Ayu menatap ke arah Yoga dengan perasaan serbasalah, "Yoga, kelihatannya Kak Ambar suka sekali dengan gelang itu. Bagaimana kalau kamu relakan saja padanya?"Yoga menjawab, "Ibu, kamu nggak mengerti. Aku butuh gelang ini untuk menyelamatkan orang."Selain itu, orang yang akan diselamatkannya adalah Karina. Sayangnya, dia tidak boleh mengungkapkan hal itu.Ambar sangat panik, dia mengulurkan tangan hendak merebut gelang itu. Untung saja Yoga sempat mengambilnya dan menyimpannya kembali. Ambar langsung murka, "Yoga, kamu mau melawan keluarga kami ya?"Gatot juga langsung mengadang di depan pintu. "Kalau nggak kembalikan gelang itu, kamu jangan harap bisa keluar dari sini hari ini."Tepat pada saat itu juga, Karina pulang ke rumah. "Bibi, Lili, Yoga, kalian semua sudah datang ya. Maaf, hari ini perusahaan agak sibuk jadi aku pulang telat."Usai bicara, Karina langsung merasakan suasana yang aneh di ruangan itu. Dia langsung bertanya dengan hati-hati, "Ibu, ada apa dengan kalian?"Ambar la
Selain itu, Karina sendiri juga mengidap kanker dan hidupnya sudah di ujung tanduk. Kalaupun Yoga ingin rujuk dengannya, Karina juga tidak bisa lagi menemani Yoga seumur hidup. Pada saat itu juga, Yoga tiba-tiba mengirimkan sebuah pesan.[ Karina, tenang saja. Aku pasti akan cari cara untuk menyembuhkan penyakitmu. Beri aku sedikit waktu. ]Ambar menggerutu, "Huh, lagi-lagi si berengsek itu mengusikmu, 'kan?""Sampaikan perkataan Ibu padanya. Kecuali dia kembalikan gelangnya padaku dan menaikkan nilai pasar perusahaannya hingga dua kali lipat daripada perusahaan kita, kalau nggak, jangan harap kalian bisa balikan!"Karina malas meladeni ocehan ibunya, dia hanya berbalik dan pergi begitu saja. Ambar kesal sampai mengentakkan kakinya, "Selalu saja membela orang luar. Kenapa aku bisa lahirin anak pengkhianat seperti kamu!"Keesokan paginya, Dirga menelepon Yoga, "Nak, kamu ingat dengan taruhan kita nggak?"Yoga menjawab, "Tentu saja. Kalau aku menetap sehari di Penjara Lawas, kamu akan me
"Baik, baik! Setelah kamu keluar nanti, kami akan adakan perayaan," sahut semua orang. Dengan demikian, Yoga dibawa ke penjara bawah tanah oleh petugas di sana. Entah dari mana asalnya, Dirga tiba-tiba mengeluarkan dua botol anggur dan berkata, "Ayo, kita minum anggur sambil menunggu di sini."Kamal menyahut, "Sepertinya bocah itu bakal keluar sambil minta ampun sebelum kita menghabiskan dua botol anggur ini."Yoga menaiki lift hingga kedalaman 100 meter di bawah tanah. Setelah melewati lorong yang dalam dan gelap, dia baru melihat sebuah gerbang besi yang muncul di hadapannya. Setelah itu, mereka masih harus melewati 6 lapis gerbang baja untuk masuk ke bagian dalam penjara lawas.Baru saja masuk, suhu di sekitarnya terasa semakin menusuk bagaikan masuk ke sebuah kulkas besar. Angin yang dingin merasuk dari kaki hingga ke kepalanya. Bahkan Yoga sendiri pun tak kuasa merinding. Sel penjara yang gelap dan sempit itu menahan ratusan penjahat besar lainnya.Para tahanan itu bertubuh kekar
Sambil memuntahkan darah, dia memaki, "Mati! Kamu harus mati hari ini juga!" Kedua orang terkuat dalam penjara itu juga turut menanggapi, "Nak, kamu benar-benar salah bersikap sombong di sini.""Nggak tahu aturan sama sekali. Hari ini aku harus beri pelajaran padamu."Semua penjahat lainnya mulai berjalan mendekatinya perlahan-lahan. Mereka memancarkan semua auranya hingga membentuk awan mendung yang menyelimuti langit-langit. Beberapa penjahat lainnya yang tidak sanggup menahan aura tersebut juga langsung tercabik-cabik.Yoga mengisap rokoknya sambil berkata dengan pelan, "Maju saja, biar kulihat seberapa hebatnya kalian.""Bunuh!" Seketika, beberapa orang serempak maju untuk menyerangnya. Hanya dalam sekejap, terdengar suara tinju yang saling berbenturan secara beruntun. Semua penjahat yang mendekati Yoga langsung terhempas begitu saja bagaikan bola meriam yang terlempar.Ada yang menabrak dinding, ada yang terlempar ke langit-langit, ada juga yang terjatuh ke lantai. Sel penjara itu
Fiuh! Semua tahanan yang berada di sel itu seketika menghela napas lega. Ada juga yang bahkan berlinang air mata karena saking antusiasnya. Baru saja Yoga membawa Dewa Perang Kulusa keluar dari tempat itu, Naga Air langsung menyanjungnya, "Ketua, kalau ada waktu datang lagi ya."Yoga menjawab, "Oke!"Naga Air langsung terdiam. Dia langsung menyesali ucapannya. Para penjahat lainnya juga merasa murka mendengar ucapan Naga Air. Semua orang langsung menyerangnya."Sial, kamu masih belum cukup dipukulnya ya? Malah suruh dia datang lagi. Dia baru datang sekali saja nyawa kita sudah hampir melayang. Kalau dia sering datang, bukannya semua orang di sini bakal mati?"Begitu keluar dari penjara, ekspresi Yoga masih tetap tampak tenang. Sebaliknya, Dirga yang menunduk dan menghela napas berat. Kali ini dia benar-benar rugi besar.Yoga mengeluarkan sebuah diska lepas dari sakunya dan berkata, "Semalam, ada beberapa tahanan yang memberitahuku rahasia besar tingkat nasional. Semuanya sudah direkam
Dewa Perang Majid membalas, "Kata Panglima Bahri, hari ini ada misi besar. Jadi, dia menyuruhku memimpin pasukan barat laut untuk menyambutnya. Aku nggak tahu apakah informasi ini berguna bagimu atau nggak."Yoga menjawab, "Bagus sekali. Sementara ini kamu lakukan saja sesuai permintaannya, jangan sampai ketahuan."Dewa Perang Majid menimpali, "Oke."Saat itu, Dewa Perang Kulusa tercengang seketika. Dia dan Dewa Perang Majid adalah musuh bebuyutan, tapi mereka malah sama-sama bekerja untuk Yoga. Perasaannya terhadap Yoga menjadi semakin bangga.Yoga mengutus detektif paling andal di jaringan mata-mata untuk mengawasi pergerakan Panglima Bahri selama 24 jam. Saat siang hari, istri Panglima Bahri dan anaknya pergi ke kediaman mereka yang ada di ibu kota. Sementara itu, Panglima Bahri tetap berada di Perusahaan Lokita Samudra seharian. Hingga menjelang subuh, Panglima Bahri baru bergerak.Panglima Bahri mengendarai mobilnya menuju kantor pusat Perusahaan Biokimia Naga di Kota Pawana. Dia
Bahri menghampiri Yoga selangkah demi selangkah sambil berkata, "Yoga, matilah kamu!"Yoga sama sekali tidak takut. Sementara itu, Bahri berjinjit dan melompat ke udara, lalu menyerbu ke arah Yoga.Aura Bahri yang dahsyat menekan Yoga, disertai dengan angin kencang. Di tempat kejadian, batu dan pasir beterbangan, bahkan banyak pohon yang patah.Yoga yang berdiri di pusat tentu merasakan tekanan besar tersebut. Retakan sampai muncul di tanah tempat dia berpijak. Meskipun demikian, Yoga tetap berdiri dengan kokoh tanpa adanya perubahan ekspresi, seolah-olah tidak terpengaruh sedikit pun.Tinju Bahri akhirnya sudah berada di depan mata Yoga. Saat ini, Yoga sontak mengambil tindakan. Dia hanya meninju dengan santai untuk menyambut serangan Bahri.Bam! Tinju yang bertabrakan menimbulkan suara ledakan yang kuat, membuat ruang hampa sontak bergetar.Dalam sekejap, Bahri merasa dirinya seperti telah meninju bom atom. Serangan balik yang dahsyat sampai membuat organ dalamnya bergeser, dia meras
Tempat ini adalah kediaman Keluarga Lokita, siapa yang berani bertindak semena-mena? Sesaat kemudian, Yoga akhirnya tiba."Ini kediaman Keluarga Lokita? Keren juga," gumam Yoga sambil menghentikan langkah kakinya."Berhenti! Ini wilayah pribadi, orang tak berkepentingan dilarang masuk. Siapa pun yang menentang akan dibunuh!" tegur seorang pengawal yang berjaga di depan pintu.Yoga berpura-pura tidak mendengarnya, terus berjalan tanpa memperlambat langkah kakinya. Ketika melihat ini, pengawal itu berteriak dengan murka, "Sialan! Bunuh dia!"Detik berikutnya, sekelompok orang menerjang ke depan. Yoga hanya melirik sekilas, mengeluarkan sebilah pisau. Setelah terlihat serangkaian kilatan pedang, para pengawal seketika berjatuhan di atas genangan darah.Tatapan mereka dipenuhi keterkejutan, ketakutan, dan ketidakpercayaan. Mereka tidak melihat Yoga menyerang, tetapi sudah berakhir begini hanya karena serangkaian kilatan pedang. Benar-benar ahli bela diri yang menakutkan!Sekujur tubuh Yoga