Setelah para pengawal itu “diledakkan” oleh energi Yoga, mereka semua pun tercengang. Apa itu adalah ... tenaga dalam? Hanya ahli bela diri tingkat grandmaster yang mampu berlatih tenaga dalam. Mungkin saja Yoga adalah seorang ahli bela diri tingkat grandmaster!Yoga masih muda, tetapi sudah mencapai tingkat grandmaster. Para pengawal itu pun merasa sangat ketakutan setelah memikirkannya. Di sisi lain, Reza juga ketakutan dan berniat untuk langsung kabur. Namun, Yoga segera melempar sebuah botol miras ke arah kepala Reza. Botol miras itu langsung pecah begitu mengenai kepala Reza dan Reza juga terjatuh ke lantai.Setelah itu, Yoga berjalan ke hadapan Satya dan mencekik lehernya sambil mengangkatnya dari lantai. Dia berkata dengan dingin, “Katakan, di mana adikku?”Satya menjawab dengan marah, “Aku ini putranya Heru Lingga, orang terkaya di Kota Lokuta. Kalau kamu berani menyentuhku ....”Sebelum Satya sempat menyelesaikan ucapannya, Yoga sudah menendang sebelah lututnya hingga tulangn
Apa? Hati Yoga langsung bergejolak. Kemudian, dia bertanya, “Orang dari keluargaku? Siapa? Semua orang dari keluargaku sudah dimusnahkan 5 tahun yang lalu.”Satya menjawab, “Ayahku ... yang memberitahuku. Aku juga nggak tahu ... siapa dia sebenarnya ....”Saat ini, Yoga sudah tidak sempat untuk lanjut menginterogasi Satya dan harus segera pergi menolong adiknya. Oleh karena itu, Yoga memasukkan tangannya ke perut Satya dan meremas kedua ginjalnya hingga hancur. Kemudian, dia berkata, “Kalau kamu masih bisa bertahan hidup, beri tahu ayahmu aku akan membalaskan dendam ini padanya secara langsung.”Seusai menangani masalah di tempat ini, Yoga pun pergi. Sementara itu, Satya yang sudah kehilangan kedua ginjalnya langsung memasuki kondisi syok.Setelah mempersiapkan semuanya, hari sudah menjelang pagi. Yoga pun bergegas pergi ke Gang Burung Batu di wilayah timur.Gang Burung Batu juga disebut sebagai “Gang Kotoran”. Sebab, tempat ini berada di dataran rendah dan pembuangan kotoran di jalan
Lili tidak memedulikan mereka dan lanjut berjalan maju dengan kesulitan. Dia terlihat seolah-olah akan ambruk begitu ditiup angin.Setelah masuk ke ujung gang, seorang nenek tua berjalan keluar dari rumahnya dengan tertatih-tatih. Kemudian, dia mengeluarkan sebuah roti polos dan memberikannya kepada Lili sambil berkata, “Lili, cepat makan. Jangan sampai kelihatan mereka. Kalau nggak, nanti kamu pasti dipukuli lagi.”Lili buru-buru menolak, “Nenek Ani, nggak usah. Aku nggak lapar kok.”Ani berkata, “Dasar gadis bodoh! Semalam, mereka pasti nggak kasih kamu makan, ‘kan? Mana mungkin kamu nggak lapar. Cepat makan! Mereka akan segera datang lagi.”Berhubung tidak bisa menolak, Lili pun mengucapkan terima kasih dengan penuh haru dan mulai melahap roti polos itu. Dia menghabiskan roti besar itu hanya dalam lima suap sambil meneteskan air mata. Namun, ekspresinya terlihat puas.Ani berdesah, lalu bergumam, “Haih, kasihan banget kamu, Nak.”Tepat pada saat ini, ketiga preman yang mengerjai Lil
Yoga menatap mereka dengan penuh amarah. Seluruh tubuhnya juga diselimuti dengan aura membunuh yang mengerikan. Hanya ada satu hal yang memenuhi benaknya saat ini, yaitu membunuh para bajingan ini.Seorang preman hendak menghantam Yoga dengan batu bata, tetapi perutnya malah ditendang oleh Yoga hingga dia melayang jauh. Setelah mendarat di lantai, perutnya pun meledak dan seluruh organ perutnya berceceran di lantai. Preman itu langsung tewas di tempat.Preman satu lagi mengangkat rotan di tangannya dan hendak menikam dada Yoga dengan bagian yang runcing. Yoga tidak menghindar dan membiarkan rotan itu menancap di dadanya. Namun, rotan itu sama sekali tidak melukai Yoga. Kemudian, Yoga mengubah rotan itu menjadi tombak dan melemparnya dengan kuat hingga menembus jantung preman itu. Preman itu langsung memuntahkan darah dan tewas di tempat.Setelah melihat situasi ini, preman terakhir yang tersisa sudah sepenuhnya ketakutan. Dia tidak tahu harus mendeskripsikan Yoga dengan kata orang gil
Yoga melirik Nadya dengan tatapan penuh terima kasih. Sementara itu, Nadya malah langsung merasa sangat malu setelah mengucapkan kata-kata itu. Untungnya, kata-kata mereka akhirnya melahirkan secercah harapan bagi Lili. Detak jantung dan pernapasan Lili pun berangsur-angsur menjadi semakin bertenaga.Melihat situasi ini, Yoga akhirnya menghela napas lega. Kemudian, dia menuliskan resep obat dan menyerahkannya pada Nadya sambil berkata, “Tolong bantu aku kumpulkan obat-obat sesuai resep ini untuk pengobatan adikku. Dalam waktu 7 hari, aku pasti bisa memulihkan Lili kembali seperti semula.”“Serahkan saja padaku,” jawab Nadya sambil menerima resep obat itu. Setelah membaca sekilas isi resep obat itu, dia pun mengerutkan keningnya dan bertanya, “Yoga, apa itu Sisik Naga Ungu Keemasan? Aku nggak pernah dengar nama bahan obat itu.”Yoga menjawab, “Aku akan cari cara untuk menemukan bahan obat itu. Kamu hanya perlu mendapatkan bahan obat lainnya.”Sisik Naga Ungu Keemasan merupakan bahan oba
Begitu mendengar perintah Heru, Reza langsung ketakutan dan buru-buru berseru, “Paman Heru, aku bersedia menebus kesalahanku dengan cara lain. Akan sangat disayangkan apabila Yoga dibunuh dengan begitu saja. Bagaimana kalau aku membuatnya hidup menderita?”“Coba katakan apa rencanamu!” tutur Heru.Reza menjawab, “Ibunya Yoga sedang berada dalam keadaan koma. Dia adalah satu-satunya keluarga Yoga yang tersisa. Jadi, Yoga sangat peduli padanya. Aku bisa membawa ibunya Yoga itu kemari dan menyiksanya sampai mati di hadapan Yoga. Hal ini akan membuat hidup Yoga menjadi lebih menderita daripada mati.”Heru tersenyum sinis dan berkata, “Ide bagus. Pergilah, kuserahkan misi ini padamu.”“Terima kasih! Terima kasih!” seru Reza dengan gembira.Kemudian, Heru memberi perintah kepada pengawalnya, “Pergi kumpulkan 30 murid, 18 arhat, 13 adipati, dan 8 wajra-ku. Malam ini, aku harus menghabisi orang bernama Yoga itu!”...Yoga telah menjaga Lili seharian, tetapi Lili masih belum menunjukkan tanda-t
“Emm,” jawab Yoga dengan acuh tak acuh sebelum duduk.Karina dan Ambar terlihat agak canggung. Sementara itu, Chandra menegur dengan tidak senang, “Kamu bahkan nggak tahu cara menyapa orang! Apa ini caramu minta tolong sama orang lain?”“Ayah, jangan salahkan dia. Semua orang juga tahu mantan suami Kak Karina itu hanyalah seorang pecundang yang berwawasan sempit. Wajar saja dia nggak tahu sopan santun,” ejek Citra.Chandra mendengus, “Huh! Orang seperti ini mana bisa sukses!”Saat ini, Ambar buru-buru menuangkan teh untuk Chandra sambil tersenyum minta maaf dan berkata, “Benar, benar! Yoga memang kurang cerdas. Kakak jangan permasalahkan hal ini dengannya, ya.”Chandra menjawab, “Aku tahu. Kalau otaknya nggak bermasalah, mana mungkin dia berani melukai Satya! Nak, Karina bilang kamu sudah menendang Satya? Patahkan kaki yang kamu gunakan untuk menendangnya itu, lalu ikut aku pergi minta maaf padanya.”Mereka sepertinya masih tidak tahu bahwa Yoga sudah menghancurkan kedua ginjal Satya.
“Karina, kalian sekeluarga juga akan mati mengenaskan!” seru Chandra. Kemudian, dia memapah Citra untuk berdiri dan berjalan keluar.Citra benar-benar sangat marah. Meskipun sudah pergi jauh, dia masih tidak berhenti mengucapkan sumpah serapah bagaikan wanita gila.Melihat situasi ini, Ambar pun jatuh terduduk di lantai sambil berteriak sedih, “Ya Tuhan, dosa apa yang sudah kulakukan di kehidupan lampau hingga bisa bertemu dengan orang tak tahu berterima kasih seperti ini. Karina, dia itu orang yang bersikeras mau kamu nikahi dulu! Sekarang, keluarga kita akan celaka gara-gara kamu ....”Karina juga merasa sangat marah hingga seluruh tubuhnya gemetar. Dia berseru, “Yoga, ke ... kenapa kamu bersikap begitu! Dasar bajingan! Apa kamu tahu betapa besar pengorbanan yang sudah aku dan ibuku lakukan demi meminta tolong pada Paman Chandra? Kamu ... pergi sana!”Yoga melirik jam tangannya, lalu berkata, “Jangan khawatir, aku bisa menangani Heru kok. Waktu yang kuberikan pada mereka sudah habis.
"Apa?" Semua orang yang berada di tempat itu terkejut dan ekspresi mereka terlihat sangat muram."Siapa mereka?" tanya Samsul dengan nada dingin."Mereka ... adalah orang-orang dari Keluarga Husin," jawab bawahan itu.Dalam sekejap, ekspresi semua orang menjadi muram. Mereka saling memandang dengan mengernyitkan alis karena merasa gelisah."Ini .... Kamu orang dari Keluarga Husin ya?" tanya Samsul yang tiba-tiba menoleh dan menatap Yoga dengan mata yang bersinar.Pada saat itu, Yoga baru perlahan-lahan berdiri dengan ekspresi bangga, lalu tersenyum dingin dan berkata dengan tenang, "Aku rasa aku nggak perlu menyembunyikan identitasku lagi, aku adalah Olga Husin.""Dasar bajingan! Jadi kamu ini orang dari Keluarga Husin, ternyata semua ini adalah konspirasi dari Keluarga Husin," teriak Samsul dengan marah."Benar. Sekarang kalian sudah tahu pun nggak ada gunanya lagi, nggak ada yang bisa menyelamatkan kalian. Bersiaplah untuk mati," teriak Yoga dengan lantang dan aura yang menekan.Kata
Di bawah arahan pemimpin pengawal itu, Yoga dibawa ke sebuah tempat yang terbuka. Sudah ada tiga puluhan ahli yang berdiri tegak di sana dan menatap Yoga dengan ekspresi serius. Sementara itu, seorang paruh baya sedang duduk di kursi dan menunggu dengan tenang."Aku Samsul dari Keluarga Kusuma. Kamu orang dari Rumah Lelang Diseto yang menjual besi hitam?" tanya Samsul sambil mengamati Yoga dari atas ke bawah dengan tatapan yang tajam karena dia merasa ada yang tidak beres dengan pria yang seluruh tubuhnya tertutup ini. Aura di tubuh pria ini tidak terasa seperti orang tua, melainkan seorang pemuda.Sementara itu, tatapan Samsul yang tajam membuat Yoga merasa tidak nyaman.Yoga menjawab, "Benar, aku orangnya."Samsul berkata, "Barang yang kamu inginkan sudah siap. Kalau sudah setuju, kita bisa mulai bertransaksi sekarang."Yoga berkata, "Baiklah, tapi aku harus memeriksa barangnya dulu."Samsul pun menganggukkan kepala sebagai isyarat pada bawahannya.Tak lama kemudian, anggota Keluarga
Yoga berdiri tegak dengan aura penuh wibawa. Ekspresinya serius saat berbicara demikian. Kata-katanya langsung membuat Sutrisno tertegun.Ini ... ini pasti hanya bercanda, 'kan? Sutrisno bahkan merasa seperti sedang berkhayal. Seandainya orang lain yang mengatakan hal itu, dia pasti sudah marah. Namun sayangnya, orang yang mengatakannya adalah Yoga.Dalam suasana tegang ini, sebuah suara jernih tiba-tiba terdengar. "Kalau begitu, aku besok bisa melakukan apa?" Suara itu berasal dari seorang wanita yang melangkah masuk dari pintu. Sosoknya anggun dan menawan. Itu adalah Winola.Sutrisno langsung tersentak. Matanya membelalak tak percaya ketika bertanya, "Kamu ... sudah dengar semuanya?""Ya." Winola tidak berniat menyangkalnya. Dia pun mengangguk ringan. Dia telah mendengar cukup banyak, bahkan bisa menebak bahwa Yoga pasti sedang merencanakan sesuatu untuk besok.Terutama saat mendengar rencana Yoga untuk mengguncang dunia kultivator kuno. Di dalam hatinya, semangatnya menggebu-gebu. D
Seiring dengan tertidurnya Bimo, tidak ada jawaban sama sekali ketika Yoga memanggilnya dua kali. Dia benar-benar telah tertidur.Yoga bergumam dalam hati. Dia merasa sedikit tidak yakin. 'Satu bulan ... bisakah aku menemukannya?'Benda seperti itu, bahkan ketika Yoga sendiri masuk ke area terlarang, hanya bisa menemukan satu. Sementara dua benda yang tersisa ... dia sama sekali tidak memiliki petunjuk. Selain itu, kini dirinya juga telah menjadi target dari para penjaga gerbang.Setelah berpikir panjang, Yoga menyadari bahwa dia harus mempercepat langkahnya. Setelah melalui berbagai rintangan dalam perjalanan pulang, Yoga akhirnya kembali ke vila.Namun begitu masuk ke dalam, Yoga langsung melihat Sutrisno sudah duduk di ruang tamu. Dia sedang menunggunya dengan ekspresi penuh kegelisahan."Apa itu kamu? Sebenarnya kamu bukan? Apa kamu yang bunuh anggota Keluarga Husin?" tanya Sutrisno dengan nada cemas. Dia terus-menerus menekannya untuk memberikan jawaban.Yoga menghela napas. Dia m
"Benar! Kita harus rebut kembali obat-obatan. Besi hitam nggak boleh jatuh ke tangan mereka!""Tapi ... di mana manusia hantu lainnya? Bukannya yang ada di sini kebanyakan hanya orang-orang dari Keluarga Husin?" Di tengah kerumunan, seseorang tiba-tiba mengajukan pertanyaan itu.Sutrisno membalas dengan santai, "Apa pedulimu? Mereka memang nggak pernah akur satu sama lain. Mungkin mereka langsung kabur begitu keadaan menjadi genting!"Mendengar itu, orang-orang yang ada di sana pun mengangguk-angguk seakan menerima penjelasan tersebut tanpa banyak berpikir.Winola melirik Sutrisno sekilas. Pikirannya penuh dengan beban berat. Di tempat ini, hanya dia dan Sutrisno yang memiliki hubungan dekat dengan Yoga. Mereka berdua sangat memahami kepribadian Yoga. Kemungkinan besar, Keluarga Husin telah dijebak olehnya.Tak lama setelah itu, orang-orang mulai bergerak. Mereka berpencar untuk mencari keberadaan Keluarga Husin.Saat ini, Yoga duduk bersila dalam meditasi di kejauhan. Setelah beberapa
"Yang aku inginkan adalah membuat Keluarga Husin benar-benar tunduk sepenuhnya! Rasa takut? Itu nggak ada dalam kamusku!" Suara Yoga penuh dengan keangkuhan dan keyakinan mutlak.Di tempat itu, para manusia hantu hanya bisa terdiam. Mereka semua menatapnya dengan ekspresi kosong. Namun, di mata mereka kini muncul kilatan kekaguman yang makin mendalam.Bagaimanapun juga, orang yang berani bersikap begitu arogan, yang berani berhadapan langsung dengan Keluarga Husin, bukanlah orang biasa. Keberanian seperti ini ... tidak dimiliki oleh semua orang!"Gawat! Ada orang-orang dari tiga kekuatan lain yang datang! Mereka adalah anggota dari tiga keluarga besar lainnya!" Tiba-tiba, suara seseorang menggema.Semua orang di sana langsung tersentak kaget. Mereka segera menoleh ke arah Yoga. Tiga keluarga besar lainnya ... datang juga?Prajna mengusulkan dengan nada tegang, "Apa yang harus kita lakukan? Sebaiknya kita segera pergi!"Yoga tersenyum licik. Sepasang matanya berkilat penuh arti ketika b
Kata-kata Yoga langsung membuat Girbet melihat secercah harapan. Dengan penuh kegembiraan, dia merangkak maju dalam posisi berlutut.Segera, Girbet sudah sampai di hadapan Yoga. Dia membenturkan kepalanya ke tanah berkali-kali dengan sekuat tenaga. Dia takut jika terlambat sedikit saja, Yoga akan berubah pikiran.Girbet berkata dengan penuh kegelisahan dan ketergesaan, "Makasih! Makasih banyak! Aku akan segera kembali dan mengambil uangku! Aku janji akan kasih semuanya padamu!"Setelah itu tanpa membuang waktu, Girbet berbalik dan hendak pergi. Namun, tiba-tiba terdengar suara Yoga. "Tunggu!"Hati Girbet seakan berhenti berdetak sejenak. Wajahnya menjadi pucat pasi. Dia ingin berpura-pura tidak mendengar dan terus melangkah pergi. Namun, pada saat berikutnya ... sosok-sosok aneh bermunculan di sekelilingnya.Mereka semua memiliki penampilan yang mengerikan. Ternyata itu adalah para manusia hantu dari area terlarang."Bos sudah menyuruhmu berhenti, apa kamu tuli?" Suara dingin Prajna me
"Kenapa bisa begini?" Ekspresi Alex menjadi makin tegang. Kegelisahannya juga makin menjadi-jadi.Meskipun Jam Penciptaan ini hanya sebuah tiruan, tetap saja seharusnya benda sehebat ini tidak mungkin bisa ditaklukkan dengan begitu mudah oleh pemuda itu."Nggak ada yang istimewa dari barang ini," ucap Yoga. Dia menatap Jam Penciptaan sambil merabanya ke atas dan ke bawah. Dalam sekejap, dia langsung melihat kelemahan jam tersebut.Jam ini memang dirancang dengan sangat cermat, bahkan kekuatannya melampaui senjata ajaib tingkat jumantara. Dari sini saja, bisa dibayangkan betapa luar biasanya kekuatan Jam Penciptaan yang asli. Namun pada akhirnya ... jam ini hanyalah barang tiruan!Seiring dengan suara yang tajam, Yoga langsung merobek Jam Penciptaan menjadi dua bagian. Dengan tubuh fisiknya yang luar biasa kuat, juga dengan kekuatan yang melampaui batas, benda palsu seperti ini baginya tidak berbeda dengan selembar kertas yang bisa dirobek kapan saja.Alex terperanjat. Matanya terbelala
Bisa-bisanya Girbet ingin melawan orang sehebat ini. Sungguh konyol! Dia tiba-tiba mendongak, lalu menatap Jam Penciptaan di langit dengan sedikit kehilangan fokus. Apakah Alex akan menang?....Pada saat ini, aura dari Jam Penciptaan menyebar ke sekeliling dan menutupi seluruh area dengan tekanan yang luar biasa. Banyak orang yang memperhatikan pemandangan ini. Semuanya menunjukkan ekspresi keterkejutan."Ini ... ini adalah aura dari Jam Penciptaan milik Keluarga Husin! Astaga, mereka sudah bergerak secepat ini?""Sampai-sampai menggunakan Jam Penciptaan .... Apa para manusia hantu ini benar-benar telah memaksa Keluarga Husin sampai ke titik ini?""Keberadaan Jam Penciptaan adalah simbol dari warisan yang luar biasa kuat. Jangan-jangan Keluarga Husin sudah kehabisan cara untuk bertahan?"Dalam sekejap, banyak orang mulai berdiskusi dengan penuh semangat. Mereka sama sekali tidak menyangka bahwa situasi akan berkembang hingga ke tahap yang begitu ekstrem.Di dalam kelompok Keluarga Bra