Yoga mengangguk. "Orang dari Aula Digdaya.""Aula Digdaya!" Ekspresi Raja Naga langsung menjadi muram. "Yoga, belakangan ini Aula Digdaya banyak melakukan aksi. Kamu harus hati-hati pada mereka.""Oh ya?" Yoga bertanya, "Apa yang dilakukan Aula Digdaya?"Raja Naga menjawab, "Belakangan ini Aula Digdaya banyak memodifikasi ahli bela diri kuno. Mereka telah mengutus banyak orang untuk mengumpulkan harta berharga. Aku dapat kabar, mereka bakal menyerang Pulau Neraka dalam waktu dekat dan merebut sumber daya ahli bela diri kuno, bahkan menjajah pulau itu."Yoga tertawa sinis, "Mau serang Pulau Neraka? Langkahi dulu mayatku."Setelah meninggalkan Sekte Hagisana, Yoga memutuskan untuk mencari Winola. Yoga sudah punya Nadya, jadi tentu saja dia tidak akan menjalankan pernikahan dengan Winola. Dia mau membatalkan perjodohan ini.Selain itu, Winola telah berulang kali ingin mencelakai Yoga. Sudah saatnya Yoga memberinya peringatan. Kalau tidak, Winola pasti akan terus mengganggunya.Tak lama ke
Namun begitu melihat mobilnya, gadis itu langsung terperangah. Kap mesinnya yang keras telah penyok. Selain itu, di bagian dasarnya terlihat jelas bekas tinju seseorang. Pria itu menghentikan mobilnya dengan sekali pukulan!Sepertinya dia bertemu dengan seorang ahli tadi!Menyadari hal ini, gadis itu langsung melemparkan pandangan ke arah Yoga. Sosok Yoga terpatri jelas dalam benaknya. Saat gadis itu masih sedang bengong, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya. "Hilda, kamu lihat apa? Ada pria tampan ya?"Gadis itu langsung berbalik. Ternyata orang yang menyapanya adalah sahabatnya sendiri, Wenny. Dia terkejut sejenak melihat Hilda."Hilda, kenapa wajahmu berdarah? Ada apa sebenarnya?"Gadis yang bernama Hilda itu mengusap darah di wajahnya. "Aku terlibat sedikit kecelakaan tadi, nggak usah cemas.""Kecelakaan?" Wenny terkejut, lalu buru-buru memegang tangan dan mengelus kepalanya. "Kamu nggak terluka, 'kan?"Hilda menggeleng. "Nggak apa-apa kok. Nggak usah khawatir. Kak, ayo j
"Sudah lama aku ingin batalin pernikahan sama dia, tapi si berengsek itu sudah terbiasa hidup bergantung pada wanita. Dia terus menempel padaku dan nggak mau putus, buat kesal saja.""Oh ya, dia juga sudah pernah nikah. Mantan istrinya menceraikannya karena nggak tahan dengan kemalasannya," timpal Wenny.Hilda terkejut mendengar hal itu. Pria itu ternyata lebih buruk dari yang dibayangkannya. Dia ternyata sudah pernah menikah dan hanya bisa menumpang hidup pada wanita. Yang lebih mengejutkannya lagi, ternyata dia juga tunangan Wenny.Bahkan menyebutnya sebagai pria berengsek sejati sekalipun, Hilda merasa tidak keterlaluan. Apa yang sebenarnya telah dilakukan pria itu sampai membuat kakeknya begitu terpesona?Hilda mengepalkan tinjunya dengan marah. "Huh! Aku harus cari orang untuk beri dia pelajaran. Kalau dia berani menghancurkan masa depanku, akan kuhancurkan juga hidupnya."Wenny menasihati, "Hilda, sebaiknya kamu jauh-jauh dari pria itu. Sejak aku mengenalnya, nasib buruk terus da
Pengawal itu marah besar. "Percaya nggak, hanya karena kata-katamu itu, aku akan membunuhmu!""Nggak percaya!" balas Yoga sambil menggeleng."Mati sana!" Ucapan Yoga telah memicu amarah kedua pengawal itu. Mereka langsung menyerbu Yoga dan Yoga juga membalas serangan mereka.Kedua pengawal itu adalah ahli bela diri kuno, tapi tingkatan mereka masih yang paling rendah. Kini Yoga sudah mencapai tingkat bentala, mereka berdua sama sekali bukan lawan Yoga. Hanya dalam sekejap, Yoga telah menghabisi kedua orang itu.Keributan besar ini telah menarik perhatian lebih banyak pengawal lagi. Belasan pengawal lainnya muncul tiba-tiba untuk mengepung Yoga."Berani-beraninya menerobos ke kamar Nona, cari mati!""Katakan siapa namamu! Kami harus tahu dulu sebelum membunuhmu!"Yoga pun menyebutkan namanya. Saat mendengar nama tersebut, reaksi para pengawal lainnya semakin agresif. Tentu saja mereka kenal dengan nama ini. Pria ini adalah tunangan nona mereka. Sudah lama nona mereka ingin membunuhnya u
Keindahan wanita itu membuat jantung berdegup kencang. Terlepas dari lekuk tubuhnya yang menggoda, kulit wanita itu juga tampak sangat mulus bagaikan ukiran giok. Tidak ada sedikit pun cela di tubuh wanita itu. Dia benar-benar tampak sempurna.Di dunia ahli bela diri kuno, wanita seperti Winola memang sangat langka dan menakjubkan! Namun, sesempurna apa pun Winola, dia tetap tidak bisa dibandingkan dengan Nadya dan Karina. Apa Winola benar-benar mencoba untuk memanipulasi Yoga dengan kecantikannya?Yoga menggelengkan kepala untuk menepis pemikiran itu. Wanita sesombong ini mana mungkin akan menggunakan kecantikan untuk memikat orang?Yoga memperhatikan sebuah energi api yang bergerak liar di dalam tubuh Winola. Energi tersebut menabrak titik meridian di seluruh tubuhnya. Winola mungkin pingsan karena terganggu oleh energi "api" ini.Entah mengapa, Yoga merasa bahwa energi ini memiliki daya tarik alami terhadap dirinya, seolah-olah ... energi itu seharusnya menjadi miliknya. Tanpa senga
Winola menjadi sedikit ragu, "Omong kosong! Itu benih apiku, mana mungkin bisa punya daya tarik terhadapmu? Kamu mau merebut benih apiku? Lebih baik kuledakkan fondasiku sendiri daripada membiarkanmu berhasil!"Yoga mengerutkan kening, "Benih api? Apa itu benih api?"Melihat Yoga tidak curiga dan bahkan tidak tahu apa itu benih api, Winola langsung merasa lebih tenang. Sebenarnya, benih api dalam tubuhnya itu awalnya milik Yoga dan anggota sukunya telah memaksanya mengambil benih api itu dari tubuh Yoga.Orang yang memiliki benih api secara alami sangatlah langka. Bahkan di dunia para ahli bela diri kuno sekalipun, orang seperti ini sangat jarang ditemui. Berbagai pihak berpengaruh sering kali terlibat dalam pertempuran besar untuk menarik orang-orang dengan benih api alami.Winola bahkan tidak ingat kapan terakhir kali dunia ahli bela diri kuno mengalami kedamaian. Alasan dia ingin membunuh Yoga, salah satunya adalah untuk membatalkan pernikahan mereka, tetapi yang paling penting adal
Hilda terkejut melihat tatapan Yoga. Padahal orang yang berdiri di hadapannya ini jelas-jelas adalah manusia biasa. Namun, Hilda sekilas merasa bahwa orang ini mirip sekali dengan iblis. Begitu ada perbedaan pendapat di antara mereka, orang ini langsung ingin membunuhnya.Hanya saja, Hilda berasal dari keluarga terpandang yang punya banyak pengalaman. Dia tidak panik sama sekali, melainkan hanya menjawab dengan tenang, "Aku cuma bicara fakta. Tapi, aku bisa paham. Lawanmu terlalu tangguh, bukan seseorang yang bisa kamu tandingi. Wajar saja kalau kamu menolakku."Yoga membalas, "Nggak ada orang yang bisa menandingiku di dunia ini."Hilda membalas, "Nggak usah membual. Orang itu bisa melawan 100 orang sekaligus sendirian, memangnya kamu bisa?"Hilda sendiri tidak terlalu paham dengan bela diri. Dia hanya pernah mendengar Wenny mengatakan bahwa Yoga sangat kuat. "Melawan 100 orang sekaligus" hanyalah deskripsi yang ditambahkannya sendiri. Menurut Hilda, bisa melawan 100 orang saja sudah t
"Sejujurnya saja, ada banyak sekali orang yang mau mendekati cucuku. Kalau kamu bisa mendapatkan hatinya, itu adalah kebanggaan terbesar untuk semua keluarga dan bahkan leluhurmu ....""Hush!" Yoga buru-buru menimpali, "Kuterima niat baikmu, tapi sebaiknya kamu cepat kembalikan dia ke ibu kota. Kota Panawa sangat kacau belakangan ini. Kalau terjadi apa-apa dengannya, aku nggak bisa tanggung jawab."Kamal membalas, "Aku nggak peduli, kuserahkan cucuku padamu. Kalau terjadi sesuatu dengannya, aku akan minta pertanggungjawabanmu. Aku tahu kamu selalu dikelilingi banyak wanita. Kalau memang nggak bisa, Hilda boleh saja jadi istri mudamu. Sinyal di sini kurang bagus, kututup dulu teleponnya ya."Yoga kehabisan kata-kata. Jika Kamal bersikap seperti ini, Yoga juga tidak sanggup menghadapinya.Di Hotel Sinaya.Winola telah mengumpulkan semua pengawalnya. Semua pengawal ini telah dilumpuhkan oleh Yoga hingga kesulitan untuk berdiri. Namun, mereka semua tetap mempertahankan posisi berlutut untu
"Apa?" Setelah mendengar kata-kata itu, wajah semua orang di tempat langsung berubah menjadi pucat pasi. Mereka sangat ketakutan dan gelisah. Bisa-bisanya ketahuan? Bagaimana mungkin rahasia ini bisa bocor? Dalam sekejap, semua orang menjadi panik. Mereka tanpa sadar melirik ke arah menara lonceng."Oh?" Yoga pun tertawa. Nada suaranya terdengar terkejut sekaligus puas.Yoga sebenarnya hanya meminta Winola dan Sutrisno untuk menjauh darinya, tetapi tak disangka mereka malah menemukan sesuatu yang sangat penting. Yoga perlahan mendongak dan menatap ke arah atas, tepat ke lokasi menara lonceng."Kalian jangan bicara sembarangan! Nggak mungkin ada apa-apa di menara lonceng itu!""Benar, tindakan kalian ini adalah pengkhianatan terhadap Bimo! Nggak mungkin pusat formasi ada di sana!""Kalian sungguh keji! Kalian mau mengalihkan perhatian Bimo ya? Pusat formasi yang sebenarnya jelas bukan di sana!"Para tetua dan jenderal mulai berteriak panik. Mereka coba meyakinkan Yoga dengan berbagai
"Kalian semua mau mati ya?" Yoga melontarkan pertanyaan dengan nada tenang. Matanya menyapu seluruh orang di tempat itu satu per satu. Wajahnya tetap datar tanpa emosi.Semua orang langsung menutup mulut. Tidak ada yang berani mengucapkan sepatah kata pun. Mereka tahu jika Bimo murka, konsekuensinya bukan hanya kematian, melainkan siksaan yang lebih buruk dari mati.Di saat itulah, Yoga memandang pria di hadapannya dengan tenang. Tanpa berkata sepatah kata pun, dia melayangkan tendangan. Tindakannya membuat pria tersebut terpental.Namun, Yoga sama sekali tidak berniat membunuhnya. Baginya, membunuh pria itu hanya akan menjadikannya salah satu dari boneka dalam formasi ini. Itu hanya akan menambah bebannya. Hal terpenting saat ini adalah menemukan pusat formasi."Hahaha! Aku hidup! Aku benar-benar masih hidup!" seru jenderal itu sambil tertawa terbahak-bahak penuh kegirangan. Wajahnya berseri-seri. Dia tidak mampu menyembunyikan rasa lega yang luar biasa.Mampu bertahan hidup di bawah
Hukum alam semesta akan memberikan tekanan jika itu terjadi. Yoga harus tetap waspada. Retakan-retakan di langit adalah hasil dari kekuatan hukum tersebut.Hukum alam semesta telah merasakan keberadaan Yoga sehingga langsung mencarinya tanpa ragu. Bahkan, formasi besar yang mengurung tempat ini pun tak mampu menghentikannya."Sepertinya aku harus sedikit menahan diri," gumam Yoga perlahan.Bimo menambahkan, "Cuma sedikit lagi doang. Meski kekuatanmu mampu menembus level kultivator raja, mana boleh kamu bertindak serampangan begini?""Aku tahu," jawab Yoga singkat, tanpa banyak bicara lagi. Kemudian, dia menoleh ke arah jenderal yang gemetar ketakutan dalam genggamannya. Kakinya bahkan hampir tak mampu menopang tubuhnya."Cepat katakan! Kalau nggak, aku akan menjadikanmu seperti mayat boneka itu, lalu menghancurkanmu hingga menjadi serpihan!" ancam Yoga dengan suara dingin."Aku akan kasih tahu semuanya!" balas jenderal itu sambil buru-buru mengangguk. Ketakutan dan emosinya sudah tak t
Wajah jenderal itu langsung memucat. Dia berseru panik dengan nada penuh ketakutan, "Aku ... aku akan bilang! Jangan bunuh aku!"Saat ini, yang tersisa dalam pikiran jenderal itu hanyalah keinginan untuk bertahan hidup. Dia telah sepenuhnya melupakan tanggung jawab sebagai Pelindung Kebenaran yang seharusnya menjaga keadilan.Jenderal itu tidak ingin mati, apalagi mengalami nasib seperti orang yang sudah menjadi boneka itu. Di bawah kendali formasi, dia mungkin tidak akan mati ataupun hancur, tetapi akan kehilangan kesadaran sepenuhnya. Apa gunanya hidup seperti itu? Itu bukan kehidupan yang layak.Pada saat yang sama, suara keras menggema dari kejauhan."Dasar pengkhianat! Apa yang kamu bilang barusan? Dengan sikap seperti itu, apa kamu pantas disebut Pelindung Kebenaran?""Kamu sama sekali nggak layak jadi Pelindung Kebenaran. Kamu cuma sampah!""Dasar berengsek, apa kamu mau mati? Beraninya mengkhianati kami!"Permohonan jenderal itu langsung memancing amarah orang-orang di sekitarn
"Hahaha! Bimo, akhirnya kamu mengalami ini juga!""Sekarang, gimana kamu bisa bertarung? Bersiaplah untuk mati!""Nggak peduli apa yang kamu lakukan, hari ini kamu nggak akan bisa kabur. Kematian sudah pasti menjadi akhirmu!"Suara-suara penuh keyakinan itu terdengar jelas di telinga Yoga. Dia agak mengernyit dan menatap dingin ke arah mereka.Yoga agak memiringkan kepala, lalu mengejek sambil menyeringai, "Kalian ini benar-benar terlalu berisik. Sepertinya kalian juga mau jadi boneka ya?"Sekejap kemudian, suasana berubah drastis. Semua orang terdiam, tak ada yang berani bicara lagi. Mereka tahu betul bahwa mereka tidak ingin mati.Sebab begitu mati, mereka akan dikendalikan oleh formasi ini. Mereka akan menjadi makhluk mengerikan yang tak bisa mati dan dihancurkan, kecuali semua makhluk hidup di dalam formasi ini sudah kehilangan nyawa.Yoga mengalihkan targetnya. Dia langsung menuju ke arah orang-orang yang tersisa sambil berujar, "Ya sudah. Kalau begitu seperti yang kalian inginkan
Di dalam formasi, sepuluh tetua dan tiga jenderal berdiri dengan kewaspadaan penuh. Mereka menatap tajam ke arah Yoga.Tatapan mereka yang dingin tertuju pada Yoga. Namun, tidak ada satu pun dari mereka yang bergerak. Mereka yakin bahwa pertempuran berikutnya akan berlangsung sesuai dengan rencana.Melihat itu, Yoga sedikit mengernyit. Dia bisa merasakan bahwa mereka sepertinya sedang menunggu sesuatu. Perasaan seperti itu sungguh membuatnya merasa sangat tidak nyaman.Akhirnya, Yoga mulai menyadari sesuatu. Dia segera mengalihkan pandangannya ke satu arah. Di sana, dia melihat tubuh jenderal yang sebelumnya telah dia bunuh.Jenderal itu kini seperti boneka yang dikendalikan oleh benang-benang merah. Tubuhnya mulai berubah menjadi makin besar dan berotot. Ini semua adalah hasil dari formasi, yang mengubah mayat itu menjadi lebih kuat dari sebelumnya.Yoga mendengus sebelum berujar, "Sepertinya, mereka mau menguji aku dulu."Yoga tahu betul bahwa orang-orang ini takut mati sehingga berh
Kraaak!Tubuh jenderal itu seketika meledak di satu bagian. Separuh tubuhnya berlumuran darah dan terlihat begitu mengerikan. Luka parah di bagian luar tubuhnya bercampur dengan dampak serangan di dalam tubuh. Hal itu membuatnya berada di ambang kematian.Dengan ekspresi datar, Yoga perlahan menoleh dan menatap dingin ke arah yang lain. Dia berujar, "Selanjutnya, giliran kalian!"Kalimat itu penuh dengan aura dominasi, seakan-akan dalam sekejap mampu membekukan seluruh wilayah di sekitar. Kesepuluh tetua dan tiga jenderal yang tersisa terdiam sejenak, lalu raut wajah mereka berubah menjadi garang."Bimo, kamu pasti nggak tahu betapa menakutkannya Formasi Pembantai Dewa ini, 'kan?""Di dalam formasi ini, satu-satunya jalan bagimu adalah mati!""Hmph! Memangnya kenapa kalau kamu bunuh dia? Setelah bunuh kami semua, terus apa?"Dalam sekejap, mereka semua menunjukkan sikap yang sombong dan melontarkan ejekan terhadap Yoga.Di sisi lain, Yoga mengernyit karena bingung. Apa mereka sudah gil
Kedua orang itu merasa bahwa jurus yang baru saja mereka lihat sangat mirip dengan gaya Yoga. Hanya saja setelah berpikir dengan saksama, mereka yakin bahwa itu tidak mungkin.Sutrisno dan Winola lebih percaya bahwa jurus itu diajarkan oleh Bimo kepada Yoga. Sebab, mana mungkin Yoga memiliki kemampuan sehebat itu?Winola bertanya dengan serius, "Tapi, apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Sudah begitu banyak orang yang mati!"Sutrisno membalas, "Banyak orang mati, bukannya itu malah bagus? Kalau para Pelindung Kebenaran mati, Tuan Bimo yang diuntungkan. Kalau orang-orang dari empat keluarga besar ikut mati, itu malah menguntungkan kita."Winola hanya terdiam mendengar ucapan itu. Dia menatap Sutrisno dengan pandangan penuh arti sambil mengernyit. Momen itu membuatnya seketika merasa bahwa Sutrisno adalah seorang pengkhianat. Bagaimanapun, orang-orang yang mati berasal dari keluarga mereka sendiri.Melihat ekspresi Winola, Sutrisno coba meyakinkannya dengan berucap, "Kamu lupa dengan
Pada saat yang bersamaan, seluruh langit berubah menjadi merah dan benang-benang yang memerah juga terus melayang.Saat ini, semua orang merasa sangat terkejut dan tatapan mereka penuh dengan ketakutan. Orang-orang dari empat keluarga besar yang tersisa dan para Pelindung Kebenaran yang masih hidup pun tercengang dengan pemandangan itu."Astaga. Apa yang mereka inginkan? Jangan-jangan ingin membunuh kami?""Kami adalah Pelindung Kebenaran, kita ini satu kelompok. Apa mereka benar-benar ingin membunuh tanpa pandang bulu?""Sialan! Padahal hanya perlu membunuh Bimo saja, kenapa harus membunuh kami juga? Organisasi Pelindung Kebenaran benar-benar akan hancur."Banyak Pelindung Kebenaran yang berteriak dengan marah dan emosi mereka makin meledak karena merasa menderita. Mereka semua tahu mereka akan segera mati.Orang-orang dari empat keluarga besar pun sudah benar-benar putus asa dan terus berlari ke segala arah.Namun, benang-benang merah itu langsung menyerang satu per satu orang di san