Share

Bab 42

Author: Vodka
last update Last Updated: 2024-01-24 11:10:55
Setelah para pengawal itu “diledakkan” oleh energi Yoga, mereka semua pun tercengang. Apa itu adalah ... tenaga dalam? Hanya ahli bela diri tingkat grandmaster yang mampu berlatih tenaga dalam. Mungkin saja Yoga adalah seorang ahli bela diri tingkat grandmaster!

Yoga masih muda, tetapi sudah mencapai tingkat grandmaster. Para pengawal itu pun merasa sangat ketakutan setelah memikirkannya.

Di sisi lain, Reza juga ketakutan dan berniat untuk langsung kabur. Namun, Yoga segera melempar sebuah botol miras ke arah kepala Reza. Botol miras itu langsung pecah begitu mengenai kepala Reza dan Reza juga terjatuh ke lantai.

Setelah itu, Yoga berjalan ke hadapan Satya dan mencekik lehernya sambil mengangkatnya dari lantai. Dia berkata dengan dingin, “Katakan, di mana adikku?”

Satya menjawab dengan marah, “Aku ini putranya Heru Lingga, orang terkaya di Kota Lokuta. Kalau kamu berani menyentuhku ....”

Sebelum Satya sempat menyelesaikan ucapannya, Yoga sudah menendang sebelah lututnya hingga tulangn
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 43

    Apa? Hati Yoga langsung bergejolak. Kemudian, dia bertanya, “Orang dari keluargaku? Siapa? Semua orang dari keluargaku sudah dimusnahkan 5 tahun yang lalu.”Satya menjawab, “Ayahku ... yang memberitahuku. Aku juga nggak tahu ... siapa dia sebenarnya ....”Saat ini, Yoga sudah tidak sempat untuk lanjut menginterogasi Satya dan harus segera pergi menolong adiknya. Oleh karena itu, Yoga memasukkan tangannya ke perut Satya dan meremas kedua ginjalnya hingga hancur. Kemudian, dia berkata, “Kalau kamu masih bisa bertahan hidup, beri tahu ayahmu aku akan membalaskan dendam ini padanya secara langsung.”Seusai menangani masalah di tempat ini, Yoga pun pergi. Sementara itu, Satya yang sudah kehilangan kedua ginjalnya langsung memasuki kondisi syok.Setelah mempersiapkan semuanya, hari sudah menjelang pagi. Yoga pun bergegas pergi ke Gang Burung Batu di wilayah timur.Gang Burung Batu juga disebut sebagai “Gang Kotoran”. Sebab, tempat ini berada di dataran rendah dan pembuangan kotoran di jalan

    Last Updated : 2024-01-24
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 44

    Lili tidak memedulikan mereka dan lanjut berjalan maju dengan kesulitan. Dia terlihat seolah-olah akan ambruk begitu ditiup angin.Setelah masuk ke ujung gang, seorang nenek tua berjalan keluar dari rumahnya dengan tertatih-tatih. Kemudian, dia mengeluarkan sebuah roti polos dan memberikannya kepada Lili sambil berkata, “Lili, cepat makan. Jangan sampai kelihatan mereka. Kalau nggak, nanti kamu pasti dipukuli lagi.”Lili buru-buru menolak, “Nenek Ani, nggak usah. Aku nggak lapar kok.”Ani berkata, “Dasar gadis bodoh! Semalam, mereka pasti nggak kasih kamu makan, ‘kan? Mana mungkin kamu nggak lapar. Cepat makan! Mereka akan segera datang lagi.”Berhubung tidak bisa menolak, Lili pun mengucapkan terima kasih dengan penuh haru dan mulai melahap roti polos itu. Dia menghabiskan roti besar itu hanya dalam lima suap sambil meneteskan air mata. Namun, ekspresinya terlihat puas.Ani berdesah, lalu bergumam, “Haih, kasihan banget kamu, Nak.”Tepat pada saat ini, ketiga preman yang mengerjai Lil

    Last Updated : 2024-01-24
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 45

    Yoga menatap mereka dengan penuh amarah. Seluruh tubuhnya juga diselimuti dengan aura membunuh yang mengerikan. Hanya ada satu hal yang memenuhi benaknya saat ini, yaitu membunuh para bajingan ini.Seorang preman hendak menghantam Yoga dengan batu bata, tetapi perutnya malah ditendang oleh Yoga hingga dia melayang jauh. Setelah mendarat di lantai, perutnya pun meledak dan seluruh organ perutnya berceceran di lantai. Preman itu langsung tewas di tempat.Preman satu lagi mengangkat rotan di tangannya dan hendak menikam dada Yoga dengan bagian yang runcing. Yoga tidak menghindar dan membiarkan rotan itu menancap di dadanya. Namun, rotan itu sama sekali tidak melukai Yoga. Kemudian, Yoga mengubah rotan itu menjadi tombak dan melemparnya dengan kuat hingga menembus jantung preman itu. Preman itu langsung memuntahkan darah dan tewas di tempat.Setelah melihat situasi ini, preman terakhir yang tersisa sudah sepenuhnya ketakutan. Dia tidak tahu harus mendeskripsikan Yoga dengan kata orang gil

    Last Updated : 2024-01-24
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 46

    Yoga melirik Nadya dengan tatapan penuh terima kasih. Sementara itu, Nadya malah langsung merasa sangat malu setelah mengucapkan kata-kata itu. Untungnya, kata-kata mereka akhirnya melahirkan secercah harapan bagi Lili. Detak jantung dan pernapasan Lili pun berangsur-angsur menjadi semakin bertenaga.Melihat situasi ini, Yoga akhirnya menghela napas lega. Kemudian, dia menuliskan resep obat dan menyerahkannya pada Nadya sambil berkata, “Tolong bantu aku kumpulkan obat-obat sesuai resep ini untuk pengobatan adikku. Dalam waktu 7 hari, aku pasti bisa memulihkan Lili kembali seperti semula.”“Serahkan saja padaku,” jawab Nadya sambil menerima resep obat itu. Setelah membaca sekilas isi resep obat itu, dia pun mengerutkan keningnya dan bertanya, “Yoga, apa itu Sisik Naga Ungu Keemasan? Aku nggak pernah dengar nama bahan obat itu.”Yoga menjawab, “Aku akan cari cara untuk menemukan bahan obat itu. Kamu hanya perlu mendapatkan bahan obat lainnya.”Sisik Naga Ungu Keemasan merupakan bahan oba

    Last Updated : 2024-01-24
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 47

    Begitu mendengar perintah Heru, Reza langsung ketakutan dan buru-buru berseru, “Paman Heru, aku bersedia menebus kesalahanku dengan cara lain. Akan sangat disayangkan apabila Yoga dibunuh dengan begitu saja. Bagaimana kalau aku membuatnya hidup menderita?”“Coba katakan apa rencanamu!” tutur Heru.Reza menjawab, “Ibunya Yoga sedang berada dalam keadaan koma. Dia adalah satu-satunya keluarga Yoga yang tersisa. Jadi, Yoga sangat peduli padanya. Aku bisa membawa ibunya Yoga itu kemari dan menyiksanya sampai mati di hadapan Yoga. Hal ini akan membuat hidup Yoga menjadi lebih menderita daripada mati.”Heru tersenyum sinis dan berkata, “Ide bagus. Pergilah, kuserahkan misi ini padamu.”“Terima kasih! Terima kasih!” seru Reza dengan gembira.Kemudian, Heru memberi perintah kepada pengawalnya, “Pergi kumpulkan 30 murid, 18 arhat, 13 adipati, dan 8 wajra-ku. Malam ini, aku harus menghabisi orang bernama Yoga itu!”...Yoga telah menjaga Lili seharian, tetapi Lili masih belum menunjukkan tanda-t

    Last Updated : 2024-01-24
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 48

    “Emm,” jawab Yoga dengan acuh tak acuh sebelum duduk.Karina dan Ambar terlihat agak canggung. Sementara itu, Chandra menegur dengan tidak senang, “Kamu bahkan nggak tahu cara menyapa orang! Apa ini caramu minta tolong sama orang lain?”“Ayah, jangan salahkan dia. Semua orang juga tahu mantan suami Kak Karina itu hanyalah seorang pecundang yang berwawasan sempit. Wajar saja dia nggak tahu sopan santun,” ejek Citra.Chandra mendengus, “Huh! Orang seperti ini mana bisa sukses!”Saat ini, Ambar buru-buru menuangkan teh untuk Chandra sambil tersenyum minta maaf dan berkata, “Benar, benar! Yoga memang kurang cerdas. Kakak jangan permasalahkan hal ini dengannya, ya.”Chandra menjawab, “Aku tahu. Kalau otaknya nggak bermasalah, mana mungkin dia berani melukai Satya! Nak, Karina bilang kamu sudah menendang Satya? Patahkan kaki yang kamu gunakan untuk menendangnya itu, lalu ikut aku pergi minta maaf padanya.”Mereka sepertinya masih tidak tahu bahwa Yoga sudah menghancurkan kedua ginjal Satya.

    Last Updated : 2024-01-24
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 49

    “Karina, kalian sekeluarga juga akan mati mengenaskan!” seru Chandra. Kemudian, dia memapah Citra untuk berdiri dan berjalan keluar.Citra benar-benar sangat marah. Meskipun sudah pergi jauh, dia masih tidak berhenti mengucapkan sumpah serapah bagaikan wanita gila.Melihat situasi ini, Ambar pun jatuh terduduk di lantai sambil berteriak sedih, “Ya Tuhan, dosa apa yang sudah kulakukan di kehidupan lampau hingga bisa bertemu dengan orang tak tahu berterima kasih seperti ini. Karina, dia itu orang yang bersikeras mau kamu nikahi dulu! Sekarang, keluarga kita akan celaka gara-gara kamu ....”Karina juga merasa sangat marah hingga seluruh tubuhnya gemetar. Dia berseru, “Yoga, ke ... kenapa kamu bersikap begitu! Dasar bajingan! Apa kamu tahu betapa besar pengorbanan yang sudah aku dan ibuku lakukan demi meminta tolong pada Paman Chandra? Kamu ... pergi sana!”Yoga melirik jam tangannya, lalu berkata, “Jangan khawatir, aku bisa menangani Heru kok. Waktu yang kuberikan pada mereka sudah habis.

    Last Updated : 2024-01-24
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 50

    Yoga menjawab, “Nggak perlu.”Setelah mendengar jawaban Yoga, hati Raja Kegelapan pun bergejolak. Kali ini, Raja Agoy yang Perkasa hendak turun tangan sendiri? Jika begitu, tamatlah riwayat Keluarga Lingga!Tidak lama kemudian, Chandra, Citra, dan Yoga tiba di Kediaman Lingga. Ini adalah sebuah rumah mewah dan megah bergaya kuno. Menurut rumor, rumah ini dulunya adalah tempat tinggal seorang pangeran dari zaman dahulu.Chandra melaporkan kedatangannya, lalu mereka bertiga dibawa masuk ke aula pertemuan. Begitu masuk ke rumah, Yoga langsung menyadari ada pergerakan rahasia yang sedang berlangsung di Kediaman Lingga yang tampak tenang ini. Di setiap sudut yang gelap, tiba-tiba muncul banyak orang yang diam-diam mengepung mereka tanpa suara. Namun, Yoga tetap berjalan masuk ke aula pertemuan dengan tenang. Di dalam aula, Heru yang sedang duduk tegak di kursi utama terlihat sangat berwibawa. Ada juga Satya yang berbaring di atas tandu dan mengandalkan alat-alat medis untuk mempertahankan

    Last Updated : 2024-01-24

Latest chapter

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1181

    Sutrisno dan Winola langsung menganggukkan kepala, lalu segera berlari ke ruang makam di depan.Tanpa adanya beban yang mengganggu, pandangan Yoga perlahan-lahan beralih ke arah Farel. Kali ini, tempat ini akan menjadi tempat untuk mengakhiri dendam antara dia dan Farel."Serang!" teriak Yoga sambil mengentakkan kakinya dan langsung menyerang. Aura yang tajam di sekitar pun menghantam tubuhnya, tetapi hanya pakaiannya yang koyak-koyak. Sementara itu, tubuhnya sendiri tetap seperti semula, tidak terluka sedikit pun."Apa-apaan ini? Kamu pakai senjata ajaib tingkat jumantara sebagai pelindung?" tanya Farel yang langsung terkejut. Selain itu, dia tidak bisa memikirkan alasan lain. Bagaimana mungkin serangannya yang begitu kuat malah tidak melukai Yoga sedikit pun?"Huh! Untuk apa aku pakai benda seperti itu?" kata Yoga dengan cuek. Kekuatan fisiknya sudah mencapai tingkat yang tidak bisa dipahami oleh orang biasa. Bagaimana mungkin kekuatan seorang kultivator jenderal bisa menyakitinya?

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1180

    "Apa hebatnya kultivator prajurit itu? Tapi, kamu nggak perlu tahu soal itu, kamu hanya perlu tahu kamu akan mati di sini," kata Yoga dengan aura membunuh yang menyebar dan perlahan-lahan mendekati Farel dengan langkah yang sangat berat."Kamu berani membunuhku?" teriak Farel dengan marah dan mata yang membelalak."Kenapa kalau aku membunuhmu?" kata Yoga dengan senyuman yang menyindir."Ibumu pun nggak berani menyentuhku, kamu malah berani membunuhku? Kalau dia tahu, kamu pasti akan menerima akibatnya. Apalagi kalau Keluarga Husin yang tahu masalah ini, ibumu akan mendapat masalah," ancam Farel dengan segera. Seperti sebelumnya, Yoga sebenarnya bisa membunuhnya. Namun, Ayu menghentikannya, sehingga Yoga tidak bisa bergerak.Namun, Yoga tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Dia menunjuk pada Sutrisno dan berkata sambil tersenyum, "Keluarga Salim yang merupakan salah satu dari empat keluarga besar di dunia kultivator kuno pun kamu berani membunuh. Bukankah tadi kamu sendiri yang mengatakan a

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1179

    Yoga menunjuk ke satu arah dan berkata dengan tenang, "Sudah mati. Pergi lihat saja sendiri, sekalian ikut mati di sana.""Apa?"Farel menjadi makin marah karena dia tidak bisa menerima kenyataan itu dan memerintahkan kultivator prajurit lainnya, "Bunuh dia!"Ekspresi kultivator prajurit itu menjadi serius dan merasa sangat tegang. Dia menatap Yoga, tetapi dia tidak bisa melihat dengan jelas kekuatan lawannya itu. Seolah-olah ada lapisan kabut tipis yang menyelimuti sosok Yoga."Kamu nggak mungkin bisa membunuh mereka. Hari ini aku akan melihat sendiri apa yang sebenarnya telah terjadi," kata kultivator prajurit itu dengan dingin dan langsung menyerang Yoga. Tidak ada yang percaya Yoga memiliki kekuatan untuk melawan seorang kultivator prajurit."Huh!" Yoga tersenyum dingin dan tatapannya terlihat menyindir. Menghadapi serangan lawan, dia tidak menghindar dan hanya berdiri di tempat dengan diam. Seolah-olah, dia sengaja menunggu lawannya menyerang."Matilah!" teriak kultivator prajurit

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1178

    Farel tersenyum dengan sangat sombong. Dia mengira Sutrisno dan Winola bisa datang ke sini karena melarikan diri. Sementara itu, Yoga sudah ditangkap dan dibunuh dengan kejam oleh tiga kultivator prajurit itu."Farel, aku ini tuan muda Keluarga Salim, kamu cari mati atau ingin membawa bencana bagi Keluarga Husin?" kata Sutrisno dengan nada dingin dan melangkah maju. Bagaimanapun juga, Keluarga Salim adalah keluarga nomor satu di dunia kultivator kuno, sehingga Keluarga Husin tidak bisa menandingi reputasi dan kekuatan mereka. Dia tidak percaya Farel ini berani membunuhnya."Huh! Ini adalah ruang rahasia, kenapa kalau kamu mati? Tempat ini sudah seperti dunia yang terpisah, nggak ada orang yang akan tahu kalau kamu mati. Bukan hanya kamu, Keluarga Bramasta juga begitu. Semuanya harus mati di sini," kata Farel sambil tertawa terbahak-bahak dengan sangat liar. Kata-katanya yang dingin membuat suasana di seluruh makam ini penuh dengan aura membunuh.Ekspresi Sutrisno dan Winola langsung me

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1177

    "Jangan menahan diri lagi! Selama orang ini nggak mati, kita semua nggak akan tenang!"Sekejap kemudian, ketiga kultivator prajurit itu serentak menyerang Yoga dengan penuh amarah dan kebencian. Wajah mereka memancarkan kemarahan yang meluap-luap. Setiap langkah mereka dipenuhi dengan niat membunuh.Namun, kekuatan Yoga saat ini sudah mencapai puncak kultivator jenderal tahap jumantara. Dia hanya tinggal selangkah lagi untuk menembus ke tingkat kultivator raja, bahkan bisa dibilang satu kakinya sudah berada di sana. Mana mungkin ketiga kultivator prajurit ini bisa menjadi lawannya?Dengan tenang, Yoga mengangkat tinjunya yang memancarkan kilatan petir terang. Listrik memelesat ke segala arah.Hanya dengan satu pukulan, ketiganya langsung terpental keras ke tanah. Kekuatan penghancur yang dahsyat itu membuat mereka muntah darah. Tubuh mereka dipenuhi luka-luka yang begitu mengerikan hingga membuat siapa pun bergidik ngeri.Ketiga kultivator prajurit itu menatap Yoga dengan wajah penuh k

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1176

    Dalam sekejap, suasana di sekitar mereka menjadi tegang dan mencekam. Udara terasa begitu berat, seperti ditindih sesuatu yang menakutkan.Yoga dan yang lainnya segera menoleh ke arah suara itu dan memandang orang-orang yang baru tiba. Begitu melihat bahwa itu adalah tiga orang kultivator prajurit, mereka langsung mengernyit."Kalian balik lagi?" Yoga dan yang lainnya terkejut. Perlu diketahui, kemunculan sisik hitam sebelumnya yang menyelamatkan mereka dari serangan para kerangka. Fakta bahwa tiga orang ini berhasil sampai di sini pasti berkaitan dengan ledakan besar barusan."Farel di mana? Kenapa dia nggak bareng kalian?" tanya Yoga sambil menatap mereka dengan tenang."Hmph! Membunuhmu cukup dengan kami bertiga. Bersiaplah untuk mati!" ucap salah satu dari mereka dengan dingin sambil langsung menyerang Yoga.Winola dan Sutrisno langsung tertegun. Raut wajah mereka menunjukkan ekspresi kaget. Mereka tidak menyangka, para kultivator prajurit ini begitu tegas dan langsung mengejar mer

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1175

    Semua orang segera bergerak maju karena ingin melihat apa yang tersembunyi di depan. Pada saat yang sama, mereka menemukan sebuah lubang yang dalam di tanah. Itu tepat di lokasi tempat para kerangka tadi berada."Gawat! Mayat Yoga dan yang lainnya nggak ada!" seru Farel. Dia langsung merasakan bulu kuduknya berdiri, seolah menyadari sesuatu.Ketika yang lain melihat situasi itu, mereka juga merasa ngeri dan heran. Di momen itu juga, mereka semua menyadari bahwa Yoga pasti telah melarikan diri."Mana mungkin? Kenapa mereka nggak mati?""Apakah kerangka-kerangka itu sengaja menghindari Yoga dan yang lainnya?""Sialan! Yoga pasti sudah pergi ke tempat lain. Kita nggak boleh membiarkan dia mendapatkan harta karun itu!"Semua orang mulai panik dan marah. Kalau Yoga berhasil menemukan harta itu, siapa yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya?Farel segera memberi perintah sebelum berbalik dan masuk ke dalam lubang, "Kalian kejar Yoga! Aku akan masuk ke dalam lubang ini!"Para kultivator p

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1174

    Yoga menatap Sutrisno dengan ekspresi yang makin aneh. Wajahnya memancarkan campuran rasa bingung dan canggung. Lukisan Masa Pijat? Apakah dua orang senior itu benar-benar melakukan hal yang sekeren itu?Dengan ekspresi muram, Winola berucap dengan nada dingin, "Itu namanya Lukisan Masa Depan! Bukan masa pijat. Lukisan Masa Pijat cuma trik pemasaran dari tempat-tempat pijat itu.""Oh, begitu ya? Aku benar-benar nggak tahu soal itu," jawab Sutrisno dengan raut rajah kebingungan."Kamu diam saja dulu!" seru Yoga yang memberi Sutrisno tatapan tajam. Dia tidak ingin mendengar lagi ucapannya."Lukisan Masa Depan adalah karya mereka berdua. Itu adalah 60 gambar yang meramalkan masa depan. Banyak di antaranya telah terbukti benar-benar terjadi," jelas Winola.Winola menambahkan, "Mereka bahkan menyatakan bahwa sejarah manusia akhirnya akan menuju dunia yang damai, di mana nggak ada lagi perbedaan antara hitam dan putih, utara dan selatan, kota dan desa, aku dan kamu. Semuanya akan bersatu dal

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1173

    Aura kuat yang terpancar dari sosok itu membuat ketiga orang tersebut merasakan getaran dalam hati mereka. Orang itu berada di posisi yang jauh lebih tinggi, bahkan jauh di atas mereka semua.Yoga menatap bayangan itu dengan rasa penasaran yang makin besar. Dia mengerucutkan bibirnya, lalu menunjuk ke arah sosok tersebut dan bertanya dengan penasaran, "Ini ... bukannya ... Tuan Bimo?""Betul sekali!" Winola dan Sutrisno mengangguk bersamaan dengan ekspresi serius.Yoga tiba-tiba menyadarinya. Tidak heran sosok itu terlihat sangat familier. Ternyata, yang tergambar di lukisan itu adalah Bimo. Seribu tahun yang lalu, orang tua ini ternyata begitu terkenal?Yoga meledek, "Lihatlah, begitulah penampilanmu dalam catatan sejarah. Bikin iri deh."Bimo menimpali dengan bangga, "Sekarang, kamu baru sadar lagi berhadapan sama tokoh yang begitu luar biasa, 'kan?"Namun, Yoga langsung membalas, "Tapi ujung-ujungnya tetap kalah, 'kan?"Bimo kehabisan kata-kata. Sebuah kalimat dari Yoga langsung mem

DMCA.com Protection Status