Jika itu dulu, Yoga mungkin akan memberikan jawaban yang pasti. Sekarang, dia sudah melamar Nadya ....“Haih!” Karina menghela napas dalam-dalam. Jawaban Yoga itu sangat mengecewakannya.Duk! Pintu ruang interogasi ini tiba-tiba dibuka, lalu Andreas dan Kepala Departemen Penegakan Hukum itu berjalan masuk.Andreas menyeret sebuah tongkat bisbol di lantai sehingga menghasilkan suara melengking yang menakutkan. Dia berkata, “Yoga, istirahatnya sudah cukup, ‘kan? Sekarang, ayo kita mulai main.”“Aku masih belum diadili di Pengadilan Militer maupun dijatuhi hukuman, tapi kamu malah mau langsung menjalankan hukumannya? Lagian, apa kamu punya hak untuk menjalankan hukumannya? Ini adalah urusan Departemen Penegakan Hukum,” ujar Yoga dengan dingin.“Haha! Dasar bodoh! Aku sudah bilang, Pengadilan Militer itu rumahku. Di sini, aku bisa memukul atau membunuhmu sesuka hatiku!” cibir Andreas. Kemudian, dia langsung menghantam tubuh Yoga.“Jangan!” seru Karina dengan ketakutan.Namun, Yoga malah sa
Wenny menatap Yoga, lalu berkata, “Yoga, serahkan kontrak nikah itu, lalu aku akan menjamin keselamatanmu. Gimana?”Kontrak nikah? Karina pun merasa cukup terkejut setelah mendengarnya.Sementara itu, Yoga sudah sepenuhnya lelah dalam menghadapi Wenny. Kenapa wanita ini begitu suka mengganggunya? Selain itu, Wenny juga selalu bersikap sangat arogan dan memaksa untuk “membantu” dirinya. Sepertinya wanita itu memang sudah gila.Yoga pun berkata dengan kesal, “Entah sudah berapa kali aku mengulang ucapan ini. Kontrak nikah itu sudah kukoyak! Aku bisa menyelesaikan masalahku sendiri. Jadi, kamu nggak usah ikut campur!”“Dasar keras kepala!” Wenny tentu saja tidak percaya Yoga sudah mengoyak kontrak nikah itu. Dia pun melanjutkan, “Gimana kamu mau menyelesaikan masalah ini? Kali ini, lawanmu adalah putra Panglima Bahri. Meskipun Dewa Perang Kulusa datang, dia juga nggak akan bisa membantumu. Apalagi, dia sudah dijebloskan ke penjara gara-gara kamu.”“Ini bukan urusanmu,” ujar Yoga dengan ac
Yoga mengejek, “Nggak bisa menang, langsung cari orang tua. Apa ini tradisi keluarga besar? Terima kasih atas pengetahuannya!”Andreas sangat marah dan hendak langsung membunuh Yoga setelah mendengar sindirannya. Begitu teleponnya tersambung, Bahri langsung memaki, “Anak bajingan! Kerjaanmu hanya menimbulkan masalah saja! Sudah kubilang berkali-kali, jaga sikapmu di luar! Tapi kamu malah bandel. Sekarang, masalah ini bahkan sudah menarik perhatian Pak Presiden. Tadi, dia baru meneleponku. Gara-gara kamu, aku mungkin akan ikut terlibat ....”Setelah Bahri selesai memaki, Andreas baru bertanya dengan hati-hati, “Ayah, gimana ini sekarang?”“Omong kosong! Kita tentu saja harus cari perusahaan PR untuk membantu kita menekan opini publik dengan segala cara!” bentak Bahri.“Baik!”Sepuluh menit kemudian, muncul artikel lain di internet.[ Bagaimana mungkin seorang jenderal setia bertindak begitu arogan? Apa ini jebakan atau fitnahan? ][ Internet bukan tempat yang terlepas dari hukum. Kebeb
Akhirnya, Bahri mulai panik juga. Dia tidak pernah menduga bahwa ada hari di mana anak yang ditelantarkannya itu bisa menggertaknya hingga mencapai titik ini. Demi melindungi Andreas, Bahri hanya bisa mengalah dan berkata dengan kesal, “Yoga, sebutkanlah syaratmu.”Berhubung Yoga memberi mereka waktu untuk berpikir dan tidak langsung membeberkan rekaman CCTV itu, Yoga pasti ingin mengeluarkan syarat.“Syaratku gampang banget kok. Aku sudah bilang, Andreas pasti akan berlutut padaku dan memohonku untuk keluar dari tempat ini,” jawab Yoga sambil tersenyum.“Tutup mulutmu! Biarpun harus mati, aku juga nggak akan berlutut di hadapan seorang pecundang sepertimu!” seru Andreas dengan marah.“Berlutut!” bentak Bahri dengan marah.Andreas pun menolak dengan tegas, “Nggak bisa! Aku ini putranya Panglima Bahri yang terhormat. Mana mungkin aku berlutut pada seorang anak yang sudah ditelantarkan. Aku nggak akan menurunkan harga diriku!”“Aku menyuruhmu untuk berlutut! Ini adalah perintah!” seru Ba
Yoga tentu saja mengerti maksud Karina. Dia pun tersenyum getir dan menjawab, “Jangan khawatir, aku dan dia adalah orang dari dunia yang berbeda. Kami nggak mungkin bisa bersama. Aku sudah mengoyak kontrak nikah itu dari awal.”“Sayang sekali!” ucap Karina dengan ekspresi menyesal. Namun, dia sebenarnya merasa sangat gembira.“Apa kamu nggak mau tanya soal hubunganku dengan Panglima Bahri?” tanya Yoga.“Mau, tapi itu adalah rahasiamu. Kalau kamu nggak mau mengatakannya, aku juga nggak akan bertanya. Aku cuma mau kamu tahu, aku akan selalu mendukungmu,” jawab Karina.“Sebenarnya, dia itu ayah kandungku ....” Kemudian, Yoga pun menceritakan semuanya pada Karina.Begitu selesai mendengar cerita Yoga, Karina langsung tercengang. Ternyata Bahri, panglima tertinggi Daruna itu adalah ayah kandung Yoga. Selain menelantarkan Yoga, dia juga membunuh seluruh anggota Keluarga Kusuma dan hendak membunuh Yoga.Sekejam apa pun seekor binatang buas, ia juga tidak akan memakan anaknya sendiri. Bahri be
Nadya benar-benar hampir menangis saking marahnya. Memangnya tidak ada hal lain lagi yang penting bagi orang tuanya selain uang dan kekuasaan? Mereka bahkan rela mengorbankan kebahagiaan seumur hidup Nadya demi uang dan kekuasaan. Mana ada orang tua seperti ini di dunia ini?Nadya juga mengancam, “Pokoknya, aku nggak akan menikah dengan Andreas biarpun harus mati!”“Kamu ... kamu ....” Jafar dan Yuli merasa sangat marah hingga seluruh tubuh mereka bergetar.Tepat pada saat ini, pintu rumah mereka tiba-tiba dibuka secara paksa. Kemudian, Andreas menerjang masuk bersama 9 ahli bela diri yang memiliki aura mengesankan. Dia bertanya, “Nadya, acara pembukaannya akan segera dimulai. Kenapa kalian masih belum berangkat? Apa aku harus mengantarkan kalian ke sana secara pribadi?”Begitu melihat Andreas, Nadya sekeluarga langsung terkejut. Bukankah Andreas sudah ditangkap? Kenapa dia bisa muncul di sini?Jafar dan Yuli buru-buru menyambutnya dan berkata dengan ramah, “Andreas, silakan masuk. Kam
Yoga pun menelepon Nadya. Namun, Nadya jelas tidak bisa menerima telepon Yoga. Dia pun memutuskan sambungan telepon itu, lalu mengirim pesan lagi.[ Yoga, aku akan menunggumu di Danau Jarandi. Jangan telepon aku lagi ya, aku lagi nggak bisa terima telepon. ]Yoga ragu sejenak, lalu hanya membalas dengan sepatah kata “oke”. Dia sudah menyadari ada sesuatu yang mencurigakan. Jadi, dia pun menyuruh Raja Kegelapan untuk segera melacak keberadaan Nadya.Tidak lama kemudian, Raja Kegelapan segera memberikan tanggapan, “Nona Nadya sedang mengikuti orang tuanya pergi ke acara pembukaan perusahaan cabang Perusahaan Lokita Samudra. Andreas dan 9 ahli bela diri tingkat epik master juga sedang bersama mereka.”Andreas? Lagi-lagi dia! Yoga bisa menebak apa rencana Andreas. Sementara itu, Nadya menyuruhnya pergi ke Danau Jarandi agar dirinya tidak mengambil risiko untuk pergi ke acara pembukaan itu. Dasar gadis bodoh!Yoga bertanya pada Raja Kegelapan, “Apa kamu sudah menyiapkan ‘hadiah’ yang kupesa
Andreas berkata, “Dia adalah tunanganku, Nadya Wibowo.”Setelah itu, semua tamu buru-buru melangkah maju untuk memberi selamat pada mereka.Di antara semua orang di lokasi, status Jafar dan Yuli adalah yang paling rendah. Dulu, mereka tidak berhenti menyanjung tokoh-tokoh hebat ini. Sekarang, malah tokoh-tokoh ini yang menyanjung mereka. Hal ini tentu saja membuat mereka merasa sangat gembira.Namun, Nadya malah tetap menunjukkan ekspresi dingin. Dia bahkan juga terlihat berlinang air mata. Hal ini membuat Bahri merasa sangat tidak puas. Dia berjalan mendekat, lalu bertanya, “Kenapa? Kamu nggak senang karena harus menikah dengan putraku?”“Senang kok,” jawab Nadya dengan acuh tak acuh.“Kalau senang, cepat senyum!” perintah Bahri.Nadya pun memaksakan seulas senyum yang terlihat agak menyedihkan.Plak! Tak disangka, Bahri malah langsung menamparnya dan berseru, “Tampangmu saat tersenyum malah lebih jelek dari tampang menangis!”Begitu melihat situasi ini, semua orang langsung terdiam.
"Sebaiknya kamu pikirkan baik-baik. Ini adalah terakhir kalinya aku menawarkan kesempatan padamu!" ucap Winola sambil menatap Yoga dengan dingin.Sorot matanya sangat tajam. Dalam hatinya, Winola sebenarnya merasa sangat muak. Dia enggan mengorbankan kebahagiaannya sendiri demi mengetahui rahasia Yoga."Mau berapa kali pun tawaranmu, aku nggak peduli. Kalau nggak ada hal penting, segera pergi," usir Yoga dengan nada jengkel."Kamu tahu nggak? Sekarang, ada banyak orang mengincar rahasia Pil Ketenangan Jiwa. Keluarga Kusuma dan Keluarga Husin sudah tahu tentang rahasia itu!" ujar Winola dengan marah."Oh ... terus kenapa?" tanya Yoga yang mengangkat alis dan terlihat bingung.Keluarga Husin memang tahu rahasianya, tetapi sekarang Keluarga Kusuma juga tahu. Kemungkinan mereka sudah bersekongkol atau mungkin ada yang membocorkannya."Kenapa? Mereka adalah keluargamu, tapi terus-menerus memanfaatkanmu. Apa kamu nggak marah? Lebih baik kamu kasih tahu aku juga, biar aku bisa ikut bersaing m
"Sekarang, rahasianya sudah kuberi tahu. Sebaiknya kamu cepat pergi. Jangan ganggu kami lagi. Kami cuma mau hidup tenang," ujar Ayu sambil menyeka air mata. Raut wajahnya penuh dengan kesedihan dan keputusasaan."Oke!" jawab Farel. Dia bangkit dan hendak pergi, tetapi malah tiba-tiba berhenti dan berbalik.Farel menatap Yoga sambil mengernyit, lalu bertanya, "Kalau begitu, kenapa kamu sendiri nggak mencari nadi naga dan kunci untuk menyatukan negeri?""Apa gunanya bagiku? Negeri ini sudah bersatu, makmur, dan kuat. Untuk apa aku mencari rahasia yang nggak lagi relevan?" balas Yoga dengan tenang."Hmph! Dasar sok suci!" maki Farel sebelum pergi.Setelah kembali, Farel tidak langsung memberi tahu Keluarga Kusuma, melainkan menuju rumah Keluarga Husin dan merencanakan cara untuk menemukan nadi naga.Kemudian, Farel memanggil kultivator-kultivator prajurit yang masih ada di sekitar dan memberitahukan rahasia itu kepada mereka.Informasi ini langsung menghebohkan Keluarga Husin. Mereka sege
Setelah menerima telepon, Yoga langsung datang ke tempat di mana Ayu berada. Ketika melihat Farel ada di sampingnya, dia langsung terlihat kesal. Apa yang dilakukan orang itu di sini?"Nak, kamu jelaskan saja rahasia Pil Ketenangan Jiwa padanya," ucap Ayu dengan suara kecil sambil menunduk. Ada rasa sedih dan keraguan di dalam hatinya."Kamu dengar, 'kan? Yoga, lebih baik kamu kasih tahu rahasianya. Kalau nggak, akan ada lebih banyak orang yang terseret karena hal ini," ujar Farel dengan nada dingin. Tatapannya penuh ejekan dan ketidakpedulian terhadap Yoga."Kamu ... mau tahu rahasia Pil Ketenangan Jiwa?" tanya Yoga dengan ekspresi agak berubah. Aura membunuh mulai terpancar dari dirinya.Rahasia Pil Ketenangan Jiwa memang diinginkan oleh banyak orang. Selain Keluarga Kusuma, sekarang bahkan Keluarga Husin juga ingin ikut campur?Farel membalas dengan angkuh, "Cepat kasih tahu, supaya aku nggak perlu cari Lili lagi.""Apa?" tanya Yoga. Dia langsung terlihat sangat marah dengan mata be
Ucapan Farel mengejutkan semua orang di sana."Apa? Kenapa dia bisa nggak tahu? Apa ayahnya juga nggak tahu?" tanya Luna dengan kaget."Aku nggak yakin Arjuna tahu atau nggak, tapi Yoga sudah pasti nggak tahu. Masalah ini sudah pernah menggemparkan dunia bela diri kuno sebelumnya. Biarpun begitu menghebohkan, tetap nggak ada yang tahu rahasianya," jelas Farel sambil menggeleng."Sial, sepertinya satu-satunya jalan adalah mencari Arjuna. Gimana kita bisa mendapatkan rahasia Pil Ketenangan Jiwa ini?" gumam Luna sambil mengernyit."Nggak ada yang bisa memastikan apakah Arjuna masih hidup atau sudah mati. Keberadaannya juga menjadi misteri. Gimana kita bisa mencarinya?" ucap Farel dengan cuek sambil mengangkat bahunya. Dia sudah pernah memikirkan berbagai kemungkinan yang ada sebelumnya."Sialan! Gimana sekarang?" ucap Luna sambil menghela napas frustrasi."Tenang, serahkan saja padaku. Tapi, aku punya syarat. Kalau rahasia Pil Ketenangan Jiwa benaran didapatkan, 70% manfaatnya harus diber
Pada saat yang sama, di Kediaman Kusuma."Jadi ini Pil Ketenangan Jiwa? Apa rahasia yang tersembunyi di dalamnya?" tanya Luna sambil menatap dingin pria yang berlutut di bawah."Aku juga nggak tahu. Dia hanya memberiku pil itu tanpa mengatakan apa-apa. Dia pasti ingin menjadikanku tumbal!" sahut pria itu dengan raut muram. Dia berlutut ketakutan di sana.Pria yang diberikan Pil Ketenangan Jiwa oleh Yoga ini baru mau pergi ketika orang-orang Keluarga Kusuma tiba-tiba mengadangnya. Dia seketika tahu bahwa situasinya tidak baik."Begitu banyak orang yang menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, tapi kenapa dia hanya memberikannya padamu?" tanya Luna lagi sambil mengernyit. Dia mengamati Pil Ketenangan Jiwa itu dengan ekspresi bingung."Aku benaran nggak tahu. Aku nggak bohong!" ucap pria itu dengan panik. Dia sudah berusaha menjelaskan semuanya, tetapi lawan bicara sama sekali tidak mau percaya.Situasi pria ini memang mencurigakan. Sebab, dia adalah orang pertama yang diberikan Pil Ketenangan J
Yoga menatap pria di depannya dengan alis berkerut dan ekspresi muram. Setelah beberapa saat, akhirnya dia menghela napas. Sepertinya pria itu tidak berbohong."Kalau kamu mendapatkan Pil Ketenangan Jiwa, apa kamu akan memberikannya ke Keluarga Kusuma?" tanya Sutrisno ingin tahu."Nggak, kebanyakan dari kami yang sudah mendengar kabar ini memutuskan untuk mendapatkan Pil Ketenangan Jiwa sendiri, baru mencari tahu rahasianya. Kami tahu Keluarga Kusuma nggak mungkin membagikan jawabannya," ujar pria itu dengan ekspresi kaku.Yoga mengernyit. Sepertinya semua masalah kali ini adalah ulah Keluarga Kusuma ...."Aku punya ide," bisik Sutrisno di telinga Yoga.Yoga tertegun sejenak usai mendengar ide Sutrisno. Keduanya saling memandang, memutuskan dalam diam bahwa ide itu cukup bagus."Karena kamu begitu menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, aku akan berikan padamu!" ucap Yoga sambil menyerahkan sebutir Pil Ketenangan Jiwa pada pria itu."Hah? Apa?" gumam itu sambil menatap Yoga dengan raut tidak
Sutrisno terdiam menatap Yoga. Apa pria itu ingin memperdaya dirinya? Yoga benar-benar tidak tahu malu. Dia berencana untuk membuat dirinya menanggung semua bahaya!Sutrisno berucap, "Kalau memang ada rahasia, katakan langsung padaku. Kalau nggak ada, jangan mempermainkanku begini.""Mungkin memang ada rahasianya. Kamu cari saja sendiri!" balas Yoga.Sutrisno terdiam. Yoga ini mudah saja bicara. Akhirnya, Sutrisno menghela napas dan berkata, "Baiklah ...."Satu masalah selesai. Namun, Yoga masih harus menyelamatkan Nadya. Yoga membalas pesan dari nomor asing tadi.[ Aku akan memberimu Pil Ketenangan Jiwa. Tapi, kalau Nadya sampai celaka, kamu akan mati! ]Balasan dari orang itu segera datang.[ Taruh Pil Ketenangan Jiwa itu di meja bar Hotel Okane. ]Yoga berkendara menuju hotel itu dan meletakkan Pil Ketenangan Jiwa di tempat yang ditentukan.Pesan lain masuk ke ponsel Yoga.[ Kamu bisa pergi sekarang. Nadya ada di kamar 301 Hotel Pater! ]Yoga tersenyum sinis saat membaca pesan itu.
Di luar vila.Sutrisno yang baru masuk mobil tertegun sejenak saat melihat Yoga masih di kursinya."Sudah selesai?" tanya Yoga dengan datar."Ya. Ada yang aneh. Apa barusan kamu naik ke atas untuk mengobrol dengan Nadya?" tanya Sutrisno balik."Mengobrol apa?" tanya Yoga bingung."Aku merasa ada seseorang di atas. Terus juga ada suara-suara aneh, seperti ada yang bergulat sama Nadya. Kukira itu kamu," ujar Sutrisno sambil tersenyum canggung.Bibir Yoga berkedut-kedut. Dia lantas mendongak dan memandang ke lantai atas vila. Firasat buruk hinggap di hatinya.Bertepatan dengan itu, semua orang Keluarga Wibowo berlarian keluar. Mereka memandang sekeliling dengan panik."Nadya! Di mana kamu?""Jawab kami! Kamu di mana?""Nadya! Jangan marah. Jangan kabur dari rumah!"Orang-orang Keluarga Wibowo berteriak lantang dengan ekspresi gugup. Mereka menyadari Nadya menghilang setelah naik ke lantai atas dan tidak menemukan siapa pun di sana.Yoga menyipitkan mata. Kilat curiga melintas di sana. Jan
"Ini bukan hal baru. Dulu, ada banyak orang di dunia kultivator kuno yang menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, tapi mereka semua mati," ucap Yoga dengan tenang."Kalau begitu, mungkin rumor itu ada benarnya. Buktinya, orang-orang sudah menginginkannya sejak dulu," kata Sutrisno sambil menggeleng dengan sentimental.Yoga memikirkan masalah ini dengan ekspresi serius. Kemudian, dia bertanya dengan dingin, "Siapa yang menyebarkan rumor itu?"Jika informasi ini tersebar ke makin banyak kultivator kuno, mereka pasti akan terus mengusik Yoga dan orang-orang di sekitarnya. Ini jelas adalah sebuah potensi ancaman."Siapa yang tahu? Tapi, rumor nggak mungkin muncul tanpa alasan. Apa Pil Ketenangan Jiwa benaran menyimpan rahasia untuk menguasai dunia?" tanya Sutrisno. Dia menatap Yoga dengan antusias, berharap bisa mendengar kebenarannya."Apa kamu pernah lihat orang yang berhasil menguasai dunia?" balas Yoga sambil memelototinya. Pertanyaan Sutrisno terasa sangat menggelikan di telinganya.Sutrisn