Winola berkata, "Yoga mana bisa melukai aku! Tapi ini nggak memengaruhi hukuman yang akan kuberikan padamu! Hari ini aku hanya akan mengurangi setengah sumber dayamu. Lain kali nggak boleh diulangi lagi!"Leluhur Jahanam Langit langsung merasa sakit hati. Delapan puluh persen sumber daya untuk kultivasinya adalah berasal dari Keluarga Bramasta. Sekarang mereka mengurangi setengah dari sumber dayanya. Hal ini membuatnya sangat menderita.Oleh karena itu, dia jadi semakin dendam pada Yoga. Lantaran tidak berani memprotes Winola, Leluhur Jahanam Langit terpaksa menelan semua kepahitan ini sendiri. "Aku bersedia menerima hukuman ini."Winola bertanya, "Kenapa kamu nggak turun tangan sendiri untuk menghadapi Yoga?"Leluhur Jahanam Langit menghela napas. "Nona, aku dibatasi oleh aturan. Nggak boleh turun tangan pada Yoga selama di Negara Daruna. Tapi Anda tenang saja, aku sudah mencari cara untuk memancing Yoga ke luar negeri dan menghabisinya untuk membalas dendammu."Winola menjawab, "Oke.
Mungkin saja Yoga telah menemukan harta peninggalan legendaris dari ahli bela diri kuno! Jika dia bisa mencuri sumber daya Yoga, rencana untuk menyerbu dunia bela diri kuno akan memiliki peluang sukses yang meningkat tajam!Dalam benaknya muncul nama seseorang: Raja Pencuri Hantu!Tanpa menunda-nunda, dia segera bergegas menuju Penjara Jahanam!Di Penjara Jahanam, Leluhur Jahanam Langit sedang mempertimbangkan untuk bekerja sama dengan orang Jepana untuk menghabisi Yoga. Tiba-tiba sebuah suara yang kasar memecah lamunannya, "Pagi, Leluhur Jahanam Langit!"Ternyata Dewa Digdaya mendatanginya. Pada saat bersamaan, dia juga merupakan salah satu dari pengurus Penjara Jahanam.Leluhur Jahanam Langit mengangguk, "Pagi, Dewa Digdaya."Dewa Digdaya membalas, "Leluhur Jahanam Langit, aku mau masuk ke penjara untuk menjalankan tugas resmi. Mohon beri izin.""Baik!" Leluhur Jahanam Langit memberi izin pada Dewa Digdaya untuk masuk. Penjara Jahanam memiliki 18 tingkat. Semakin ke bawah, tahanan ya
Dewa Digdaya menjawab dengan terus terang, "Pil Maut Tujuh Hari. Setelah makan racun ini, tubuhmu akan langsung meledak dan mati kalau nggak meminum penawarnya dalam waktu tujuh hari. Jadi, kusarankan kamu sebaiknya jangan bertindak macam-macam. Jalankan perintah dengan baik, aku akan berikan penawarnya tujuh hari kemudian."Raja Pencuri Hantu mulai ragu-ragu. Sifatnya memang penuh dengan kecurigaan, dia khawatir Dewa Digdaya akan menjebaknya. "Sebaiknya kamu beri tahu aku dulu apa yang mau dicuri."Dewa Digdaya menjawab, "Gudang sumber daya Sekte Hagisana."Sekte Hagisana! Raja Pencuri Hantu tertawa sinis, "Aku juga pernah dengar tentang Sekte Hagisana, itu cuma sekte kecil. Bisa membuatku turun tangan langsung adalah sebuah kehormatan bagi mereka!"Namun, Raja Pencuri Hantu tidak tahu bahwa Sekte Hagisana yang sekarang telah berbeda dengan dulu. Dia sangat percaya diri bisa menyelesaikan tugas ini dengan lancar. Oleh karena itu, Raja Pencuri Hantu meminum Pil Maut Tujuh Hari itu tanp
Pria tua berjanggut berkata, "Nak, jangan buru-buru. Aku cuma ngomong sesuai yang kuramalkan. Aku juga meramalkan, kamu akan mengalami keberuntungan cinta yang melimpah baru-baru ini. Tapi hati-hati, karena perubahan kuantitas bisa menyebabkan perubahan kualitas. Keberuntungan cinta bisa berubah menjadi bencana cinta," kata pria tua itu.Yoga tertegun sejenak. Pria berjanggut itu memang ada benarnya, akhir-akhir ini dirinya memang terjebak dalam masalah cinta. Namun, Yoga tidak terlalu memikirkannya dan menganggap bahwa pria tua itu hanya beruntung karena berhasil menebaknya.Pria tua itu melanjutkan, "Kamu akan mengalami bencana berdarah dalam waktu dekat. Kalau nggak hati-hati, kamu bisa kehilangan segalanya. Kamu benar-benar harus sangat berhati-hati."Yoga memutuskan untuk tidak lagi menghiraukan pria tua itu. Dia tidak percaya pada ramalan. Yoga hanya percaya bahwa segalanya tergantung pada usaha manusia. Dia berjalan dengan langkah besar menjauhi pria itu.Tak diduga, pria tua it
Pria tua berjanggut berkata dengan cemas, "Tuan, jangan-jangan Anda mau ke tempat itu ...."Lawan bicaranya menjawab, "Nggak usah banyak tanya, nggak ada gunanya kamu tahu terlalu banyak."Melihat majikannya agak kesal, pria tua berjanggut tampak ketakutan. "Maafkan kelancanganku.""Masih ada satu hal lagi," timpal pria itu, "Bos di penginapan ini mengejarmu dari dunia ahli bela diri kuno sampai ke sini, kelihatannya dia tulus juga padamu. Kalau mau, aku bisa bantu menjodohkan kalian."Pria tua berjanggut tersenyum getir, "Tuan, garis keturunan ramalanku memang membawa lima kelemahan dan tiga kekurangan. Aku punya nasib kesepian. Ditakdirkan untuk hidup sendiri sampai tua. Kalau aku terlalu dekat dengannya, itu akan membawa bencana baginya."Pria lainnya berkata, "Takdirku ada di tanganku, bukan ditentukan langit. Kalau kamu dilahirkan dengan lima kelemahan dan tiga kekurangan, aku akan membantumu mengubah takdirmu."Pria tua berjanggut tersenyum getir. Mengubah takdir seseorang memang
Yoga ingin mencari Vania untuk memecat Hilda. Namun, Hilda menghentikannya dan berkata, "Jangan terburu-buru. Pertimbangkan dulu penawaranku yang sebelumnya. Kalau kamu setuju, aku akan memberimu 200 juta sekaligus mempromosikanmu menjadi kepala satpam. Gimana?"Yoga merasa lucu mendengarnya. Dia membalas, "Kamu cuma anak magang, tapi ingin mempromosikanku? Siapa yang memberimu keberanian untuk bicara begitu?""Meskipun cuma anak magang, aku punya koneksi di perusahaan. Mudah saja untuk mempromosikanmu," ujar Hilda dengan angkuh."Kalau begitu, aku penasaran siapa yang begitu sial sampai punya hubungan denganmu," ejek Yoga."Cih! Jaga omonganmu ya! Asal kamu tahu, aku kerabat Pak Kusuma, bos Perusahaan Farmasi Hansa," sahut Hilda sambil mengerlingkan mata.Yoga menatap Hilda dengan heran. Dia bertanya, "Kenapa aku baru tahu Pak Kusuma punya kerabat sepertimu?""Pak Kusuma kakak iparku!" ucap Hilda dengan lantang.Yoga hampir menyemburkan darah mendengarnya. Dia menimpali, "Pak Kusuma k
Hilda membalas dengan kesal, "Dia sudah mempermalukan kakakku. Menyebalkan sekali. Aku menyuruhnya minta maaf, tapi dia pura-pura nggak dengar."Tama mengamati Yoga dari atas hingga bawah, lalu bertanya, "Siapa dia?""Dia satpam perusahaan, masa kamu nggak tahu?" tanya Hilda balik.Tama pun murka. Dia membentak, "Berani sekali seorang satpam menindas primadona universitas. Aku akan memberinya pelajaran!"Kemudian, Tama menghardik Yoga, "Hei! Dengar baik-baik! Aku insinyur perusahaan ini! Aku mau kamu minta maaf pada Hilda sekarang juga!"Yoga termangu sesaat. Tama adalah petinggi perusahaan sekaligus anggota ini. Dia seharusnya tahu identitas bosnya. Bagaimana bisa dia memerintahkan bosnya untuk minta maaf? Apa yang terjadi?Yoga yang merasa curiga pun berkata, "Kita sama-sama pekerja di sini. Status kita setara. Atas dasar apa aku harus menurutimu?""Karena aku mengenal Vania, manajer umum perusahaan!" sahut Tama dengan lantang. Dia merasa pertanyaan Yoga ini sangat lucu. Kemudian, di
Vania mengernyit dengan heran. "Kok bisa? Pak, apa kita perlu memanggilnya kemari?"Yoga menggeleng dan membalas, "Nggak perlu. Dia terus mengurung diri untuk apa? Apa mungkin dia bertanggung jawab atas proyek besar dan merasa tertekan, jadi sikapnya berubah drastis?""Nggak mungkin. Soalnya aku belum memberinya tugas apa pun belakangan ini." Vania menggeleng. "Dia mengurung diri cuma untuk membaca data-data dulu. Aku juga nggak ngerti maksudnya."Yoga merenung sambil mengangguk. "Oke, aku sudah mengerti. Lanjutkan saja pekerjaanmu."Vania menatap Yoga dengan tatapan berhasrat dan menggoda, "Pak, belakangan ini tekanan kerjaku agak besar. Apa kamu bisa bersikap lancang kepadaku sedikit? Sebentar juga nggak apa-apa kok."Yoga merasa lucu. Dia bangkit dan berkata, "Di ruang kantormu."Mata Vania sontak berbinar-binar. Dia berhasil merayu Yoga. Dia segera berujar, "Terima kasih, Pak."Keduanya pun menuju ke pintu. Begitu Vania melangkah keluar, Yoga langsung menutup dan mengunci pintu.Va