Nadya menjawab, “Omong kosong, tentu saja ke rumah sakit!”Yoga berkata, “Sudahlah, Bu Nadya, nggak usah sandiwara lagi. Tadi, aku sudah memeriksamu dengan teknik pengamatan, kamu sangat sehat dan nggak punya penyakit apa pun.”Ah! Begitu kebohongannya terbongkar, Nadya pun merasa agak malu. Namun, dia tentu saja tidak akan mengakuinya. Dia pun berkata dengan tenang, “Aku baru saja minum obat dan sudah sembuh. Antar saja aku pulang ke rumah, ada yang mau kuambil.”“Oke.” Yoga benar-benar tidak mengerti kenapa Nadya berpura-pura sakit. Namun, dia juga malas bertanya lebih banyak lagi. Berhubung suasananya menjadi agak membosankan, Nadya terlebih dahulu memecah keheningan dengan bertanya, “Yoga, kamu sudah cerai dengan Karina, ‘kan? Kenapa kalian masih berhubungan sih? Memangnya bagus kalau begitu?”Hmm? Yoga bisa merasakan sedikit perasaan cemburu dari nada bicara Nadya. Setelah memikirkan kembali tindakan Nadya yang berpura-pura sakit tadi, Yoga baru mengerti bahwa Nadya seharusnya be
Yoga memanfaatkan kesempatan ini untuk meraih gagang senapan dan kedua belah pihak mulai berebut untuk mendapatkan kendali atas senapan itu. Di sisi lain, Nadya juga segera mengeluarkan sebuah pistol dari saku pinggangnya dan melepaskan tembakan ke arah Bondan.Dor! Peluru itu menembus pergelangan tangan Bondan sehingga tangannya putus dan jatuh ke lantai.“Aaaaah!” teriak Bondan dengan kesakitan. Dia tersungkur dan berguling-guling di lantai sambil menutupi tangannya yang putus.Yoga melirik Nadya sambil tersenyum tipis. Wanita seperti apa yang keluar rumah membawa pistol dan juga bisa menembak orang tanpa ragu?Nadya menginjak dada Bondan, lalu menodong kepalanya dengan pistol sambil berkata, “Apa kamu mau meninggalkan wasiat? Waktumu sudah nggak banyak lagi.”Bondan lekas berteriak meminta ampun, “Bu Nadya, ampunilah aku! Berikanlah aku sebuah kesempatan lagi! Bagaimanapun juga, aku sudah melindungimu selama bertahun-tahun.”Nadya langsung murka dan menembak sebelah kaki Bondan tanp
Begitu melihat Karina, Satya langsung terpesona dan jantungnya juga berdegup kencang. Dia tidak menyangka ternyata ada wanita secantik Karina di dunia ini.Saat merasakan tatapan mesum Satya, firasat buruk langsung menyelimuti hati Karina. Dia berpura-pura tenang dan berkata, “Reza, ayo kita diskusi soal utang itu. Bagaimana kamu mau menyelesaikannya?”Reza menjawab, “Kalau kamu bekerja sama denganku, kita anggap saja utang itu lunas.”Karina pun merasa senang dan bertanya, “Oke, kerja sama seperti apa yang kamu inginkan?”Reza menjawab, “Kamu layani dulu Satya dengan baik.”Setelah mendengar ucapan Reza, ekspresi Karina langsung berubah drastis. Dia pun memaki, “Reza, nggak tahu malu banget kamu!”Reza mengangkat bahunya dan menjawab dengan acuh tak acuh, “Terserah kamu mau bilang apa. Asalkan hari ini kamu bisa menyenangkan Satya, aku nggak peduli dimaki kamu.”“Dasar bajingan!” maki Karina. Kemudian, dia pun berbalik dan hendak pergi. Namun, entah sejak kapan, tiba-tiba sudah ada se
Karina tidak lanjut memaki Satya lagi. Dia tahu bahwa semakin dirinya memaki Satya, Satya akan semakin bersemangat. Jadi, dia pun berteriak, “Tolong .... Tolong ....”Melihat sikap Karina ini, Satya langsung murka dan memaki, “Aku suruh kamu memakiku, bukan minta tolong! Berhubung kamu nggak patuh, aku akan menghukummu.”Kemudian, Satya membuang cambuknya dan mengeluarkan sebuah belati dan lanjut berkata, “Ayo, biarkan aku cicipi darahmu. Kamu cantik banget! Darahmu pasti juga sangat manis.”Satya menjilat bibirnya sambil berjalan mendekati Karina secara perlahan. Belati yang digenggamnya sangat tajam dan terlihat menakutkan. Karina tidak pernah merasa begitu putus asa dalam hidupnya. Tepat pada saat belati itu hendak menyayat pergelangan tangan Karina, pintu ruangan ini tiba-tiba ditendang buka. Kemudian, Yoga pun menerjang masuk.Begitu melihat Yoga, Karina langsung merasa sangat lega dan berkata sambil menangis, “Yoga, tolong ....”Pemandangan ini langsung membuat darah Yoga mendid
Setelah para pengawal itu “diledakkan” oleh energi Yoga, mereka semua pun tercengang. Apa itu adalah ... tenaga dalam? Hanya ahli bela diri tingkat grandmaster yang mampu berlatih tenaga dalam. Mungkin saja Yoga adalah seorang ahli bela diri tingkat grandmaster!Yoga masih muda, tetapi sudah mencapai tingkat grandmaster. Para pengawal itu pun merasa sangat ketakutan setelah memikirkannya. Di sisi lain, Reza juga ketakutan dan berniat untuk langsung kabur. Namun, Yoga segera melempar sebuah botol miras ke arah kepala Reza. Botol miras itu langsung pecah begitu mengenai kepala Reza dan Reza juga terjatuh ke lantai.Setelah itu, Yoga berjalan ke hadapan Satya dan mencekik lehernya sambil mengangkatnya dari lantai. Dia berkata dengan dingin, “Katakan, di mana adikku?”Satya menjawab dengan marah, “Aku ini putranya Heru Lingga, orang terkaya di Kota Lokuta. Kalau kamu berani menyentuhku ....”Sebelum Satya sempat menyelesaikan ucapannya, Yoga sudah menendang sebelah lututnya hingga tulangn
Apa? Hati Yoga langsung bergejolak. Kemudian, dia bertanya, “Orang dari keluargaku? Siapa? Semua orang dari keluargaku sudah dimusnahkan 5 tahun yang lalu.”Satya menjawab, “Ayahku ... yang memberitahuku. Aku juga nggak tahu ... siapa dia sebenarnya ....”Saat ini, Yoga sudah tidak sempat untuk lanjut menginterogasi Satya dan harus segera pergi menolong adiknya. Oleh karena itu, Yoga memasukkan tangannya ke perut Satya dan meremas kedua ginjalnya hingga hancur. Kemudian, dia berkata, “Kalau kamu masih bisa bertahan hidup, beri tahu ayahmu aku akan membalaskan dendam ini padanya secara langsung.”Seusai menangani masalah di tempat ini, Yoga pun pergi. Sementara itu, Satya yang sudah kehilangan kedua ginjalnya langsung memasuki kondisi syok.Setelah mempersiapkan semuanya, hari sudah menjelang pagi. Yoga pun bergegas pergi ke Gang Burung Batu di wilayah timur.Gang Burung Batu juga disebut sebagai “Gang Kotoran”. Sebab, tempat ini berada di dataran rendah dan pembuangan kotoran di jalan
Lili tidak memedulikan mereka dan lanjut berjalan maju dengan kesulitan. Dia terlihat seolah-olah akan ambruk begitu ditiup angin.Setelah masuk ke ujung gang, seorang nenek tua berjalan keluar dari rumahnya dengan tertatih-tatih. Kemudian, dia mengeluarkan sebuah roti polos dan memberikannya kepada Lili sambil berkata, “Lili, cepat makan. Jangan sampai kelihatan mereka. Kalau nggak, nanti kamu pasti dipukuli lagi.”Lili buru-buru menolak, “Nenek Ani, nggak usah. Aku nggak lapar kok.”Ani berkata, “Dasar gadis bodoh! Semalam, mereka pasti nggak kasih kamu makan, ‘kan? Mana mungkin kamu nggak lapar. Cepat makan! Mereka akan segera datang lagi.”Berhubung tidak bisa menolak, Lili pun mengucapkan terima kasih dengan penuh haru dan mulai melahap roti polos itu. Dia menghabiskan roti besar itu hanya dalam lima suap sambil meneteskan air mata. Namun, ekspresinya terlihat puas.Ani berdesah, lalu bergumam, “Haih, kasihan banget kamu, Nak.”Tepat pada saat ini, ketiga preman yang mengerjai Lil
Yoga menatap mereka dengan penuh amarah. Seluruh tubuhnya juga diselimuti dengan aura membunuh yang mengerikan. Hanya ada satu hal yang memenuhi benaknya saat ini, yaitu membunuh para bajingan ini.Seorang preman hendak menghantam Yoga dengan batu bata, tetapi perutnya malah ditendang oleh Yoga hingga dia melayang jauh. Setelah mendarat di lantai, perutnya pun meledak dan seluruh organ perutnya berceceran di lantai. Preman itu langsung tewas di tempat.Preman satu lagi mengangkat rotan di tangannya dan hendak menikam dada Yoga dengan bagian yang runcing. Yoga tidak menghindar dan membiarkan rotan itu menancap di dadanya. Namun, rotan itu sama sekali tidak melukai Yoga. Kemudian, Yoga mengubah rotan itu menjadi tombak dan melemparnya dengan kuat hingga menembus jantung preman itu. Preman itu langsung memuntahkan darah dan tewas di tempat.Setelah melihat situasi ini, preman terakhir yang tersisa sudah sepenuhnya ketakutan. Dia tidak tahu harus mendeskripsikan Yoga dengan kata orang gil
Setelah menerima telepon, Yoga langsung datang ke tempat di mana Ayu berada. Ketika melihat Farel ada di sampingnya, dia langsung terlihat kesal. Apa yang dilakukan orang itu di sini?"Nak, kamu jelaskan saja rahasia Pil Ketenangan Jiwa padanya," ucap Ayu dengan suara kecil sambil menunduk. Ada rasa sedih dan keraguan di dalam hatinya."Kamu dengar, 'kan? Yoga, lebih baik kamu kasih tahu rahasianya. Kalau nggak, akan ada lebih banyak orang yang terseret karena hal ini," ujar Farel dengan nada dingin. Tatapannya penuh ejekan dan ketidakpedulian terhadap Yoga."Kamu ... mau tahu rahasia Pil Ketenangan Jiwa?" tanya Yoga dengan ekspresi agak berubah. Aura membunuh mulai terpancar dari dirinya.Rahasia Pil Ketenangan Jiwa memang diinginkan oleh banyak orang. Selain Keluarga Kusuma, sekarang bahkan Keluarga Husin juga ingin ikut campur?Farel membalas dengan angkuh, "Cepat kasih tahu, supaya aku nggak perlu cari Lili lagi.""Apa?" tanya Yoga. Dia langsung terlihat sangat marah dengan mata be
Ucapan Farel mengejutkan semua orang di sana."Apa? Kenapa dia bisa nggak tahu? Apa ayahnya juga nggak tahu?" tanya Luna dengan kaget."Aku nggak yakin Arjuna tahu atau nggak, tapi Yoga sudah pasti nggak tahu. Masalah ini sudah pernah menggemparkan dunia bela diri kuno sebelumnya. Biarpun begitu menghebohkan, tetap nggak ada yang tahu rahasianya," jelas Farel sambil menggeleng."Sial, sepertinya satu-satunya jalan adalah mencari Arjuna. Gimana kita bisa mendapatkan rahasia Pil Ketenangan Jiwa ini?" gumam Luna sambil mengernyit."Nggak ada yang bisa memastikan apakah Arjuna masih hidup atau sudah mati. Keberadaannya juga menjadi misteri. Gimana kita bisa mencarinya?" ucap Farel dengan cuek sambil mengangkat bahunya. Dia sudah pernah memikirkan berbagai kemungkinan yang ada sebelumnya."Sialan! Gimana sekarang?" ucap Luna sambil menghela napas frustrasi."Tenang, serahkan saja padaku. Tapi, aku punya syarat. Kalau rahasia Pil Ketenangan Jiwa benaran didapatkan, 70% manfaatnya harus diber
Pada saat yang sama, di Kediaman Kusuma."Jadi ini Pil Ketenangan Jiwa? Apa rahasia yang tersembunyi di dalamnya?" tanya Luna sambil menatap dingin pria yang berlutut di bawah."Aku juga nggak tahu. Dia hanya memberiku pil itu tanpa mengatakan apa-apa. Dia pasti ingin menjadikanku tumbal!" sahut pria itu dengan raut muram. Dia berlutut ketakutan di sana.Pria yang diberikan Pil Ketenangan Jiwa oleh Yoga ini baru mau pergi ketika orang-orang Keluarga Kusuma tiba-tiba mengadangnya. Dia seketika tahu bahwa situasinya tidak baik."Begitu banyak orang yang menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, tapi kenapa dia hanya memberikannya padamu?" tanya Luna lagi sambil mengernyit. Dia mengamati Pil Ketenangan Jiwa itu dengan ekspresi bingung."Aku benaran nggak tahu. Aku nggak bohong!" ucap pria itu dengan panik. Dia sudah berusaha menjelaskan semuanya, tetapi lawan bicara sama sekali tidak mau percaya.Situasi pria ini memang mencurigakan. Sebab, dia adalah orang pertama yang diberikan Pil Ketenangan J
Yoga menatap pria di depannya dengan alis berkerut dan ekspresi muram. Setelah beberapa saat, akhirnya dia menghela napas. Sepertinya pria itu tidak berbohong."Kalau kamu mendapatkan Pil Ketenangan Jiwa, apa kamu akan memberikannya ke Keluarga Kusuma?" tanya Sutrisno ingin tahu."Nggak, kebanyakan dari kami yang sudah mendengar kabar ini memutuskan untuk mendapatkan Pil Ketenangan Jiwa sendiri, baru mencari tahu rahasianya. Kami tahu Keluarga Kusuma nggak mungkin membagikan jawabannya," ujar pria itu dengan ekspresi kaku.Yoga mengernyit. Sepertinya semua masalah kali ini adalah ulah Keluarga Kusuma ...."Aku punya ide," bisik Sutrisno di telinga Yoga.Yoga tertegun sejenak usai mendengar ide Sutrisno. Keduanya saling memandang, memutuskan dalam diam bahwa ide itu cukup bagus."Karena kamu begitu menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, aku akan berikan padamu!" ucap Yoga sambil menyerahkan sebutir Pil Ketenangan Jiwa pada pria itu."Hah? Apa?" gumam itu sambil menatap Yoga dengan raut tidak
Sutrisno terdiam menatap Yoga. Apa pria itu ingin memperdaya dirinya? Yoga benar-benar tidak tahu malu. Dia berencana untuk membuat dirinya menanggung semua bahaya!Sutrisno berucap, "Kalau memang ada rahasia, katakan langsung padaku. Kalau nggak ada, jangan mempermainkanku begini.""Mungkin memang ada rahasianya. Kamu cari saja sendiri!" balas Yoga.Sutrisno terdiam. Yoga ini mudah saja bicara. Akhirnya, Sutrisno menghela napas dan berkata, "Baiklah ...."Satu masalah selesai. Namun, Yoga masih harus menyelamatkan Nadya. Yoga membalas pesan dari nomor asing tadi.[ Aku akan memberimu Pil Ketenangan Jiwa. Tapi, kalau Nadya sampai celaka, kamu akan mati! ]Balasan dari orang itu segera datang.[ Taruh Pil Ketenangan Jiwa itu di meja bar Hotel Okane. ]Yoga berkendara menuju hotel itu dan meletakkan Pil Ketenangan Jiwa di tempat yang ditentukan.Pesan lain masuk ke ponsel Yoga.[ Kamu bisa pergi sekarang. Nadya ada di kamar 301 Hotel Pater! ]Yoga tersenyum sinis saat membaca pesan itu.
Di luar vila.Sutrisno yang baru masuk mobil tertegun sejenak saat melihat Yoga masih di kursinya."Sudah selesai?" tanya Yoga dengan datar."Ya. Ada yang aneh. Apa barusan kamu naik ke atas untuk mengobrol dengan Nadya?" tanya Sutrisno balik."Mengobrol apa?" tanya Yoga bingung."Aku merasa ada seseorang di atas. Terus juga ada suara-suara aneh, seperti ada yang bergulat sama Nadya. Kukira itu kamu," ujar Sutrisno sambil tersenyum canggung.Bibir Yoga berkedut-kedut. Dia lantas mendongak dan memandang ke lantai atas vila. Firasat buruk hinggap di hatinya.Bertepatan dengan itu, semua orang Keluarga Wibowo berlarian keluar. Mereka memandang sekeliling dengan panik."Nadya! Di mana kamu?""Jawab kami! Kamu di mana?""Nadya! Jangan marah. Jangan kabur dari rumah!"Orang-orang Keluarga Wibowo berteriak lantang dengan ekspresi gugup. Mereka menyadari Nadya menghilang setelah naik ke lantai atas dan tidak menemukan siapa pun di sana.Yoga menyipitkan mata. Kilat curiga melintas di sana. Jan
"Ini bukan hal baru. Dulu, ada banyak orang di dunia kultivator kuno yang menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, tapi mereka semua mati," ucap Yoga dengan tenang."Kalau begitu, mungkin rumor itu ada benarnya. Buktinya, orang-orang sudah menginginkannya sejak dulu," kata Sutrisno sambil menggeleng dengan sentimental.Yoga memikirkan masalah ini dengan ekspresi serius. Kemudian, dia bertanya dengan dingin, "Siapa yang menyebarkan rumor itu?"Jika informasi ini tersebar ke makin banyak kultivator kuno, mereka pasti akan terus mengusik Yoga dan orang-orang di sekitarnya. Ini jelas adalah sebuah potensi ancaman."Siapa yang tahu? Tapi, rumor nggak mungkin muncul tanpa alasan. Apa Pil Ketenangan Jiwa benaran menyimpan rahasia untuk menguasai dunia?" tanya Sutrisno. Dia menatap Yoga dengan antusias, berharap bisa mendengar kebenarannya."Apa kamu pernah lihat orang yang berhasil menguasai dunia?" balas Yoga sambil memelototinya. Pertanyaan Sutrisno terasa sangat menggelikan di telinganya.Sutrisn
Yoga menginjak pria itu sambil menatapnya dengan dingin. Jika dia mengerahkan sedikit tenaganya, tubuh orang ini akan luluh lantak di tanah."Aku datang sendiri, nggak ada yang mengutusku," ucap pria itu dengan gugup."Oke, mana adikku?" tanya Yoga lagi."Di parit sana, aku nggak menyentuhnya," jelas pria itu dengan cepat.Yoga mengangkat pria itu dengan satu tangan dan melangkah menuju parit. Tak lama, dia menemukan Lili di sana dalam keadaan terikat."Uhmm ... uhm!" Mulut Lili disumpal kain. Begitu melihat Yoga, dia terlihat sangat gembira."Jangan takut. Selama aku di sini, kamu nggak akan kenapa-kenapa," hibur Yoga sambil mengambil kain yang menyumpal mulut Lili dan melepas ikatan talinya."Kak, kukira aku nggak akan pernah bertemu denganmu lagi. Huhuhu ...," kata Lili sambil berlinang air mata.Yoga membelai rambut adiknya. Matanya berkilat dingin saat dia bertanya pada pria di tanah, "Katakan, apa tujuanmu?""Aku dengar kalau Pil Ketenangan Jiwa menyimpan rahasia untuk menguasai
Dalam sekejap, Yoga sudah tiba di mal.Setelah menemukan toko yang disebut, Yoga melihat Karina yang sedang menangis di tempat duduk. Begitu melihat Yoga, Karina langsung menerjang ke arahnya sambil terisak-isak."Hiks, hiks. Aku nggak tahu apa yang terjadi. Dia menghilang di kamar pas. Aku nggak menemukannya di mana-mana, dia nggak ada di mal ini!" Karina menangis tersedu-sedu di pelukan Yoga."Jangan khawatir. Aku sudah di sini, 'kan? Serahkan saja padaku." Yoga menghibur. Dia tidak percaya bahwa manusia dapat menghilang begitu saja di hadapannya."Um. Kamu harus menemukan Lili!" ujar Karina dengan merasa bersalah sambil mengusap matanya.Setelahnya, Yoga pun pergi ke kamar pas yang dimaksud dan mulai memeriksa tempat itu. Tidak ada bekas perlawanan, jadi adiknya pasti bukan diculik.Namun, Yoga merasa bingung harus memeriksanya dari mana karena kamar pas yang kosong melompong itu juga tidak memiliki kamera pengawas."Kamu sudah mencari di seluruh mal?" Yoga memastikan sekali lagi."