Nadya memiliki akrofobia yang parah. Namun sekarang, dia tidak memedulikan ketinggian ini karena kekecewaan yang sangat dalam."Selamat tinggal!" gumam Nadya sambil hendak melompat.Pada saat yang menegangkan, tiba-tiba seseorang muncul dan meraih tangan Nadya. Orang itu adalah Azhar. Dia diam-diam menjentikkan jarinya. Kemudian, telur belatung melayang dari kukunya dan masuk ke mata Nadya. Ini adalah Racun Amor. Orang yang terkena Racun Amor akan terobsesi dengan pemberi racun, bahkan sampai rela mengorbankan nyawanya sendiri.Nadya berusaha melepaskan diri sambil berseru, "Lepaskan aku! Jangan pedulikan aku! Aku mau mati!"Azhar membujuk, "Nona, kamu masih muda. Kenapa kamu bisa berpikiran sempit? Aku yang sakit parah saja sedang berjuang untuk hidup. Orang sehat seperti dirimu seharusnya menjalani hidup dengan baik."Nadya masih berusaha melepaskan diri. Dia menimpali, "Jangan ikut campur. Biarkan aku mati."Azhar menghela napas, lalu berujar, "Aku nggak akan melepaskanmu apa pun ya
Kalau tidak meniduri Nadya, Azhar akan menyesal seumur hidup. Dia pergi ke kamar mandi, lalu menelepon Dewa Digdaya. "Ayah, misi sudah selesai. Aku sudah mendapatkan bahan obat tingkat delapan dan pil tingkat tinggi."Dewa Digdaya tertawa terbahak-bahak, lalu memuji, "Hebat! Anakku memang bisa diandalkan. Kamu nggak pernah mengecewakanku. Alangkah baiknya kalau bisa memancing Yoga datang ke ibu kota dan memaksanya membuat pil tingkat tinggi untukku."Azhar menimpali, "Mudah saja, Ayah. Serahkan saja padaku."Dewa Digdaya yang merasa senang membalas, "Oke, aku tunggu kabar baik darimu."Azhar kembali ke restoran, lalu berkata kepada Nadya, "Nadya, orang tuaku tersentuh mendengar kamu membantuku mendapatkan obat penyelamat. Mereka ingin berterima kasih kepadamu secara langsung. Jadi, apa kamu bersedia ikut aku pulang ke Ibu Kota?"Nadya bertanya dengan semangat, "Benaran? Aku boleh ikut kamu pulang ke Ibu Kota?"Azhar tersenyum dan menyahut, "Tentu saja. Kita langsung berangkat setelah m
Yoga segera menghubungi Raja Kegelapan, "Cari Nadya di seluruh kota!"Raja Kegelapan menyahut, "Baik!"Tak lama kemudian, Raja Kegelapan melapor, "Pak Yoga, kami menemukan Bu Nadya di jalan menuju ke luar provinsi. Bu Nadya bersama dengan Azhar, sepertinya mereka mau pergi ke Ibu Kota."Ternyata putranya Dewa Digdaya! Yoga belum membuat perhitungan dengan mereka, tetapi mereka malah mencari masalah sendiri. Kalau begitu, Yoga akan memanfaatkan kesempatan ini untuk membunuh Azhar. Kemudian, Yoga mengerahkan seluruh tenaganya untuk mengejar Azhar.Kecepatan Yoga saat berlari melampaui laju mobil. Hanya dalam 2 jam, Yoga sudah berhasil mengejar mobil Azhar. Yoga melompat setinggi 3 meter dan mengadang mobil Azhar.Nadya terkejut melihat Yoga. Dia berseru, "Cepat hentikan mobilnya ...."Namun, Azhar malah menambah kecepatan mobilnya dan berujar, "Huh, kamu mau cari mati, ya?"Saat mobil hampir menabrak Yoga, dia langsung meninju kap mesin mobil Azhar. Suara ledakan terdengar dan mobil pun
Nadya berujar, "Azhar, kamu tenang saja. Hari ini aku pasti akan melindungimu. Kalau Yoga mau bunuh kamu, dia harus bunuh aku dulu. Aku nggak akan menyesal kalaupun harus mati bersamamu."Yoga merasa asing dengan Nadya yang berdiri di depannya saat ini, ada yang tidak beres dengan Nadya. Wanita ini bukan Nadya yang dia kenal. Azhar pasti melakukan sesuatu kepada Nadya. Yoga tiba-tiba teringat sesuatu, lalu dia memeluk Nadya.Nadya yang marah memberontak, "Dasar pembohong! Lepaskan aku! Jangan sentuh aku ...."Yoga mengamati mata Nadya. Sesuai dugaan Yoga, Nadya diberi Racun Amor. Yoga harus membunuh Azhar! Kemudian, Yoga mengeluarkan jarum untuk membersihkan racun di tubuh Nadya.Nadya berusaha memberontak, tetapi dia tidak sanggup melawan Yoga. Setelah Yoga selesai melakukan akupunktur, Nadya memuntahkan darah kotor. Tampak seekor belatung merah yang menggeliat di tengah darah kotor itu.Nadya merinding, kenapa di dalam tubuhnya ada belatung? Saat memandang Azhar, Nadya tidak mempunya
Yoga menginjak lutut Azhar dengan kuat dan berujar, "Aku memang nggak tahu diri.""Sialan!" teriak Azhar.Mendengar suara teriakan Azhar, Dewa Digdaya langsung murka. Dia mengancam, "Yoga, kamu sudah memancing emosiku. Kalau kamu nggak mau menghentikan aksimu, aku pasti akan melenyapkan semua keluargamu!"Yoga menimpali, "Oke, aku tunggu pembalasanmu. Kalau kamu nggak melenyapkan semua keluargaku, itu berarti kamu pecundang."Yoga tidak berbasa-basi lagi. Dia langsung menginjak kepala Azhar.Terdengar suara teriakan Azhar. Dewa Digdaya yang berada di Kuil Dewa Bela Diri mengamuk. Dia memancarkan aura membunuh yang dahsyat sehingga petarung tingkat agung master di tempat merasa sesak. Putra yang paling disayang Dewa Digdaya dibunuh, mana mungkin dia tidak marah?Semua orang berlutut dan berkata, "Dewa Digdaya, jangan emosi."Dewa Digdaya berteriak, "Segera umumkan Dekret Dewa Digdaya! Yoga sudah membunuh anakku. Dosanya nggak boleh diampuni! Semua anggota dunia bela diri di seluruh nege
Gatot sangat kaget karena Vania ingat dengan mereka. Gatot berucap, "Bu Vania, apa bosmu ada di sini? Kami ingin bertemu dengannya."Vania tampak ragu. Dia menimpali, "Pak Yoga memang ada di perusahaan. Tapi, dia sibuk sekali. Takutnya dia nggak sempat bertemu dengan kalian."Yoga? Bos Vania juga bernama Yoga? Nama mereka sama, tetapi nasib mereka berbeda. Yoga yang mereka kenal telah menjadi bos perusahaan kecil yang hampir bangkrut. Dia tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan bos Vania.Ambar segera berkata, "Bu Vania, sejujurnya bosmu diam-diam menyukai Karina. Kalau nggak, waktu itu dia juga nggak mungkin memintamu untuk memberi Karina bahan obat yang berharga. Dengan bahan obat itu, sekarang penyakit Karina hampir sembuh. Semua sel kanker di tubuhnya sudah mati."Ambar melanjutkan, "Aku mau mengadakan pesta untuk Karina. Jadi, aku ingin mengundang Pak Yoga. Dengan begitu, Pak Yoga punya kesempatan untuk bertemu Karina. Aku rasa Pak Yoga pasti akan pergi ke pestanya."Vania m
Yoga berteriak, "Pak Hagi, kamu itu kurang kerjaan sampai-sampai main dengan binatang?"Hagi tertegun sejenak, lalu tersenyum kepada Yoga dan menanggapi, "Yoga, semua binatang di desa ini sudah dinutrisi oleh nadi obat untuk waktu yang lama sehingga tubuh mereka sangat kuat. Mereka bisa menyerap pil tingkat tinggi lebih cepat daripada manusia. Binatang yang paling hebat bisa bertarung dengan petarung tingkat eminen master. Sebentar lagi kita bisa membentuk sekelompok binatang super."Yoga menimpali, "Oke. Aku harap kamu bisa membentuk sekelompok binatang super yang bisa melawan petarung tingkat kaisar master. Oh, iya. Aku sudah membuat 1.000 pil tingkat tujuh. Kamu yang bagikan kepada anggota Sekte Hagisana."Hagi terkejut. Yoga membuat 1.000 pil tingkat tujuh? Hagi merasa hal ini sangat tidak realistis.Tiba-tiba, Wisnu menelepon Yoga, "Kak Yoga, sekarang kamu di mana? Ada masalah di Perusahaan Farmasi Sehat Abadi."Yoga bertanya sembari mengernyit, "Ada apa?"Wisnu menjelaskan, "Sepe
Andrea menyahut, "Kalau begitu, aku juga nggak akan menutupinya darimu lagi. Dia itu orang terkaya di Daruna, namanya Darius Binarwan. Pak Darius bilang, asalkan kami memutuskan kontrak denganmu, dia akan memberi kami kesempatan kerja sama dengannya. Sebentar lagi aku akan menjadi mitra bisnis Pak Darius. Tenang saja. Setelah sukses, aku akan mengakuisisi Perusahaan Farmasi Sehat Abadi dengan harga tinggi."Yoga kebingungan. Sepertinya dia tidak punya masalah dengan Darius. Tiba-tiba, seseorang dari Ibu Kota menelepon Yoga.Yoga menjawab panggilan telepon, "Halo?"Orang itu berkata dengan dingin, "Kamu itu Yoga dari Kota Pawana, 'kan? Aku Darius dari Grup Binarwan."Akhirnya, Darius muncul juga. Yoga bertanya, "Kenapa kamu memboikot perusahaanku?"Darius membentak, "Huh! Jangan berpura-pura bodoh! Kamu sudah membunuh anakku, Jarek. Aku akan menghancurkan keluargamu dan membunuhmu! Dalam waktu 3 hari, aku mau semua anggota Keluarga Kusuma mati untuk menebus nyawa anakku!"Yoga menimpali
Suasana di medan perang mendadak menjadi sangat sunyi. Tatapan dingin Yoga tertuju pada tiga jenderal yang tersisa. Ketiganya merasakan ketakutan yang luar biasa, seolah-olah mereka berdiri di tepi jurang maut.Mencabik tangan dan kaki? Apa Yoga berniat menyiksa mereka sampai mati? Pikiran ini membuat mereka makin cemas. Ketiga jenderal itu tidak lagi tenang. Mereka ingin berbicara, tetapi ketakutan mengunci mulut mereka."Dimulai dari kamu," ujar Yoga tiba-tiba sambil menunjuk salah satu dari mereka."Aku?" Jenderal yang ditunjuk itu gemetar hebat. Wajahnya pucat pasi, sementara bibirnya bergetar tanpa henti.Yoga menatapnya dengan ekspresi yang datar. Dia bertanya dengan nada penuh tekanan, "Katakan, di mana markas kalian?"Jenderal itu menjawab dengan suara penuh ketegangan, "Aku ... aku bakal kasih tahu kamu! Markas kami ada di dalam Gunung Lorta!""Kamu bisa-bisanya berkhianat? Cari mati!"Dua jenderal lainnya memelotot penuh amarah. Mereka sulit percaya bahwa salah satu dari mere
Saat ini, energi yang dilepaskan Yoga makin mengamuk. Kekuatan yang dia miliki terus meningkat dan mencapai level yang luar biasa. Kilatan petir tiba-tiba menyambar, seolah-olah merespons kekuatannya dan langsung menghantam tubuh Yoga.Suara ledakan yang menggema membuat semua orang secara refleks menutup telinga dan mata mereka. Serangan ini membuat mereka merasakan teror yang luar biasa. Bahkan tanah di bawah mereka bergetar hebat, seolah-olah seluruh gunung bergoncang.Dari kejauhan, Winola dan Sutrisno mengarahkan pandangan tajam mereka ke arah sana. Alis mereka berkerut dalam-dalam. Mereka berdua bisa merasakan sesuatu yang tidak biasa."Petir itu ... kenapa rasanya seperti Yoga?" tanya Winola dengan penasaran."Apa mungkin ... ini adalah ajaran dari Tuan Bimo pada Yoga?" ujar Sutrisno yang coba menebak kemungkinan lain."Mungkin saja ...." Winola akhirnya mengangguk dan menerima kemungkinan tersebut. Bagaimanapun, Bimo adalah sosok yang sangat kuat. Bukan hal aneh jika dia mengaj
Dalam sekejap, suasana di medan perang makin tegang. Rasa gelisah makin menjalar di antara semua orang. Bagaimanapun juga, tidak ada yang ingin mati.Mereka datang ke sini hanya untuk membantu Bimo membasmi para Pelindung Kebenaran. Namun sekarang, mereka justru dihadapkan pada situasi yang begitu mencekam."Bunuh!" Para Pelindung Kebenaran makin bersemangat bertarung. Semangat juang mereka sudah makin membara. Pada saat itu, hampir semua orang bisa melihat betapa brutal dan nekatnya para Pelindung Kebenaran.Yoga memandang semua itu dengan tenang. Dia menyaksikan perubahan di medan perang. Tatapannya tajam, tetapi sikapnya tetap acuh tak acuh."Bimo, kamu mulai takut, 'kan? Ini adalah Formasi Domain Darah!""Begitu formasi ini diaktifkan, bahkan kamu yang legendaris 1.000 tahun lalu pun nggak akan mampu mengatasinya!""Formasi kuno ini diciptakan khusus untuk melawan para ahli hebat seperti dirimu. Kamu nggak akan punya peluang kali ini!"Kelima jenderal itu berbicara dengan sombong.
"Ini ... sebenarnya kekuatan tingkat apa?""Nggak mungkin, ini nggak mungkin! Apa dia benar-benar sudah melampaui tingkat kultivator jenderal?""Mana mungkin Bimo punya kekuatan seperti ini? Ini sungguh nggak masuk akal!"Kelima jenderal itu tergeletak di tanah. Mereka memandang ke atas dan menatap siluet Yoga. Tatapan mereka penuh dengan keterkejutan dan ketidakpercayaan. Namun, kenyataan yang ada tidak bisa dibantah. Dengan hanya satu serangan, Yoga telah menjatuhkan mereka semua ke tanah.Yoga perlahan mengangkat tangannya. Sambil menatap mereka dengan tatapan dingin yang menusuk, dia berseru, "Sekarang, kalau kalian nggak punya strategi cadangan, bersiaplah untuk mati!"Pada saat itu, hawa dingin perlahan menyebar ke sekeliling dan membuat suasana menjadi makin mencekam. Kelima jenderal itu menggigil hebat di tempat mereka berdiri. Aura mengerikan yang terpancar dari Yoga membuat mereka kehilangan ketenangan. Rasanya benar-benar menakutkan!Salah satu dari mereka berbicara dengan s
Tampaknya dalam sekejap, Yoga akan tercabik-cabik oleh kekuatan dahsyat itu. Namun saat berikutnya, dia perlahan mengangkat tangan.Dengan gerakan yang terlihat seperti membelah ombak, Yoga melambaikan tangannya secara vertikal. Seketika, kekuatan dahsyat keluar dari tubuhnya dan langsung merobek segala sesuatu.Formasi besar yang digunakan untuk menyerangnya sontak menjadi tidak berguna dan hancur total. Kekuatan Yoga telah mencapai tingkatan semi kultivator raja. Formasi ini sama sekali bukan ancaman baginya.Yoga membiarkan kelima jenderal itu tetap hidup hanya karena satu alasan. Dia ingin melihat apakah di sekitar mereka masih ada sisa-sisa Pelindung Kebenaran yang bersembunyi."Apa? Formasi ini bisa dihancurkan?""Nggak mungkin! Kenapa dia bisa sekuat ini?""Bimo sebelumnya nggak begitu ahli dalam menghadapi formasi. Gimana dia bisa menghancurkannya secepat ini?"Kelima jenderal itu melongo. Wajah mereka penuh keterkejutan dan rasa tidak percaya. Tatapan mereka bahkan terlihat sa
Saat ini, Yoga berdiri dengan penuh wibawa. Suaranya menggema di seluruh area. Pada saat ini, bahkan orang-orang dari empat keluarga besar di sekitarnya ikut merasakan kegembiraan yang membara. Setiap orang begitu bersemangat. Satu per satu dari mereka berteriak dengan lantang."Luar biasa. Hahaha! Para Pelindung Kebenaran ternyata nggak sekuat itu!""Tuan Bimo memang perkasa dan penuh wibawa! Inilah sosok seorang yang benar-benar kuat!""Orang-orang payah ini sungguh nggak tahu diri!"Orang-orang mengejek para Pelindung Kebenaran dengan gembira, tanpa sedikit pun rasa takut. Mereka sangat yakin bahwa dengan Bimo turun tangan, semua Pelindung Kebenaran pasti akan dilenyapkan."Ini nggak mungkin! Apa Bimo sudah memulihkan kekuatannya ke puncak kejayaan?" tanya seorang jenderal sambil mengernyit. Ekspresinya menjadi makin dingin. Dengan penuh ketegangan, dia terus menatap Yoga tanpa berkedip.Yoga mencibir dan berucap dengan suara dingin, "Puncak kejayaan? Apa kamu benar-benar pernah mel
Ekspresi pria itu terlihat ganas dan satu tangannya langsung menyerang Yoga. Jari-jarinya langsung berubah menjadi cakar elang. Melihat Yoga yang saat ini sudah terkepung, mereka tahu Bimo pasti akan mati.Namun, pada detik berikutnya, Yoga tiba-tiba melepaskan aura yang sangat kuat.Boom!Yoga tiba-tiba maju dan langsung meninju cakar elang pria itu.Krak!Hanya dengan satu pukulan, Yoga berhasil menghancurkan cakar itu sepenuhnya. Bukan hanya telapak tangan, bahkan lengan pria itu juga ikut hancur."Argh!" Pria itu langsung terjatuh ke tanah dan terus merintih, lalu berguling-guling dengan tangan yang sudah cacat total.Ekspresi keempat jenderal besar di sekeliling juga terlihat terkejut. Mereka segera mundur dan takut mendekat dengan Yoga."Hanya dengan satu pukulan? Bimo tadi hanya menggunakan satu pukulan saja?""Nggak mungkin, Bimo nggak sekuat ini.""Ada yang nggak beres, dia nggak mungkin punya kekuatan seperti ini."Dalam sekejap, semua orang yang berada di tempat itu terlihat
Yoga menyamar sebagai Bimo dan berusaha melepaskan aura yang sangat kuat. Saat ini, semua mata tertuju padanya. Mereka terkejut saat merasakan kekuatan dari Bimo, tetapi itu sebenarnya adalah Yoga."Semuanya cepat bersujud dan bersiap untuk mati," kata Yoga dengan nada yang dingin aura yang mengesankan.Setelah merasakan aura yang begitu kuat, orang-orang dari empat keluarga besar tidak bisa menahan diri mereka dan bersorak."Tuan Bimo sangat perkasa!""Tuan Bimo sangat perkasa!""Tuan Bimo sangat perkasa!"Suara-suara itu bergema di langit, menunjukkan betapa hormatnya orang-orang dari empat keluarga besar ini pada Bimo. Mereka sangat bersemangat dan ingin bertempur bersamanya. Yoga berhasil mengubah suasana di lokasi menjadi makin panas dengan kekuatannya sendiri sampai semangat bertempur mereka bangkit dan menatap musuh mereka dengan tajam.Ekspresi Yoga terlihat dingin dan menatap para Pelindung Kebenaran itu dengan tajam. Dia mengangkat tangannya perlahan-lahan dan menunjuk ke dep
Yoga berkata, "Waktunya sudah hampir tiba, Pelindung Kebenaran itu akan datang."Prajna menjawab, "Jadi, apa yang harus kita lakukan?"Yoga menjelaskan, "Kalian hanya perlu menjaga di luar. Usahakan untuk mengepung para Pelindung Kebenaran itu, jangan biarkan mereka melarikan diri."Ekspresi Prajna terlihat terkejut dan menatap Yoga dengan bingung. Dia tersenyum pahit dan berkata dengan ragu, "Bos, kamu nggak sedang bercanda, 'kan? Apa kita sanggup bertahan?"Yoga membalas, "Aku akan berusaha sebisa mungkin agar para Pelindung Kebenaran yang ingin melarikan diri itu yang lemah atau yang sudah terluka parah."Prajna dan yang lainnya saling memandang dengan ekspresi bingung, lalu pada akhirnya menganggukkan kepala dan menyetujuinya. "Baiklah."Setelah mendapatkan jawaban, Yoga pun kembali ke puncak gunung. Dia melihat ke sekeliling dengan ekspresi yang makin serius. Aura dari Pelindung Kebenaran di sekitarnya mulai terasa sangat kuat dan formasi yang sangat berbahaya juga mulai terbentuk