Lili tidak memedulikan mereka dan lanjut berjalan maju dengan kesulitan. Dia terlihat seolah-olah akan ambruk begitu ditiup angin.Setelah masuk ke ujung gang, seorang nenek tua berjalan keluar dari rumahnya dengan tertatih-tatih. Kemudian, dia mengeluarkan sebuah roti polos dan memberikannya kepada Lili sambil berkata, “Lili, cepat makan. Jangan sampai kelihatan mereka. Kalau nggak, nanti kamu pasti dipukuli lagi.”Lili buru-buru menolak, “Nenek Ani, nggak usah. Aku nggak lapar kok.”Ani berkata, “Dasar gadis bodoh! Semalam, mereka pasti nggak kasih kamu makan, ‘kan? Mana mungkin kamu nggak lapar. Cepat makan! Mereka akan segera datang lagi.”Berhubung tidak bisa menolak, Lili pun mengucapkan terima kasih dengan penuh haru dan mulai melahap roti polos itu. Dia menghabiskan roti besar itu hanya dalam lima suap sambil meneteskan air mata. Namun, ekspresinya terlihat puas.Ani berdesah, lalu bergumam, “Haih, kasihan banget kamu, Nak.”Tepat pada saat ini, ketiga preman yang mengerjai Lil
Yoga menatap mereka dengan penuh amarah. Seluruh tubuhnya juga diselimuti dengan aura membunuh yang mengerikan. Hanya ada satu hal yang memenuhi benaknya saat ini, yaitu membunuh para bajingan ini.Seorang preman hendak menghantam Yoga dengan batu bata, tetapi perutnya malah ditendang oleh Yoga hingga dia melayang jauh. Setelah mendarat di lantai, perutnya pun meledak dan seluruh organ perutnya berceceran di lantai. Preman itu langsung tewas di tempat.Preman satu lagi mengangkat rotan di tangannya dan hendak menikam dada Yoga dengan bagian yang runcing. Yoga tidak menghindar dan membiarkan rotan itu menancap di dadanya. Namun, rotan itu sama sekali tidak melukai Yoga. Kemudian, Yoga mengubah rotan itu menjadi tombak dan melemparnya dengan kuat hingga menembus jantung preman itu. Preman itu langsung memuntahkan darah dan tewas di tempat.Setelah melihat situasi ini, preman terakhir yang tersisa sudah sepenuhnya ketakutan. Dia tidak tahu harus mendeskripsikan Yoga dengan kata orang gil
Yoga melirik Nadya dengan tatapan penuh terima kasih. Sementara itu, Nadya malah langsung merasa sangat malu setelah mengucapkan kata-kata itu. Untungnya, kata-kata mereka akhirnya melahirkan secercah harapan bagi Lili. Detak jantung dan pernapasan Lili pun berangsur-angsur menjadi semakin bertenaga.Melihat situasi ini, Yoga akhirnya menghela napas lega. Kemudian, dia menuliskan resep obat dan menyerahkannya pada Nadya sambil berkata, “Tolong bantu aku kumpulkan obat-obat sesuai resep ini untuk pengobatan adikku. Dalam waktu 7 hari, aku pasti bisa memulihkan Lili kembali seperti semula.”“Serahkan saja padaku,” jawab Nadya sambil menerima resep obat itu. Setelah membaca sekilas isi resep obat itu, dia pun mengerutkan keningnya dan bertanya, “Yoga, apa itu Sisik Naga Ungu Keemasan? Aku nggak pernah dengar nama bahan obat itu.”Yoga menjawab, “Aku akan cari cara untuk menemukan bahan obat itu. Kamu hanya perlu mendapatkan bahan obat lainnya.”Sisik Naga Ungu Keemasan merupakan bahan oba
Begitu mendengar perintah Heru, Reza langsung ketakutan dan buru-buru berseru, “Paman Heru, aku bersedia menebus kesalahanku dengan cara lain. Akan sangat disayangkan apabila Yoga dibunuh dengan begitu saja. Bagaimana kalau aku membuatnya hidup menderita?”“Coba katakan apa rencanamu!” tutur Heru.Reza menjawab, “Ibunya Yoga sedang berada dalam keadaan koma. Dia adalah satu-satunya keluarga Yoga yang tersisa. Jadi, Yoga sangat peduli padanya. Aku bisa membawa ibunya Yoga itu kemari dan menyiksanya sampai mati di hadapan Yoga. Hal ini akan membuat hidup Yoga menjadi lebih menderita daripada mati.”Heru tersenyum sinis dan berkata, “Ide bagus. Pergilah, kuserahkan misi ini padamu.”“Terima kasih! Terima kasih!” seru Reza dengan gembira.Kemudian, Heru memberi perintah kepada pengawalnya, “Pergi kumpulkan 30 murid, 18 arhat, 13 adipati, dan 8 wajra-ku. Malam ini, aku harus menghabisi orang bernama Yoga itu!”...Yoga telah menjaga Lili seharian, tetapi Lili masih belum menunjukkan tanda-t
“Emm,” jawab Yoga dengan acuh tak acuh sebelum duduk.Karina dan Ambar terlihat agak canggung. Sementara itu, Chandra menegur dengan tidak senang, “Kamu bahkan nggak tahu cara menyapa orang! Apa ini caramu minta tolong sama orang lain?”“Ayah, jangan salahkan dia. Semua orang juga tahu mantan suami Kak Karina itu hanyalah seorang pecundang yang berwawasan sempit. Wajar saja dia nggak tahu sopan santun,” ejek Citra.Chandra mendengus, “Huh! Orang seperti ini mana bisa sukses!”Saat ini, Ambar buru-buru menuangkan teh untuk Chandra sambil tersenyum minta maaf dan berkata, “Benar, benar! Yoga memang kurang cerdas. Kakak jangan permasalahkan hal ini dengannya, ya.”Chandra menjawab, “Aku tahu. Kalau otaknya nggak bermasalah, mana mungkin dia berani melukai Satya! Nak, Karina bilang kamu sudah menendang Satya? Patahkan kaki yang kamu gunakan untuk menendangnya itu, lalu ikut aku pergi minta maaf padanya.”Mereka sepertinya masih tidak tahu bahwa Yoga sudah menghancurkan kedua ginjal Satya.
“Karina, kalian sekeluarga juga akan mati mengenaskan!” seru Chandra. Kemudian, dia memapah Citra untuk berdiri dan berjalan keluar.Citra benar-benar sangat marah. Meskipun sudah pergi jauh, dia masih tidak berhenti mengucapkan sumpah serapah bagaikan wanita gila.Melihat situasi ini, Ambar pun jatuh terduduk di lantai sambil berteriak sedih, “Ya Tuhan, dosa apa yang sudah kulakukan di kehidupan lampau hingga bisa bertemu dengan orang tak tahu berterima kasih seperti ini. Karina, dia itu orang yang bersikeras mau kamu nikahi dulu! Sekarang, keluarga kita akan celaka gara-gara kamu ....”Karina juga merasa sangat marah hingga seluruh tubuhnya gemetar. Dia berseru, “Yoga, ke ... kenapa kamu bersikap begitu! Dasar bajingan! Apa kamu tahu betapa besar pengorbanan yang sudah aku dan ibuku lakukan demi meminta tolong pada Paman Chandra? Kamu ... pergi sana!”Yoga melirik jam tangannya, lalu berkata, “Jangan khawatir, aku bisa menangani Heru kok. Waktu yang kuberikan pada mereka sudah habis.
Yoga menjawab, “Nggak perlu.”Setelah mendengar jawaban Yoga, hati Raja Kegelapan pun bergejolak. Kali ini, Raja Agoy yang Perkasa hendak turun tangan sendiri? Jika begitu, tamatlah riwayat Keluarga Lingga!Tidak lama kemudian, Chandra, Citra, dan Yoga tiba di Kediaman Lingga. Ini adalah sebuah rumah mewah dan megah bergaya kuno. Menurut rumor, rumah ini dulunya adalah tempat tinggal seorang pangeran dari zaman dahulu.Chandra melaporkan kedatangannya, lalu mereka bertiga dibawa masuk ke aula pertemuan. Begitu masuk ke rumah, Yoga langsung menyadari ada pergerakan rahasia yang sedang berlangsung di Kediaman Lingga yang tampak tenang ini. Di setiap sudut yang gelap, tiba-tiba muncul banyak orang yang diam-diam mengepung mereka tanpa suara. Namun, Yoga tetap berjalan masuk ke aula pertemuan dengan tenang. Di dalam aula, Heru yang sedang duduk tegak di kursi utama terlihat sangat berwibawa. Ada juga Satya yang berbaring di atas tandu dan mengandalkan alat-alat medis untuk mempertahankan
Tidak lama kemudian, semua orang segera menyadari ada yang aneh.Orang-orang yang berada di bagian paling tengah mulai berjatuhan secara berkelompok dan darah mereka juga bercipratan ke sekeliling. Selain itu, ada juga orang yang akan tiba-tiba melayang keluar dari kerumunan dan tergeletak di lantai dengan berantakan.Sebelum ada yang sempat bereaksi, dari pasukan yang tadinya terdiri dari 50-60 orang itu, hanya tersisa 6-7 orang yang masih mampu memaksakan diri untuk berdiri. Yoga yang berdiri di paling tengah sedang menggenggam sebilah golok. Saat ini, seluruh tubuhnya berlumuran darah sehingga dia terlihat bagaikan iblis. Dia melintasi beberapa orang yang masih berdiri itu dengan kecepatan secepat kilat. Perut setiap orang yang dia lintasi akan terbelah dan memuncratkan darah. Dalam sekejap, 6-7 orang yang tersisa itu juga berhasil dihabisi oleh Yoga dengan santai.Saat melihat lantai yang dipenuhi dengan mayat dan darah, semua orang merasa tempat ini terlihat bagaikan neraka. Tida