Dewa Digdaya langsung mencegahnya, "Jangan tutup dulu! Lihat apa ini!" Dia kemudian mengarahkan kamera ke material yang dicuri.Melihat semua benda itu, Yoga langsung tersadar. "Kukira entah tikus dari mana yang mencuri sampah-sampah di gudang materialku. Nggak kusangka ternyata kalian yang mencurinya. Aku justru penasaran, apa yang mau kalian lakukan dengan sampah-sampah itu?""Hehe! Jangan mengeyel lagi! Aku tahu pasti nggak mudah bagimu untuk mengumpulkan semua material ini. Gimana rasanya memberikan jerih payahmu untuk orang lain?" tanya Dewa Digdaya."Memang benar, aku bersusah payah demi mendapatkan semua benda itu. Tapi, barang-barang itu nggak bisa memberi manfaat bagi kalian, melainkan mengantarkan kematian kalian.""Apa maksudmu?" tanya Dewa Digdaya."Kalian akan tahu sebentar lagi," jawab Yoga. Setelah itu, dia mengeluarkan Raja Serangga Giok Putih dan menyentilnya dengan perlahan. "Nak, mulai kerja."Tubuh Raja Serangga Giok Putih menggeliat dengan kuat. Pada saat bersamaan
"Sisanya, bunuh! Hancurkan semua serangga ini," perintah Dewa Digdaya.Ahli bela diri kuno adalah senjata pemungkasnya. Dia tidak berharap mereka dibunuh serangga-serangga ini sebelum mengerahkan kekuatan yang sesungguhnya. Mendengar perintah Dewa Digdaya, semua orang langsung mengerti betapa seriusnya situasi saat ini.Para ahli bela diri kuno yang berhasil dimodifikasi pun langsung mencari tempat persembunyian. Sementara itu, yang lainnya berusaha menyerang Serangga Perenggut Nyawa .... Meski mereka enggan melakukan perlawanan karena menyadari betapa berbahayanya ini, tetap saja mereka tidak bisa membantah perintah Dewa Digdaya.Namun, mereka langsung menyadari bahwa target musuh mereka ini terlalu kecil. Serangan mereka sama sekali tidak berguna. Sebaliknya, para serangga itu semakin ganas dan menjatuhkan semakin banyak korban.Banyak juga orang yang mengabaikan perintah Dewa Digdaya dan berusaha melarikan diri. Aula Digdaya ini adalah milik Dewa Digdaya, tetapi nyawa mereka adalah
"Rugi besar! Sialan!" Dewa Digdaya mengepalkan tangannya dengan erat. "Yoga, berani-beraninya kamu mempermainkanku. Akan kukuliti kamu hidup-hidup!""Hehe ...." Terdengar suara Yoga dari ujung telepon, "Perang nggak mengenal tipu muslihat. Lagi pula, kalian yang mulai duluan, aku hanya balas dengan setimpal. Kenapa? Memangnya cuma kalian yang boleh menyerang, aku nggak boleh membalas?"Panggilan itu masih belum terputus, Dewa Digdaya memakinya lewat ponsel, "Yoga, aku mau lihat kamu bisa sombong sampai kapan! Jangan lupa ibumu masih ada di tanganku. Kamu nggak takut aku melukainya?""Hehe!" Yoga membalas, "Kalau kamu bisa menyakiti ibuku, bukannya sedari awal kamu sudah pasti akan menggunakan hal itu untuk mengancamku? Ingatlah, saat aku menolongnya, itulah hari kematianmu!"Tut! Telepon itu langsung dimatikan. Dewa Digdaya melempar ponselnya dengan marah hingga hancur. Memang benar kata Yoga, karena dibatasi oleh aturan, Dewa Digdaya hanya bisa mengambil darah ibunya sesekali. Selainn
Raja Naga berkata, "Master, dugaanmu benar. Bocah ini diam-diam ingin kabur tadi."Yoga melirik si Botak dengan tatapan dingin dan bertanya, "Katakan, kenapa kamu ingin kabur?"Si Botak langsung berlutut dan menjawab, "Pak, ibuku sakit. Aku ingin pulang menjenguknya. Sekte Hagisana sedang membutuhkan banyak orang, jadi aku nggak berani minta izin. Aku takut ditolak. Kumohon ampuni aku, aku nggak akan mengulanginya lagi."Plak! Raja Naga sontak menamparnya dan menegur, "Bicara yang jujur!"Si Botak segera bersujud dan berkata, "Pak, aku sudah jujur. Aku nggak berani menipu kalian.""Kamu yakin kamu dan Raja Pencuri Hantu nggak punya hubungan apa pun? Bukan kamu yang membantunya mencuri sumber daya?" tanya Yoga."Pak, aku selalu setia pada Sekte Hagisana. Mana mungkin aku bersekongkol dengan penjahat untuk melawanmu?" sahut si Botak segera."Kamu yakin nggak pernah pergi ke gudang, 'kan?" tanya Yoga lagi.Si Botak mengangguk berulang kali dan menimpali, "Nggak pernah."Yoga mengeluarkan
Yoga menelepon dan memerintahkan, "Langsung jatuhkan mereka. Ingat, jangan sampai mereka berkesempatan menghubungi orang lain. Aku nggak mau musuh tahu tentang ini.""Baik." Hanya dalam 1 menit, Raja Kegelapan melapor lagi, "Pak, kami sudah menjatuhkan mereka semua. Tapi, mereka memakan racun misterius sebelum aku sempat melakukan apa pun. Aku gagal mempertahankan nyawa mereka."Dewa Digdaya memang sangat berhati-hati dalam bertindak. Karena orang-orang itu telah mati, Yoga hanya bisa mencari petunjuk dari si Botak.Yoga berkata, "Ibumu sudah aman sekarang. Aku akan memberimu kesempatan untuk menebus kesalahan. Kuharap kamu bisa memanfaatkannya dengan baik.""Terima kasih." Si Botak segera bersujud. "Aku nggak akan melupakan kebaikanmu. Jadi, apa yang harus kulakukan? Aku akan menuruti semua instruksimu.""Beri tahu aku, gimana caramu menghubungi Dewa Digdaya," perintah Yoga.Si Botak segera mengeluarkan sebuah alat komunikasi dari sakunya. Alat itu cuma sebesar sebatang rokok. Dia ber
Di situasi kritis ini, Yoga dan Raja Naga yang bersembunyi di kegelapan tiba-tiba muncul. Bisa dibayangkan sekuat apa aura yang dipancarkan oleh kedua kultivator kuno tingkat tinggi itu.Semua orang yang ada di dalam ruangan pun panik. Mereka berlutut, merasa sulit untuk bernapas, bahkan tidak bisa bergerak sedikit pun.Beberapa yang tubuhnya agak lemah bahkan langsung mati di tempat karena organ dalam mereka meledak.Sementara itu, pria berkacamata emas itu cukup kuat karena Aula Digdaya telah mengubah fisiknya menjadi fisik kultivator kuno. Dia menahan aura Yoga dan Raja Naga, lalu melompat dan hendak melarikan diri dari jendela.Jalal tidak akan membiarkannya begitu saja. Dia pun maju dan bertarung dengan pria berkacamata emas itu.Meskipun Jalal baru mencapai tingkat agung master, dia sering mengonsumsi pil tingkat tinggi sehingga fisiknya sangat kuat. Ditambah lagi ada aura Yoga dan Raja Naga yang menekannya, pria berkacamata emas itu pun kalah dengan mudah.Setelah mengatasi semu
Peramal Jitu! Ternyata pengemis itu adalah Peramal Jitu! Saat ini, wajahnya tampak babak belur, rambutnya acak-acakan, bahkan ada bagian yang botak dan berdarah. Pakaiannya juga compang-camping. Penampilannya jauh lebih buruk dan menyedihkan daripada pengemis.Peramal Jitu bisa merasakan tatapan seseorang. Tanpa mendongak, dia membentak, "Apa yang kamu lihat? Kamu nggak pernah melihat dewa berkultivasi ya?"Yoga terkekeh-kekeh. Penipu ini jelas-jelas dihajar hingga babak belur, tetapi masih berani berbohong. Yoga pun bertanya, "Peramal Jitu, kenapa kamu jadi begini?"Begitu mendengar suara Yoga, Peramal Jitu pun mendongak. Setelah memastikan orang yang datang adalah Yoga, dia langsung menjadi emosional. Dia bangkit dan memaki, "Dasar bajingan! Beraninya kamu datang kemari! Aku jadi begini gara-gara kamu!""Jangan sembarangan bicara. Aku nggak pernah mencelakaimu," bantah Yoga."Masih nggak mau ngaku!" Peramal Jitu menghardik, "Kalau kamu nggak bicara buruk tentangku di depan Agnes, man
"Aku ingin Senior membongkar informasi dari mulutnya," jelas Yoga.Agnes mengamati pria berkacamata itu sekilas. Kemudian, dia berkata dengan dingin, "Buset! Fisik kultivator kunonya benar-benar sempurna. Kalau nggak diperiksa dengan teliti, aku nggak akan tahu kalau itu hasil modifikasi. Informasi apa yang kamu mau?""Aku ingin tahu dia mengatur berapa mata-mata di Sekte Hagisana. Selain itu, berapa pusat intelijen yang dia punya dan lokasinya di mana saja," sahut Yoga.Yoga ingin melenyapkan semua jaringan intelijen Aula Digdaya. Dengan demikian, Aula Digdaya akan kehilangan matanya dan kekuatannya akan memerosot."Mudah saja. Tapi, aku nggak ingin membantumu secara cuma-cuma. Gimana kamu akan membalas kebaikanku?" tanya Agnes.Yoga berpikir sesaat sebelum menimpali, "Aku akan memberimu 100 butir pil tingkat tujuh. Gimana?""Jangan membual. Mana mungkin kamu punya pil tingkat tujuh sebanyak itu?" Agnes melirik Yoga dengan kesal.Yoga pun terkekeh-kekeh. Jangankan 100 butir, dia bahka