Share

Bab 743

Author: Vodka
Yoga ingin mencari Vania untuk memecat Hilda. Namun, Hilda menghentikannya dan berkata, "Jangan terburu-buru. Pertimbangkan dulu penawaranku yang sebelumnya. Kalau kamu setuju, aku akan memberimu 200 juta sekaligus mempromosikanmu menjadi kepala satpam. Gimana?"

Yoga merasa lucu mendengarnya. Dia membalas, "Kamu cuma anak magang, tapi ingin mempromosikanku? Siapa yang memberimu keberanian untuk bicara begitu?"

"Meskipun cuma anak magang, aku punya koneksi di perusahaan. Mudah saja untuk mempromosikanmu," ujar Hilda dengan angkuh.

"Kalau begitu, aku penasaran siapa yang begitu sial sampai punya hubungan denganmu," ejek Yoga.

"Cih! Jaga omonganmu ya! Asal kamu tahu, aku kerabat Pak Kusuma, bos Perusahaan Farmasi Hansa," sahut Hilda sambil mengerlingkan mata.

Yoga menatap Hilda dengan heran. Dia bertanya, "Kenapa aku baru tahu Pak Kusuma punya kerabat sepertimu?"

"Pak Kusuma kakak iparku!" ucap Hilda dengan lantang.

Yoga hampir menyemburkan darah mendengarnya. Dia menimpali, "Pak Kusuma k
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 744

    Hilda membalas dengan kesal, "Dia sudah mempermalukan kakakku. Menyebalkan sekali. Aku menyuruhnya minta maaf, tapi dia pura-pura nggak dengar."Tama mengamati Yoga dari atas hingga bawah, lalu bertanya, "Siapa dia?""Dia satpam perusahaan, masa kamu nggak tahu?" tanya Hilda balik.Tama pun murka. Dia membentak, "Berani sekali seorang satpam menindas primadona universitas. Aku akan memberinya pelajaran!"Kemudian, Tama menghardik Yoga, "Hei! Dengar baik-baik! Aku insinyur perusahaan ini! Aku mau kamu minta maaf pada Hilda sekarang juga!"Yoga termangu sesaat. Tama adalah petinggi perusahaan sekaligus anggota ini. Dia seharusnya tahu identitas bosnya. Bagaimana bisa dia memerintahkan bosnya untuk minta maaf? Apa yang terjadi?Yoga yang merasa curiga pun berkata, "Kita sama-sama pekerja di sini. Status kita setara. Atas dasar apa aku harus menurutimu?""Karena aku mengenal Vania, manajer umum perusahaan!" sahut Tama dengan lantang. Dia merasa pertanyaan Yoga ini sangat lucu. Kemudian, di

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 745

    Vania mengernyit dengan heran. "Kok bisa? Pak, apa kita perlu memanggilnya kemari?"Yoga menggeleng dan membalas, "Nggak perlu. Dia terus mengurung diri untuk apa? Apa mungkin dia bertanggung jawab atas proyek besar dan merasa tertekan, jadi sikapnya berubah drastis?""Nggak mungkin. Soalnya aku belum memberinya tugas apa pun belakangan ini." Vania menggeleng. "Dia mengurung diri cuma untuk membaca data-data dulu. Aku juga nggak ngerti maksudnya."Yoga merenung sambil mengangguk. "Oke, aku sudah mengerti. Lanjutkan saja pekerjaanmu."Vania menatap Yoga dengan tatapan berhasrat dan menggoda, "Pak, belakangan ini tekanan kerjaku agak besar. Apa kamu bisa bersikap lancang kepadaku sedikit? Sebentar juga nggak apa-apa kok."Yoga merasa lucu. Dia bangkit dan berkata, "Di ruang kantormu."Mata Vania sontak berbinar-binar. Dia berhasil merayu Yoga. Dia segera berujar, "Terima kasih, Pak."Keduanya pun menuju ke pintu. Begitu Vania melangkah keluar, Yoga langsung menutup dan mengunci pintu.Va

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 746

    Raja Naga bertanya, "Jangka waktu yang panjang? Selama apa?""Sekitar seminggu," jawab Yoga."Aku tahu beberapa ilmu sihir yang bisa mengontrol pikiran orang, tapi cuma bisa bertahan selama beberapa jam. Kalau sekitar seminggu, aku nggak pernah dengar," ujar Raja Naga."Oke." Yoga menceritakan tentang perubahan sikap Tama dan lainnya kepada Raja Naga. "Menurutmu, apa yang terjadi kepada mereka?"Setelah merenung sejenak, Raja Naga bertanya, "Apa mungkin raga mereka telah direbut seseorang? Raga mereka masih utuh, tetapi jiwa lain yang menempati raga itu?""Direbut? Bukannya itu cuma ada di novel dan drama? Memangnya ada cara merebut jiwa dan raga orang?" tanya Yoga balik."Aku cuma menebak. Aku nggak pernah bertemu hal seperti itu. Tapi, aku pernah dengar ada ilmu seperti itu di dunia kultivator kuno tingkat tinggi," sahut Raja Naga.Yoga mengangguk dan merasa kemungkinan ini cukup besar. Karena tidak punya cara lain, dia hanya bisa mengamati Tama untuk sementara waktu ini.Selama bebe

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 747

    Yang mengemudikan mobil adalah Wenny. Begitu turun dari mobil, wanita itu sontak memelototi Yoga.Hilda menghampiri dan berkata, "Kak! Akhirnya kamu datang. Aku sudah menunggumu sejak tadi.""Maaf, jalanan macet tadi," ujar Wenny."Ayo kita masuk, jangan sampai mereka menunggu terlalu lama," ucap Hilda."Nggak perlu terburu-buru. Kita selesaikan masalahmu dulu," sahut Wenny."Memangnya aku punya masalah apa?" tanya Hilda dengan heran.Wenny menghampiri Yoga dan berkata, "Yoga, dengar baik-baik. Lain kali menjauh dari Hilda. Asalkan aku masih hidup, jangan harap kamu bisa mengusik Hilda.""Apa?" Sekujur tubuh Hilda gemetaran. Dia bertanya, "Kak, ka ... kamu panggil dia apa tadi?""Yoga. Kenapa memangnya? Kamu nggak tahu kalau dia Yoga?" tanya Wenny balik.Hilda berkata dengan tidak percaya, "Ternyata dia Yoga! Kakek menjodohkanku dengannya!"Wenny terkejut mendengarnya. Hilda merasa sangat canggung. Dia bertanya, "Kenapa kamu nggak memberitahuku identitasmu sejak awal?""Kamu sendiri ng

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 748

    Setelah satu per satu serangan, sekelompok pria itu tergeletak tak berdaya dibuat Yoga. Yoga menargetkan wajah mereka sehingga semuanya tampak babak belur. Ini adalah sesuatu yang sangat fatal bagi gigolo seperti mereka!"Berengsek! Beraninya kamu memukul wajahku! Aku nggak akan mengampunimu!""Aku baru menghabiskan banyak uang untuk perawatan, tapi kamu malah memukul wajahku!""Telepon Kak Kris! Bocah ini harus dibunuh!""Benar, suruh Kak Kris beri dia pelajaran!"Yoga menggerakkan pergelangan tangannya sambil berkata, "Oke, aku akan menunggu bala bantuan kalian di sini. Kebetulan, aku memang ingin melampiaskan amarahku."Usai mengatakan itu, Yoga berjalan masuk ke Restoran Floran. Di kamar Roselia, para pelayan terus keluar masuk dan tampak sangat sibuk.Mereka menggunakan berbagai cara untuk membantu Roselia meredakan rasa sakitnya, tetapi semua itu tidak berguna. Roselia meringkuk di ranjang dan bercucuran keringat. Sekujur tubuhnya gemetar tak terkendali.Begitu melihat Yoga, mata

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 749

    Roselia berkata, "Kalau begitu, tolong bawa Jeje keluar."Erna mengeluarkan sebuah kantong kecil dari sakunya dan melemparkannya kepada Roselia. Dia berkata, "Itu obat penawar untukmu. Cepat dimakan, bisa meredakan rasa sakitmu."'Berengsek.' Roselia hampir mengumpat. Dia berujar, "Aku nggak mau makan obat itu. Obat itu cuma bisa meredakan rasa sakitku untuk sementara waktu. Cuma Yoga yang bisa mengobati penyakitku sampai ke akarnya.""Kalau begitu, kamu mati kesakitan saja," sahut Erna dengan tidak acuh."Aku ...." Roselia sungguh kehabisan kata-kata.Jeje membujuk, "Kak, cepat makan obat itu. Selama ada Kak Erna, jangan harap kalian berdua bisa melakukannya. Tadi Kak Kamelia juga sudah menelepon. Dia bilang akan mengebiri Kak Yoga kalau sudah nggak perjaka."'Benar-benar berengsek!' maki Roselia dalam hati. Dilihat dari penolakan ini, sepertinya dia tidak mungkin melakukannya dengan Yoga lagi. Pada akhirnya, dia hanya bisa menelan obat penawar itu.Setelah merasa lebih baik, Roselia

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 750

    Semua orang bersenang-senang, sedangkan Hilda dan Wenny hanya duduk di sudut sambil mengobrol. Mereka tidak minum ataupun bernyanyi, seolah-olah bukan datang untuk menghadiri acara ini.Tama menghampiri untuk bersulang. "Hilda, Wenny, jangan cuma duduk dong. Ayo, kita minum-minum."Hilda segera menolak. "Maaf sekali, Tama. Kamu tahu aku nggak minum alkohol sejak dulu. Gimana kalau aku bersulang dengan teh saja?"Tama menyahut, "Kamu harus mencobanya sekali. Ayo, dicicipi dulu. Aku jamin kamu akan takjub dengan rasanya."Hilda masih menolak, tetapi Tama terus memaksanya untuk mencoba. Wenny akhirnya tidak tahan lagi. Dia berkata, "Pak, adikku benar-benar nggak minum alkohol. Biar aku saja yang minum.""Ya, ya." Tama segera mengiakan. Setelah bersulang, dia memberi isyarat mata kepada orang lain supaya bersulang dengan Wenny juga.Wenny buru-buru melambaikan tangan dan berkata, "Maaf, maaf. Aku nggak bisa minum lagi. Aku bersulang dengan teh saja."Seorang wanita yang terlihat berwajah g

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 751

    Selain itu, mereka tidak ingin diantar Yoga.Ketika sedang kebingungan, tiba-tiba terdengar suara seorang pria. "Hei, apa yang kamu lakukan? Minggir, jangan ganggu mereka!"Ternyata itu Tama. Tama memapah Wenny dan Hilda yang tampak sempoyongan sambil bertanya, "Kalian baik-baik saja, 'kan?""Ya, kami baik-baik saja." Wenny dan Hilda bersikeras untuk terlihat baik-baik saja.Yoga mengernyit dan bertanya, "Kamu yang membuat mereka mabuk?""Bukan urusanmu. Jangan ikut campur urusan kami!" tegur Tama sambil mengerlingkan matanya. Kemudian, dia berkata dengan lembut, "Hilda, Wenny, ayo kita pergi.""Berhenti!" Yoga tiba-tiba membentak, "Siapa suruh kalian pergi?"Tama mendorong Yoga dan menghardik, "Sudah kubilang jangan ikut campur! Jangan cari masalah untuk diri sendiri!"Yoga sontak meraih kerah baju Tama dan menyahut, "Tadi memang bukan urusanku. Tapi, sekarang sudah menjadi urusanku karena kamu membentakku. Cepat minta maaf!"Tama sungguh murka. Dia hendak menampar Yoga, tetapi kecepa

Latest chapter

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1239

    Setelah itu, mata semua orang membelalak dan tiba-tiba hidup kembali. Saat ini, mereka semua sudah menjadi boneka mayat. Jordi pun tertawa terbahak-bahak karena merasa sangat puas saat melihat hasil karyanya ini."Mana mungkin orang-orang yang pengecut ini pantas untuk mengikutiku. Kalau nggak ingin mati, aku sendiri yang akan membunuh kalian dan akhirnya kalian menjadi boneka mayatku. Mulai sekarang, tugas kalian adalah membunuh Bimo," kata Jordi sambil tertawa terbahak-bahak dan menunjuk ke arah Yoga.Dalam sekejap, 15 orang itu langsung berbaris dengan rapi. Mata mereka yang merah terlihat kosong dan menatap tajam ke arah Yoga. Satu per satu dari mereka penuh dengan aura membunuh dan siap untuk menghabisi target mereka di depan."Benar-benar ... sangat kejam," kata Yoga sambil menghela napas. Dia mengira mereka akan bersatu dan menyerangnya bersama-sama. Pada akhirnya, mereka memang bersatu, tetapi karena mereka semua dibunuh oleh Jordi."Serang!" perintah Jordi.Setelah itu, 15 bon

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1238

    Jordi muncul di atas menara lonceng dan mengamati ke arah bawah dengan tenang. Tatapannya terlihat datar dan ekspresi tenang, seolah-olah meremehkan segalanya.Dalam sekejap, mata semua orang yang berada di sana membelalak dan melihat ke atas dengan ekspresi tidak percaya."Tuan Jordi, kenapa kamu keluar?""Bimo ini benar-benar luar biasa, kamu harus hati-hati.""Sebagai pusat informasi, kamu adalah sosok yang sangat penting dan nggak boleh terjadi apa-apa padamu."Semua orang segera membujuk Jordi dengan sangat cemas."Singkirkan wajah kalian itu, membuatku merasa jijik," marah Jordi dengan dingin. Dia sudah melihat segalanya tadi, termasuk dengan sekelompok orang ini yang bertindak dengan sangat memalukan demi bertahan hidup. Hal ini sama sekali tidak mencerminkan semangat seorang Pelindung Kebenaran.Mendengar perkataan itu, para tetua dan jenderal besar yang berada di sana semuanya menundukkan kepala. Mereka semua merasa gugup, tetapi mereka juga tidak berdaya. Bagaimanapun juga, m

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1237

    "Apa?" Setelah mendengar kata-kata itu, wajah semua orang di tempat langsung berubah menjadi pucat pasi. Mereka sangat ketakutan dan gelisah. Bisa-bisanya ketahuan? Bagaimana mungkin rahasia ini bisa bocor? Dalam sekejap, semua orang menjadi panik. Mereka tanpa sadar melirik ke arah menara lonceng."Oh?" Yoga pun tertawa. Nada suaranya terdengar terkejut sekaligus puas.Yoga sebenarnya hanya meminta Winola dan Sutrisno untuk menjauh darinya, tetapi tak disangka mereka malah menemukan sesuatu yang sangat penting. Yoga perlahan mendongak dan menatap ke arah atas, tepat ke lokasi menara lonceng."Kalian jangan bicara sembarangan! Nggak mungkin ada apa-apa di menara lonceng itu!""Benar, tindakan kalian ini adalah pengkhianatan terhadap Bimo! Nggak mungkin pusat formasi ada di sana!""Kalian sungguh keji! Kalian mau mengalihkan perhatian Bimo ya? Pusat formasi yang sebenarnya jelas bukan di sana!"Para tetua dan jenderal mulai berteriak panik. Mereka coba meyakinkan Yoga dengan berbagai

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1236

    "Kalian semua mau mati ya?" Yoga melontarkan pertanyaan dengan nada tenang. Matanya menyapu seluruh orang di tempat itu satu per satu. Wajahnya tetap datar tanpa emosi.Semua orang langsung menutup mulut. Tidak ada yang berani mengucapkan sepatah kata pun. Mereka tahu jika Bimo murka, konsekuensinya bukan hanya kematian, melainkan siksaan yang lebih buruk dari mati.Di saat itulah, Yoga memandang pria di hadapannya dengan tenang. Tanpa berkata sepatah kata pun, dia melayangkan tendangan. Tindakannya membuat pria tersebut terpental.Namun, Yoga sama sekali tidak berniat membunuhnya. Baginya, membunuh pria itu hanya akan menjadikannya salah satu dari boneka dalam formasi ini. Itu hanya akan menambah bebannya. Hal terpenting saat ini adalah menemukan pusat formasi."Hahaha! Aku hidup! Aku benar-benar masih hidup!" seru jenderal itu sambil tertawa terbahak-bahak penuh kegirangan. Wajahnya berseri-seri. Dia tidak mampu menyembunyikan rasa lega yang luar biasa.Mampu bertahan hidup di bawah

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1235

    Hukum alam semesta akan memberikan tekanan jika itu terjadi. Yoga harus tetap waspada. Retakan-retakan di langit adalah hasil dari kekuatan hukum tersebut.Hukum alam semesta telah merasakan keberadaan Yoga sehingga langsung mencarinya tanpa ragu. Bahkan, formasi besar yang mengurung tempat ini pun tak mampu menghentikannya."Sepertinya aku harus sedikit menahan diri," gumam Yoga perlahan.Bimo menambahkan, "Cuma sedikit lagi doang. Meski kekuatanmu mampu menembus level kultivator raja, mana boleh kamu bertindak serampangan begini?""Aku tahu," jawab Yoga singkat, tanpa banyak bicara lagi. Kemudian, dia menoleh ke arah jenderal yang gemetar ketakutan dalam genggamannya. Kakinya bahkan hampir tak mampu menopang tubuhnya."Cepat katakan! Kalau nggak, aku akan menjadikanmu seperti mayat boneka itu, lalu menghancurkanmu hingga menjadi serpihan!" ancam Yoga dengan suara dingin."Aku akan kasih tahu semuanya!" balas jenderal itu sambil buru-buru mengangguk. Ketakutan dan emosinya sudah tak t

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1234

    Wajah jenderal itu langsung memucat. Dia berseru panik dengan nada penuh ketakutan, "Aku ... aku akan bilang! Jangan bunuh aku!"Saat ini, yang tersisa dalam pikiran jenderal itu hanyalah keinginan untuk bertahan hidup. Dia telah sepenuhnya melupakan tanggung jawab sebagai Pelindung Kebenaran yang seharusnya menjaga keadilan.Jenderal itu tidak ingin mati, apalagi mengalami nasib seperti orang yang sudah menjadi boneka itu. Di bawah kendali formasi, dia mungkin tidak akan mati ataupun hancur, tetapi akan kehilangan kesadaran sepenuhnya. Apa gunanya hidup seperti itu? Itu bukan kehidupan yang layak.Pada saat yang sama, suara keras menggema dari kejauhan."Dasar pengkhianat! Apa yang kamu bilang barusan? Dengan sikap seperti itu, apa kamu pantas disebut Pelindung Kebenaran?""Kamu sama sekali nggak layak jadi Pelindung Kebenaran. Kamu cuma sampah!""Dasar berengsek, apa kamu mau mati? Beraninya mengkhianati kami!"Permohonan jenderal itu langsung memancing amarah orang-orang di sekitarn

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1233

    "Hahaha! Bimo, akhirnya kamu mengalami ini juga!""Sekarang, gimana kamu bisa bertarung? Bersiaplah untuk mati!""Nggak peduli apa yang kamu lakukan, hari ini kamu nggak akan bisa kabur. Kematian sudah pasti menjadi akhirmu!"Suara-suara penuh keyakinan itu terdengar jelas di telinga Yoga. Dia agak mengernyit dan menatap dingin ke arah mereka.Yoga agak memiringkan kepala, lalu mengejek sambil menyeringai, "Kalian ini benar-benar terlalu berisik. Sepertinya kalian juga mau jadi boneka ya?"Sekejap kemudian, suasana berubah drastis. Semua orang terdiam, tak ada yang berani bicara lagi. Mereka tahu betul bahwa mereka tidak ingin mati.Sebab begitu mati, mereka akan dikendalikan oleh formasi ini. Mereka akan menjadi makhluk mengerikan yang tak bisa mati dan dihancurkan, kecuali semua makhluk hidup di dalam formasi ini sudah kehilangan nyawa.Yoga mengalihkan targetnya. Dia langsung menuju ke arah orang-orang yang tersisa sambil berujar, "Ya sudah. Kalau begitu seperti yang kalian inginkan

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1232

    Di dalam formasi, sepuluh tetua dan tiga jenderal berdiri dengan kewaspadaan penuh. Mereka menatap tajam ke arah Yoga.Tatapan mereka yang dingin tertuju pada Yoga. Namun, tidak ada satu pun dari mereka yang bergerak. Mereka yakin bahwa pertempuran berikutnya akan berlangsung sesuai dengan rencana.Melihat itu, Yoga sedikit mengernyit. Dia bisa merasakan bahwa mereka sepertinya sedang menunggu sesuatu. Perasaan seperti itu sungguh membuatnya merasa sangat tidak nyaman.Akhirnya, Yoga mulai menyadari sesuatu. Dia segera mengalihkan pandangannya ke satu arah. Di sana, dia melihat tubuh jenderal yang sebelumnya telah dia bunuh.Jenderal itu kini seperti boneka yang dikendalikan oleh benang-benang merah. Tubuhnya mulai berubah menjadi makin besar dan berotot. Ini semua adalah hasil dari formasi, yang mengubah mayat itu menjadi lebih kuat dari sebelumnya.Yoga mendengus sebelum berujar, "Sepertinya, mereka mau menguji aku dulu."Yoga tahu betul bahwa orang-orang ini takut mati sehingga berh

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1231

    Kraaak!Tubuh jenderal itu seketika meledak di satu bagian. Separuh tubuhnya berlumuran darah dan terlihat begitu mengerikan. Luka parah di bagian luar tubuhnya bercampur dengan dampak serangan di dalam tubuh. Hal itu membuatnya berada di ambang kematian.Dengan ekspresi datar, Yoga perlahan menoleh dan menatap dingin ke arah yang lain. Dia berujar, "Selanjutnya, giliran kalian!"Kalimat itu penuh dengan aura dominasi, seakan-akan dalam sekejap mampu membekukan seluruh wilayah di sekitar. Kesepuluh tetua dan tiga jenderal yang tersisa terdiam sejenak, lalu raut wajah mereka berubah menjadi garang."Bimo, kamu pasti nggak tahu betapa menakutkannya Formasi Pembantai Dewa ini, 'kan?""Di dalam formasi ini, satu-satunya jalan bagimu adalah mati!""Hmph! Memangnya kenapa kalau kamu bunuh dia? Setelah bunuh kami semua, terus apa?"Dalam sekejap, mereka semua menunjukkan sikap yang sombong dan melontarkan ejekan terhadap Yoga.Di sisi lain, Yoga mengernyit karena bingung. Apa mereka sudah gil

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status