"Sudah ketemu?" Keempat keluarga besar itu langsung memandang Yoga dengan antusias."Sudah ketemu!" Yoga berjalan perlahan-lahan ke arah pegunungan. Tangannya mulai membuat mudra dan melafalkan mantra, "Teknik Penghancur Ilusi!"Detik berikutnya, terlihat sebuah makam besi hitam yang gelap muncul. Di bawahnya, samar-samar terlihat sosok naga iblis yang sedang tertidur."Muncul juga akhirnya!" Serentak, para anggota dari empat keluarga besar menjadi sangat bersemangat, semua menengadah ke arah makam besi hitam tersebut. Permukaannya yang hitam legam memancarkan hawa dingin yang menusuk. Di atasnya masih terlihat tanah dan sisa-sisa kayu yang menempel, bukti bahwa makam itu lama terkubur dalam tanah.Tak mampu menahan diri, anggota dari keempat keluarga itu segera memelesat maju dan berusaha secepat mungkin untuk menguasai makam tersebut. Selain material besi hitam itu sendiri, mereka sangat tertarik dengan harta karun yang mungkin tersembunyi di dalamnya."Semua, jangan terburu-buru, ak
"Aku nggak terlalu jelas juga. Semua itu kudengar dari Keluarga Kusuma," Yoga berbohong tanpa ragu, mencoba menenangkan Bimo yang masih merasakan kecurigaan.Bimo tidak mengetahui kebenaran sepenuhnya, jadi dia hanya bisa menahan rasa tidak puasnya dan menyingkirkan keraguannya sementara."Apa maksud kedua keluarga ini? Mau bahas rencana atau nggak?" Yoga terbatuk sejenak, lalu menatap ke arah Keluarga Bramasta dan Salim."Kamu punya janji pernikahan dengan Keluarga Bramasta, seharusnya tahu kalau kami ini berada di pihak yang sama denganmu. Kami akan cari makam besi hitam sekarang untuk mempersiapkan mahar lebih banyak untuk pernikahanmu dan Winola kelak!"Anggota Keluarga Bramasta merasa kegirangan. Mereka hanya fokus sepenuhnya pada makam besi hitam itu tanpa memedulikan hal lain lagi."Keluarga Salim sudah pasti berada di pihak yang sama dengan Tuan Bimo. Hanya saja, makam besi hitam ini sangat penting. Kami masih harus menyerahkannya kepada leluhur kami," ujar Sutrisno sambil ters
Seketika, muncul sosok-sosok yang berdatangan dari kejauhan dan mengepung para anggota empat keluarga besar. Masing-masing dari sosok itu memiliki kemampuan yang mencengangkan. Mereka memelototi anggota keluarga besar dengan sorot mata yang dingin."Si ... siapa kalian?" Para anggota dari empat keluarga besar terkejut. Tatapan mereka dipenuhi kebingungan.Sementara itu, Yoga hanya menyeringai dan mundur perlahan, lalu menyelinap ke dalam kerumunan. Bantuan yang diharapkannya telah tiba!"Siapa kalian sebenarnya? Kami ini anggota empat keluarga besar dari dunia kultivator kuno. Kami datang ke sini karena ada urusan. Kalian cepat pergi dari sini!" bentak salah seorang kultivator prajurit dari Keluarga Salim."Menumpas kejahatan dan melindungi takdir!" Terdengar sebuah suara yang menggema menanggapi ucapan kultivator prajurit tersebut.Mendengar hal itu, ekspresi semua orang menjadi tampak rumit. Mereka langsung menyadari ada yang tidak beres dengan situasi saat ini."Jangan-jangan kalian
Yoga hanya melepaskan aura Bimo sebentar, lalu menyimpannya kembali dengan Teknik Menyembunyikan Aura. Namun, hanya dalam sekejap itulah yang membuat para pelindung kebenaran menghentikan langkah mereka dan melemparkan tatapan tajam kepada empat keluarga besar."Aku merasakan aura Bimo!" teriak salah seorang pelindung kebenaran."Mungkin cuma halusinasimu. Mana mungkin ada aura Bimo di sini?" balas Farel dengan tak berdaya. Bukan hanya dia, bahkan para kultivator prajurit lainnya juga bereaksi sma. Mereka semua juga merasakan aura Bimo yang muncul dalam sekejap, lalu menghilang lagi.Ini benar-benar aneh. Padahal jelas-jelas tidak ada Bimo di sini."Kami semua dilatih khusus, kepekaan kami terhadap Bimo sepuluh kali lebih tajam dari orang biasa! Dia pasti bersembunyi di sini!" Salah satu pelindung kebenaran berteriak penuh amarah, menunjukkan keyakinannya.Kali ini, mereka tidak akan pergi begitu saja. Sebaliknya, mereka malah semakin mendekat ke arah empat keluarga besar."Lancang! Em
"Enak saja! Siapa yang mau jadi besanmu? Jangan bicara sembarangan! Kami nggak pernah dengar soal itu, semua itu cuma karanganmu!""Kamu ini benar-benar licik. Kamu yang kerja sama dengan Tuan Bimo, tapi malah mau menyeret kami semua. Busuk sekali hatimu!" teriak anggota Keluarga Bramasta dengan wajah memerah.Mereka merasa sangat kesal, padahal mereka bisa saja tidak terlibat dalam masalah ini. Jika para pelindung kebenaran berhasil menahan Keluarga Kusuma dan Husin, Keluarga Bramasta masih bisa bekerja sama dengan Keluarga Salim untuk berbagi makam besi hitam."Ya, aku sudah membatalkan pernikahan denganmu. Itu sudah nggak berlaku lagi!" teriak Winola. Yoga mengabaikan semua tuduhan itu dan tetap tenang."Yoga, jangan sebar kebohongan! Kapan kami pernah memberi persembahan pada Bimo? Itu fitnah!" seru salah satu anggota Keluarga Salim."Ya, kami nggak pernah melakukannya! Ini semua hanyalah taktikmu untuk menimbulkan perpecahan di antara kami!""Jangan bercanda. Dengan status Keluarg
"Oke!" Yoga mengangguk pasrah. Dia terpaksa menyetujui ajakan Sutrisno untuk pergi bersama. Kedua orang itu akhirnya sampai di luar makam besi hitam. Mereka menatap makam besar itu dengan takjub.Dari kejauhan, makam ini terlihat besar. Namun begitu mendekat, ukurannya benar-benar mencengangkan. Itu bahkan lebih besar daripada Kota Terlarang!Berhubung Naga Iblis bisa terbang sambil membawa makam sebesar ini, itu menunjukkan betapa kuatnya naga tersebut."Masuknya dari mana?" tanya Sutrisno tiba-tiba.Yoga menjawab secara langsung, "Mana aku tahu?" Ini pertama kalinya dia datang ke sini, jadi dia jelas tidak tahu cara masuk."Aku coba gali sedikit bagian besi hitam ini," ujar Sutrisno secara tak sabar. Dia pun mengeluarkan sekop tajam dan mulai menggali makam besi hitam.Anehnya, selain suara logam beradu yang memekakkan telinga, tak ada perubahan sama sekali. Makam itu tidak sedikit pun rusak dan justru sekopnya yang mulai melengkung."Astaga, ini nggak masuk akal!" seru Sutrisno den
Untungnya Yoga menyadari bahwa kegaduhan yang dia timbulkan tidak membangunkan Naga Iblis. Dia mendongak dan melihat tubuh besar Naga Iblis yang melingkar di bawah makam besi hitam.Naga itu masih tertidur. Hanya terdengar suara napasnya yang berat. Untuk mendapatkan makam besi hitam, Yoga harus berhadapan dengan naga ini dulu.Mengingat pertempuran yang sedang berlangsung di luar, Yoga tahu bahwa mengajak orang-orang ke sini untuk melawan naga adalah rencana yang mustahil.Yang bisa Yoga lakukan sekarang hanyalah mencari pintu masuk sendiri. Setelah mencari lama tanpa hasil, dia akhirnya bertanya kepada Bimo, "Di mana pintu masuknya?"Bimo menjawab dengan nada menyindir, "Baru ingat aku sekarang?""Jangan sombong. Aku cuma mau coba sendiri dulu supaya nggak mengganggumu," timpal Yoga.Bimo membalas, "Kamu ini cuma mau menikmati keuntungan sendiri. Aku tahu jelas apa yang kamu pikirkan."Yoga mengejek, "Kamu nggak waras ya? Kamu ini ada di dalam tubuhku. Kalau nggak suka, mending kelua
Namun, Bimo tetap diam dan hanya menunggu dengan tenang. Beberapa saat kemudian, naga itu menggigit tubuh Yoga dengan keras. Taring tajamnya berkilau terang, tetapi Bimo hanya tersenyum.Akhirnya, gigi Naga Iblis retak dan muncul retakan kecil seperti jaring laba-laba. Naga itu terkejut. Dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Apa-apaan ini? Apakah makhluk di depannya adalah manusia?Yoga kehabisan kata-kata. Bimo berkomentar puas, "Tubuhmu yang ditempa dengan Pedang Langit ini sungguh luar biasa. Ditambah lagi kamu sudah menyerap ratusan senjata ajaib tingkat jumantara. Tubuhmu sangat tangguh!"Bimo makin menyukai tubuh ini. Air liurnya sudah hampir menetes. Namun, Yoga berujar dengan geram, "Tapi, bukan berarti aku di sini untuk jadi mainan Naga Iblis!"Sekarang, Naga Iblis memandang Yoga dengan lebih serius. Matanya berbinar dingin ketika berucap, "Hei, tubuhmu ini sekuat kultivator jenderal. Kamu masih muda, jangan sia-siakan hidupmu di sini.""Aku sudah nggak muda lagi," bal
Bukankah Yoga hanya memiliki kekuatan seorang kultivator prajurit? Tidak mungkin, ini pasti tidak mungkin.Saat ini, Yoga kembali mendekat dan menatap Farel dengan ekspresi yang datar.Hanya dengan gerakan kecil ini saja, Farel langsung terkejut hingga tubuhnya bergetar dan mundur beberapa langkah. Perasaan ketakutan ini membuat ekspresinya menjadi makin muram dan menggertakkan giginya dengan kuat. Dia berpikir dia tidak boleh seperti ini karena dia bukan kultivator prajurit lagi, melainkan seorang kultivator jenderal. Mengapa dia harus takut pada Yoga?Saat terus meyakinkan dirinya, emosi Farel makin meningkat dan amarah di hatinya makin membara. "Kamu hanya mengandalkan ada harta karun saja. Kalau nggak, kamu pasti bukan tandinganku."Setelah mengatakan itu, Farel pun tidak menahan dirinya lagi. Energi yang sangat kuat di seluruh tubuhnya langsung menyembur keluar dan menerjang depan sampai pakaiannya pun berkibar."Kecuekan manusia adalah hal yang paling konyol dan juga penyebab keg
"Seharunya nggak ada masalah, perasaanmu pasti salah. Pasti begitu," kata Sutrisno dengan tatapan penuh ketakutan dan menatap lorong yang dalam itu dengan bengong. Dia juga tidak percaya bisa terjadi perubahan yang begitu mengerikan. Bagaimana bisa Farel itu mencapai kultivator jenderal?Mata Winola bergetar dan ekspresinya terlihat panik. Dia tidak bisa menahan diri lagi, sehingga segera berbalik dan pergi."Kamu mau ke mana?" tanya Sutrisno yang terkejut dan segera menahan Winola agar tidak pergi."Lepaskan aku! Lepaskan aku! Aku harus pergi mencari dia, harus sekarang juga," kata Winola yang merasa gelisah dan cemas hingga memberontak dengan panik. Dia tidak bisa menerima fakta dia harus bersembunyi, sedangkan Yoga harus menghadapi risiko sendirian. Saat itu, hatinya benar-benar merasa kacau."Kamu gila ya? Kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan? Apa ada gunanya kamu pergi ke sana? Itu adalah kekuatan kultivator jenderal, kamu hanya akan mati dan menjadi beban Yoga," teriak Sutrisno
Sutrisno dan Winola langsung menganggukkan kepala, lalu segera berlari ke ruang makam di depan.Tanpa adanya beban yang mengganggu, pandangan Yoga perlahan-lahan beralih ke arah Farel. Kali ini, tempat ini akan menjadi tempat untuk mengakhiri dendam antara dia dan Farel."Serang!" teriak Yoga sambil mengentakkan kakinya dan langsung menyerang. Aura yang tajam di sekitar pun menghantam tubuhnya, tetapi hanya pakaiannya yang koyak-koyak. Sementara itu, tubuhnya sendiri tetap seperti semula, tidak terluka sedikit pun."Apa-apaan ini? Kamu pakai senjata ajaib tingkat jumantara sebagai pelindung?" tanya Farel yang langsung terkejut. Selain itu, dia tidak bisa memikirkan alasan lain. Bagaimana mungkin serangannya yang begitu kuat malah tidak melukai Yoga sedikit pun?"Huh! Untuk apa aku pakai benda seperti itu?" kata Yoga dengan cuek. Kekuatan fisiknya sudah mencapai tingkat yang tidak bisa dipahami oleh orang biasa. Bagaimana mungkin kekuatan seorang kultivator jenderal bisa menyakitinya?
"Apa hebatnya kultivator prajurit itu? Tapi, kamu nggak perlu tahu soal itu, kamu hanya perlu tahu kamu akan mati di sini," kata Yoga dengan aura membunuh yang menyebar dan perlahan-lahan mendekati Farel dengan langkah yang sangat berat."Kamu berani membunuhku?" teriak Farel dengan marah dan mata yang membelalak."Kenapa kalau aku membunuhmu?" kata Yoga dengan senyuman yang menyindir."Ibumu pun nggak berani menyentuhku, kamu malah berani membunuhku? Kalau dia tahu, kamu pasti akan menerima akibatnya. Apalagi kalau Keluarga Husin yang tahu masalah ini, ibumu akan mendapat masalah," ancam Farel dengan segera. Seperti sebelumnya, Yoga sebenarnya bisa membunuhnya. Namun, Ayu menghentikannya, sehingga Yoga tidak bisa bergerak.Namun, Yoga tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Dia menunjuk pada Sutrisno dan berkata sambil tersenyum, "Keluarga Salim yang merupakan salah satu dari empat keluarga besar di dunia kultivator kuno pun kamu berani membunuh. Bukankah tadi kamu sendiri yang mengatakan a
Yoga menunjuk ke satu arah dan berkata dengan tenang, "Sudah mati. Pergi lihat saja sendiri, sekalian ikut mati di sana.""Apa?"Farel menjadi makin marah karena dia tidak bisa menerima kenyataan itu dan memerintahkan kultivator prajurit lainnya, "Bunuh dia!"Ekspresi kultivator prajurit itu menjadi serius dan merasa sangat tegang. Dia menatap Yoga, tetapi dia tidak bisa melihat dengan jelas kekuatan lawannya itu. Seolah-olah ada lapisan kabut tipis yang menyelimuti sosok Yoga."Kamu nggak mungkin bisa membunuh mereka. Hari ini aku akan melihat sendiri apa yang sebenarnya telah terjadi," kata kultivator prajurit itu dengan dingin dan langsung menyerang Yoga. Tidak ada yang percaya Yoga memiliki kekuatan untuk melawan seorang kultivator prajurit."Huh!" Yoga tersenyum dingin dan tatapannya terlihat menyindir. Menghadapi serangan lawan, dia tidak menghindar dan hanya berdiri di tempat dengan diam. Seolah-olah, dia sengaja menunggu lawannya menyerang."Matilah!" teriak kultivator prajurit
Farel tersenyum dengan sangat sombong. Dia mengira Sutrisno dan Winola bisa datang ke sini karena melarikan diri. Sementara itu, Yoga sudah ditangkap dan dibunuh dengan kejam oleh tiga kultivator prajurit itu."Farel, aku ini tuan muda Keluarga Salim, kamu cari mati atau ingin membawa bencana bagi Keluarga Husin?" kata Sutrisno dengan nada dingin dan melangkah maju. Bagaimanapun juga, Keluarga Salim adalah keluarga nomor satu di dunia kultivator kuno, sehingga Keluarga Husin tidak bisa menandingi reputasi dan kekuatan mereka. Dia tidak percaya Farel ini berani membunuhnya."Huh! Ini adalah ruang rahasia, kenapa kalau kamu mati? Tempat ini sudah seperti dunia yang terpisah, nggak ada orang yang akan tahu kalau kamu mati. Bukan hanya kamu, Keluarga Bramasta juga begitu. Semuanya harus mati di sini," kata Farel sambil tertawa terbahak-bahak dengan sangat liar. Kata-katanya yang dingin membuat suasana di seluruh makam ini penuh dengan aura membunuh.Ekspresi Sutrisno dan Winola langsung me
"Jangan menahan diri lagi! Selama orang ini nggak mati, kita semua nggak akan tenang!"Sekejap kemudian, ketiga kultivator prajurit itu serentak menyerang Yoga dengan penuh amarah dan kebencian. Wajah mereka memancarkan kemarahan yang meluap-luap. Setiap langkah mereka dipenuhi dengan niat membunuh.Namun, kekuatan Yoga saat ini sudah mencapai puncak kultivator jenderal tahap jumantara. Dia hanya tinggal selangkah lagi untuk menembus ke tingkat kultivator raja, bahkan bisa dibilang satu kakinya sudah berada di sana. Mana mungkin ketiga kultivator prajurit ini bisa menjadi lawannya?Dengan tenang, Yoga mengangkat tinjunya yang memancarkan kilatan petir terang. Listrik memelesat ke segala arah.Hanya dengan satu pukulan, ketiganya langsung terpental keras ke tanah. Kekuatan penghancur yang dahsyat itu membuat mereka muntah darah. Tubuh mereka dipenuhi luka-luka yang begitu mengerikan hingga membuat siapa pun bergidik ngeri.Ketiga kultivator prajurit itu menatap Yoga dengan wajah penuh k
Dalam sekejap, suasana di sekitar mereka menjadi tegang dan mencekam. Udara terasa begitu berat, seperti ditindih sesuatu yang menakutkan.Yoga dan yang lainnya segera menoleh ke arah suara itu dan memandang orang-orang yang baru tiba. Begitu melihat bahwa itu adalah tiga orang kultivator prajurit, mereka langsung mengernyit."Kalian balik lagi?" Yoga dan yang lainnya terkejut. Perlu diketahui, kemunculan sisik hitam sebelumnya yang menyelamatkan mereka dari serangan para kerangka. Fakta bahwa tiga orang ini berhasil sampai di sini pasti berkaitan dengan ledakan besar barusan."Farel di mana? Kenapa dia nggak bareng kalian?" tanya Yoga sambil menatap mereka dengan tenang."Hmph! Membunuhmu cukup dengan kami bertiga. Bersiaplah untuk mati!" ucap salah satu dari mereka dengan dingin sambil langsung menyerang Yoga.Winola dan Sutrisno langsung tertegun. Raut wajah mereka menunjukkan ekspresi kaget. Mereka tidak menyangka, para kultivator prajurit ini begitu tegas dan langsung mengejar mer
Semua orang segera bergerak maju karena ingin melihat apa yang tersembunyi di depan. Pada saat yang sama, mereka menemukan sebuah lubang yang dalam di tanah. Itu tepat di lokasi tempat para kerangka tadi berada."Gawat! Mayat Yoga dan yang lainnya nggak ada!" seru Farel. Dia langsung merasakan bulu kuduknya berdiri, seolah menyadari sesuatu.Ketika yang lain melihat situasi itu, mereka juga merasa ngeri dan heran. Di momen itu juga, mereka semua menyadari bahwa Yoga pasti telah melarikan diri."Mana mungkin? Kenapa mereka nggak mati?""Apakah kerangka-kerangka itu sengaja menghindari Yoga dan yang lainnya?""Sialan! Yoga pasti sudah pergi ke tempat lain. Kita nggak boleh membiarkan dia mendapatkan harta karun itu!"Semua orang mulai panik dan marah. Kalau Yoga berhasil menemukan harta itu, siapa yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya?Farel segera memberi perintah sebelum berbalik dan masuk ke dalam lubang, "Kalian kejar Yoga! Aku akan masuk ke dalam lubang ini!"Para kultivator p