Yoga hanya bisa diam-diam membaca mantra dalam hati dan memaksakan diri untuk tenang.Tidak lama kemudian, Yoga telah selesai memberikan pengobatan akupunktur kepada Lucy. Lucy pun merasakan kenyamanan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya hingga tanpa sadar mendesah beberapa kali.Begitu mendengar desahan Lucy, hati Yoga yang sudah susah payah ditenangkan pun menjadi kacau lagi. Jadi, dia buru-buru meninggalkan kamar Lucy.Melihat Yoga yang berlari keluar dengan tergesa-gesa, Lucy pun terkekeh dan bergumam, “Dasar bodoh!”“Yoga, bagaimana keadaan Lucy?” tanya Siska.“Dia sudah sembuh total,” jawab Yoga.Yanto dan Siska pun menghela napas lega dan buru-buru berterima kasih pada Yoga.Hendra bertanya, “Yoga, kalau boleh tahu, mereka kenapa ya? Aku belum pernah menemukan kondisi seperti ini sebelumnya.”“Itu adalah gejala yang ditimbulkan api bumi. Tempat ini mengandung api bumi yang sangat kuat. Berhubung mereka sudah tinggal lama di rumah ini, wajar saja api bumi itu terserap ke tub
“Huh! Aku yang menghubungi dan mempertahankan hubungan dengan klien-klien itu. Atas dasar apa aku harus meninggalkan mereka kepadamu?” dengus Romy.“Kalau kamu nggak bersedia melakukannya, itu termasuk tindakan melanggar kontrak kerja. Aku bisa menuntutmu di pengadilan!” ancam Karina.“Hehe, silakan. Aku yakin Perusahaan Lokita Samudra bisa membantuku menyelesaikannya,” jawab Romy.“Jangan khawatir, serahkan saja semuanya padaku,” ujar Hendrik sambil tersenyum.“Terima kasih, Pak Hendrik!” seru Romy dengan ekspresi gembira.“Kamu ....” Karina merasa sangat marah hingga tidak bisa berkata-kata.Pada saat ini, Yoga berjalan mendekat dan berseru dengan suara lantang, “Biarkan saja dia pergi. Nanti, dia akan menyesal.”“Menyesal? Yang akan menyesal itu seharusnya kalian! Pak Hendrik, ini CV-ku,” ucap Romy sambil tersenyum sinis. Kemudian, dia menyerahkan CV-nya kepada Hendrik.Hendrik sama sekali tidak membaca CV Romy dan langsung berkata, “Selamat, Pak Romy! Kamu diterima di perusahaan ka
Apa Yoga tidak bisa mengubah sifat buruknya? Karina benar-benar menyesal sudah memanggil Yoga datang kemari. Selain tidak bisa membantunya, Yoga malah membuat masalahnya bertambah runyam.Pada saat ini, seorang pemuda yang berpakaian mewah berjalan keluar dari Perusahaan Lokita Samudra. Dilihat dari tampangnya, dia lumayan mirip dengan Yoga. Seharusnya dia adalah Andreas Lokita, putranya Bahri.Begitu melihat Andreas, Hendrik buru-buru berlari ke arahnya dan mengadu, “Pak, akhirnya kamu keluar juga. Orang bernama Yoga itu benar-benar arogan. Padahal aku sudah menyebutkan namamu, tapi dia masih berani memukulku ....”“Dasar pecundang!” Andreas memaki, “Memangnya kamu nggak bisa pukul balik?”“Aku ....” Hendrik pun terdiam.Andreas berjalan ke hadapan Yoga, lalu mengamatinya dan berkata dengan nada menantang, “Yoga, aku sudah pernah mendengar tentang ‘reputasimu’. Ternyata kamu memang cocok jadi suami pecundang orang.”“Terima kasih,” jawab Yoga dengan acuh tak acuh.“Aku nggak punya wak
Pada saat Andreas sedang menghitung mundur, Yoga pun bertindak untuk merebut pistol itu. Gerakan Yoga sangat cepat hingga Andreas hanya melihat ada sebuah sosok hitam yang melewatinya. Setelah tersadar kembali, pistol Andreas sudah hilang dari tangannya. Dia pun merasa sangat terkejut dan berseru dalam hati, ‘Cepat banget gerakannya!’Pada detik selanjutnya, Yoga menendang perut Andreas lagi. Kali ini, Yoga menggunakan kekuatan yang lebih besar dari sebelumnya sehingga Andreas melayang jauh dan menghantam sebuah mobil dengan kuat. Tubuh mobil itu langsung penyok, sedangkan semua kaca mobil itu hancur berkeping-keping. Di sisi lain, Andreas tidak berhenti memuntahkan darah dan kejang-kejang karena tidak bisa bernapas untuk sesaat.“Sialan! Tamatlah riwayatmu kali ini! Beraninya kamu melukai Pak Andreas hingga dia terluka separah itu. Panglima Bahri nggak akan mengampunimu!” teriak Hendrik.Rony juga mulai mengejek, “Bu Karina, apa kamu merasa Perusahaan Farmasi Avanti masih bisa berta
Andreas menjawab, “Ayahku bilang kamu sudah menyinggung orang yang nggak seharusnya kamu singgung. Pikirkan baik-baik! Siapa yang sudah kamu singgung akhir-akhir ini?”Intinya, mereka tidak percaya bahwa situasinya bisa menjadi seperti ini hanya karena satu telepon Yoga. Lagi pula, Yoga tidak mungkin bisa memberi perintah pada Bahri.Hendrik berusaha mengingat dengan hati-hati sambil bergumam, “Selain Yoga, seharusnya nggak ada orang lain lagi. Tapi, Yoga itu bukan tokoh hebat .... Tunggu, jangan-jangan dia? Pak Andreas, sejujurnya, aku pernah salah mengobati seseorang di Hotel Imperial Jade beberapa hari yang lalu. Pada akhirnya, orang itu diselamatkan oleh Yoga ....”“Sialan!” Andreas menampar Hendrik sekali lagi sambil memaki, “Ternyata kamu itu orang yang sembarangan mengobati Pak Gubernur beberapa hari yang lalu? Kamu bilang Yoga yang berhasil menyelamatkannya?”Apa? Gubernur? Hendrik bertanya dengan gemetar, “Pak Andreas, orang itu adalah gubernur kota ini?”“Emm. Masalah ini sud
Pada saat ini, Hendrik juga memberanikan diri untuk memohon pada Karina, “Kak Karina, aku ini adik sepupumu. Kamu nggak boleh bersikap begitu kejam dong ....”“Dibandingkan denganmu, aku sudah termasuk sangat baik hati,” cibir Karina.“Kak, kalau ibuku tahu kamu bersikap begitu kejam terhadapku, dia pasti akan menyalahkanmu. Mungkin saja keluarga kita juga akan putus hubungan. Kamu seharusnya nggak mau masalahnya jadi sebesar itu, ‘kan? tanya Hendrik.“Putus hubungan? Ya biarkan saja! Kami sudah cukup sial dengan punya kerabat sepertimu!” jawab Karina sambil tersenyum mengejek.“Sialan! Tunggu saja. Aku pasti akan menyuruh ibuku untuk membuat keributan besar di rumahmu!” seru Hendrik dengan marah karena malu.Di sisi lain, Andreas akhirnya berhasil bangkit dari sisi mobil dengan susah payah. Dia masih merasa sangat kesakitan, tetapi berusaha berjalan mendekati Yoga dengan tertatih-tatih. Kemudian, dia berkata, “Yoga, kamu kira kamu sangat hebat karena punya dukungan Pak Yanto? Ingat, i
Jika itu dulu, Yoga mungkin akan memberikan jawaban yang pasti. Sekarang, dia sudah melamar Nadya ....“Haih!” Karina menghela napas dalam-dalam. Jawaban Yoga itu sangat mengecewakannya.Duk! Pintu ruang interogasi ini tiba-tiba dibuka, lalu Andreas dan Kepala Departemen Penegakan Hukum itu berjalan masuk.Andreas menyeret sebuah tongkat bisbol di lantai sehingga menghasilkan suara melengking yang menakutkan. Dia berkata, “Yoga, istirahatnya sudah cukup, ‘kan? Sekarang, ayo kita mulai main.”“Aku masih belum diadili di Pengadilan Militer maupun dijatuhi hukuman, tapi kamu malah mau langsung menjalankan hukumannya? Lagian, apa kamu punya hak untuk menjalankan hukumannya? Ini adalah urusan Departemen Penegakan Hukum,” ujar Yoga dengan dingin.“Haha! Dasar bodoh! Aku sudah bilang, Pengadilan Militer itu rumahku. Di sini, aku bisa memukul atau membunuhmu sesuka hatiku!” cibir Andreas. Kemudian, dia langsung menghantam tubuh Yoga.“Jangan!” seru Karina dengan ketakutan.Namun, Yoga malah sa
Wenny menatap Yoga, lalu berkata, “Yoga, serahkan kontrak nikah itu, lalu aku akan menjamin keselamatanmu. Gimana?”Kontrak nikah? Karina pun merasa cukup terkejut setelah mendengarnya.Sementara itu, Yoga sudah sepenuhnya lelah dalam menghadapi Wenny. Kenapa wanita ini begitu suka mengganggunya? Selain itu, Wenny juga selalu bersikap sangat arogan dan memaksa untuk “membantu” dirinya. Sepertinya wanita itu memang sudah gila.Yoga pun berkata dengan kesal, “Entah sudah berapa kali aku mengulang ucapan ini. Kontrak nikah itu sudah kukoyak! Aku bisa menyelesaikan masalahku sendiri. Jadi, kamu nggak usah ikut campur!”“Dasar keras kepala!” Wenny tentu saja tidak percaya Yoga sudah mengoyak kontrak nikah itu. Dia pun melanjutkan, “Gimana kamu mau menyelesaikan masalah ini? Kali ini, lawanmu adalah putra Panglima Bahri. Meskipun Dewa Perang Kulusa datang, dia juga nggak akan bisa membantumu. Apalagi, dia sudah dijebloskan ke penjara gara-gara kamu.”“Ini bukan urusanmu,” ujar Yoga dengan ac