangga itu semakin ganas dan menjatuhkan semakin banyak korban.Banyak juga orang yang mengabaikan perintah Dewa Digdaya dan berusaha melarikan diri. Aula Digdaya ini adalah milik Dewa Digdaya, tetapi nyawa mereka adalah
"Rugi besar! Sialan!" Dewa Digdaya mengepalkan tangannya dengan erat. "Yoga, berani-beraninya kamu mempermainkanku. Akan kukuliti kamu hidup-hidup!""Hehe ...." Terdengar suara Yoga dari ujung telepon, "Perang nggak mengenal tipu muslihat. Lagi pula, kalian yang mulai duluan, aku hanya balas dengan setimpal. Kenapa? Memangnya cuma kalian yang boleh menyerang, aku nggak boleh membalas?"Panggilan itu masih belum terputus, Dewa Digdaya memakinya lewat ponsel, "Yoga, aku mau lihat kamu bisa sombong sampai kapan! Jangan lupa ibumu masih ada di tanganku. Kamu nggak takut aku melukainya?""Hehe!" Yoga membalas, "Kalau kamu bisa menyakiti ibuku, bukannya sedari awal kamu sudah pasti akan menggunakan hal itu untuk mengancamku? Ingatlah, saat aku menolongnya, itulah hari kematianmu!"Tut! Telepon itu langsung dimatikan. Dewa Digdaya melempar ponselnya dengan marah hingga hancur. Memang benar kata Yoga, karena dibatasi oleh aturan, Dewa Digdaya hanya bisa mengambil darah ibunya sesekali. Selainn
Raja Naga berkata, "Master, dugaanmu benar. Bocah ini diam-diam ingin kabur tadi."Yoga melirik si Botak dengan tatapan dingin dan bertanya, "Katakan, kenapa kamu ingin kabur?"Si Botak langsung berlutut dan menjawab, "Pak, ibuku sakit. Aku ingin pulang menjenguknya. Sekte Hagisana sedang membutuhkan banyak orang, jadi aku nggak berani minta izin. Aku takut ditolak. Kumohon ampuni aku, aku nggak akan mengulanginya lagi."Plak! Raja Naga sontak menamparnya dan menegur, "Bicara yang jujur!"Si Botak segera bersujud dan berkata, "Pak, aku sudah jujur. Aku nggak berani menipu kalian.""Kamu yakin kamu dan Raja Pencuri Hantu nggak punya hubungan apa pun? Bukan kamu yang membantunya mencuri sumber daya?" tanya Yoga."Pak, aku selalu setia pada Sekte Hagisana. Mana mungkin aku bersekongkol dengan penjahat untuk melawanmu?" sahut si Botak segera."Kamu yakin nggak pernah pergi ke gudang, 'kan?" tanya Yoga lagi.Si Botak mengangguk berulang kali dan menimpali, "Nggak pernah."Yoga mengeluarkan